Dorothea Rosa Herliany
http://suaramerdeka.com/
INI bukanlah sesuatu yang disesali. Tiba-tiba saja ia merasa seperti ada macan dari dalam tubuhnya. Perutnya minta daging, mulutnya haus darah, dadanya gemuruh, berdentam, bergendam, ingin menyergap, ingin mencerkam, mendera, mencabik, mencakar…Itulah perasaannya setiap kali bertemu lelaki yang menempati beberapa langkah di seberang tempat tinggalnya. Saat ini ia tinggal di sebuah studio yang sekaligus dijadikannya rumahnya —sebuah tempat yang boleh ditinggali untuk waktu selama beberapa bulan. Perasaan itu datang tiba-tiba saja. Rasanya ingin melakukan sesuatu kepada laki-laki itu.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Sabtu, 31 Maret 2012
Perempuan Gembel Debleng
Jusuf AN
__Majalah Esquere, Apri 2011
Bagaimana mungkin? Bawuk, perempuan paling cantik di kampung itu, yang telah sekian lama hidup di kota, ternyata memiliki rambut gembel, rambut kusut yang seolah membeku—beratus helai menyatu menjadi gumpalan-gumpalan—berwarna coklat kemerah-merahan, tak sejuk dipandang. Warga di daerah itu percaya rambut gembel tak boleh dipangkas sekehendak hati. Konon, selain rambut serupa akan tumbuh lagi, si empunya juga akan diserang sakit yang tak remeh.
__Majalah Esquere, Apri 2011
Bagaimana mungkin? Bawuk, perempuan paling cantik di kampung itu, yang telah sekian lama hidup di kota, ternyata memiliki rambut gembel, rambut kusut yang seolah membeku—beratus helai menyatu menjadi gumpalan-gumpalan—berwarna coklat kemerah-merahan, tak sejuk dipandang. Warga di daerah itu percaya rambut gembel tak boleh dipangkas sekehendak hati. Konon, selain rambut serupa akan tumbuh lagi, si empunya juga akan diserang sakit yang tak remeh.
Bermula dari Tuhan Maha Romantis
Syaifuddin Gani
http://syaifuddinganisalubulung.wordpress.com/
Ya Tuhan yang Maha Romantis,
jadikanlah
aku puisinya
dan
dia puisiku
Terimakasih banyak
(2011)
http://syaifuddinganisalubulung.wordpress.com/
Ya Tuhan yang Maha Romantis,
jadikanlah
aku puisinya
dan
dia puisiku
Terimakasih banyak
(2011)
Sabtu, 24 Maret 2012
Sepatu dan Politik Identitas
Bandung Mawardi
http://epaper.tempo.co/
Politik modern memang bisa "ditamsilkan" dengan sepatu. Kisah sepatu ala Dahlan Iskan itu merepresentasikan adab politik kebersahajaan. Kisah sepatu ala Julia Gillard adalah efek protes politik.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menenteng sepasang sepatukets. Peristiwa itu terjadi setelah mengikuti rapat kabinet di Kemayoran (19 Januari 2012). Menteri itu tampak lelah. Dahlan Iskan mengucap,“Capek aku pakai sepatu.“
http://epaper.tempo.co/
Politik modern memang bisa "ditamsilkan" dengan sepatu. Kisah sepatu ala Dahlan Iskan itu merepresentasikan adab politik kebersahajaan. Kisah sepatu ala Julia Gillard adalah efek protes politik.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menenteng sepasang sepatukets. Peristiwa itu terjadi setelah mengikuti rapat kabinet di Kemayoran (19 Januari 2012). Menteri itu tampak lelah. Dahlan Iskan mengucap,“Capek aku pakai sepatu.“
Rabu, 21 Maret 2012
Afrizal Malna: Puisi dan Geometri Ruang Imajiner
Asarpin *
http://asarpin.blogspot.com/
Setiap yang saya lakukan harus ada rasionalisasinya… Sebab saya tak mau terombang-ambing dalam wilayah yang cenderung tak bertuan.
–AFRIZAL MALNA, dalam esai ”Proses Kreatif”, dimuat dalam bagian akhir buku himpunan puisi Kalung dari Teman.
Dan waktu adalah air
–AFRIZAL MALNA, fragmen puisi ”Fanta Merah untuk Dewa-dewa”
http://asarpin.blogspot.com/
Setiap yang saya lakukan harus ada rasionalisasinya… Sebab saya tak mau terombang-ambing dalam wilayah yang cenderung tak bertuan.
–AFRIZAL MALNA, dalam esai ”Proses Kreatif”, dimuat dalam bagian akhir buku himpunan puisi Kalung dari Teman.
Dan waktu adalah air
–AFRIZAL MALNA, fragmen puisi ”Fanta Merah untuk Dewa-dewa”
Festival Penulis Tanpa Penulis
Eka Kurniawan *
Kompas, 07 Okt 2007
DALAM buku esai terbarunya, The Curtain, Milan Kundera menyinggung perihal sastra dunia (atau dalam istilah Goethe, Die Weltliteratur) dengan mengatakan: “Tidak, percayalah, tak akan ada yang mengenal Kafka saat ini—tak seorang pun—jika ia tetap menjadi seorang Ceko.”
Konteks pernyataannya tersebut adalah meski Franz Kafka seorang Yahudi dan menulis serta tinggal di Ceko, pada kenyataannya Kafka dikenal sebagai penulis Jerman. Menurut Kundera, hanya karena menulis dalam bahasa Jerman dan kemudian diperkenalkan sebagai penulis Jerman, Kafka bisa kita kenal sekarang ini.
Kompas, 07 Okt 2007
DALAM buku esai terbarunya, The Curtain, Milan Kundera menyinggung perihal sastra dunia (atau dalam istilah Goethe, Die Weltliteratur) dengan mengatakan: “Tidak, percayalah, tak akan ada yang mengenal Kafka saat ini—tak seorang pun—jika ia tetap menjadi seorang Ceko.”
Konteks pernyataannya tersebut adalah meski Franz Kafka seorang Yahudi dan menulis serta tinggal di Ceko, pada kenyataannya Kafka dikenal sebagai penulis Jerman. Menurut Kundera, hanya karena menulis dalam bahasa Jerman dan kemudian diperkenalkan sebagai penulis Jerman, Kafka bisa kita kenal sekarang ini.
Mengenang Rendra (1)
Sastra Sebagai Perjuangan
Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 5 Agu 2010
Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan
Adalah pelaksanaan kata-kata
(Rendra, Depok, 22 April 1984)
Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 5 Agu 2010
Kesadaran adalah matahari
Kesabaran adalah bumi
Keberanian menjadi cakrawala
Dan perjuangan
Adalah pelaksanaan kata-kata
(Rendra, Depok, 22 April 1984)
Mengenang Rendra (2)
Rendra Hormati Kritikus Dami N. Toda
Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 6 Agu 2010
Bagi kita masyarakat NTT/Flores, penyair Rendra yang dijuluki “Si Burung Merak” ini menyisakan kenangan tersendiri. Dua tahun sebelum “pergi,” penyair dan dramawan ini mengunjungi NTT selama lima hari (15-19 Oktober 2007). Beliau datang secara khusus ke NTT/Flores dalam rangkaian pengantaran “abu jenazah” almarhum Dami N. Toda. Dami N. Toda adalah kritikus sastra Indonesia modern, alumnus Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI), cukup banyak melakukan kajian/telaah/analisis/kritik sastra Indonesia modern.
Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 6 Agu 2010
Bagi kita masyarakat NTT/Flores, penyair Rendra yang dijuluki “Si Burung Merak” ini menyisakan kenangan tersendiri. Dua tahun sebelum “pergi,” penyair dan dramawan ini mengunjungi NTT selama lima hari (15-19 Oktober 2007). Beliau datang secara khusus ke NTT/Flores dalam rangkaian pengantaran “abu jenazah” almarhum Dami N. Toda. Dami N. Toda adalah kritikus sastra Indonesia modern, alumnus Fakultas Sastra Universitas Indonesia (UI), cukup banyak melakukan kajian/telaah/analisis/kritik sastra Indonesia modern.
Mengenang Rendra (3 habis)
Dami N. Toda Mengkritisi Rendra
Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 7 Agu 2010
Dalam perjalanan panjang kariernya sebagai kritikus sastra Indonesia modern, Dami N. Toda memberikan perhatian khusus pada karya-karya W.S. Rendra, baik karya puisi maupun drama/teater, serta pementasan-pementasannya. Dari hasil penelusuran/pelacakan yang saya lakukan terhadap karya-karya Dami N. Toda yang tersebar luas, yang secara khusus menelaah/mengkritisi karya-karya Rendra, ditemukan minimal empat karangan/tulisan Dami.
Yohanes Sehandi *
Flores Pos (Ende), 7 Agu 2010
Dalam perjalanan panjang kariernya sebagai kritikus sastra Indonesia modern, Dami N. Toda memberikan perhatian khusus pada karya-karya W.S. Rendra, baik karya puisi maupun drama/teater, serta pementasan-pementasannya. Dari hasil penelusuran/pelacakan yang saya lakukan terhadap karya-karya Dami N. Toda yang tersebar luas, yang secara khusus menelaah/mengkritisi karya-karya Rendra, ditemukan minimal empat karangan/tulisan Dami.
Obituary Dami N. Toda (1942-2006)
Riris K. Toha-Sarumpaet
http://docs.susastra-journal.com/
DALAM sebuah lawatan kesenian Fakultas Sastra UI ke Yogyakarta di awal 1970-an, Dami dengan suara tenornya yang lengking mengiris, berduet dengan saya. Bukan gentar atas ratusan pasang mata taruna Akademi Militer Nasional (AMN) yang menyaksikan persoalan saya waktu itu, tetapi tuntutan estetik Dami yang untuk ukuran saya sebagai mahasiswa sangat sulit dipenuhi. Masa itu saya lebih mengandalkan alam dan penghayatan, tetapi dia meminta teknik dan pembangunan khalayak.
http://docs.susastra-journal.com/
DALAM sebuah lawatan kesenian Fakultas Sastra UI ke Yogyakarta di awal 1970-an, Dami dengan suara tenornya yang lengking mengiris, berduet dengan saya. Bukan gentar atas ratusan pasang mata taruna Akademi Militer Nasional (AMN) yang menyaksikan persoalan saya waktu itu, tetapi tuntutan estetik Dami yang untuk ukuran saya sebagai mahasiswa sangat sulit dipenuhi. Masa itu saya lebih mengandalkan alam dan penghayatan, tetapi dia meminta teknik dan pembangunan khalayak.
Selasa, 20 Maret 2012
Afrizal Malna dan Titarubi: Merajut Cinta Yang Hilang
Sabrank Suparno *
http://sastra-indonesia.com/
Bagi kalangan perteateran dan sastra (puisi), siapa yang tidak mengenal sosok melankolis Afrizal Malna? Tokoh yang disebut-sebut sebagai seniman multidimensi, tajam sebagai seniman, sekaligus peka sebagai sosiolog. Sosok kondang sebagai tokoh kontroversi di era-korup, kolusif terhadap kebijakan orba, sekaligus eksis menjumpai generasi kontemporer setelah rezim orba tumbang.
http://sastra-indonesia.com/
Bagi kalangan perteateran dan sastra (puisi), siapa yang tidak mengenal sosok melankolis Afrizal Malna? Tokoh yang disebut-sebut sebagai seniman multidimensi, tajam sebagai seniman, sekaligus peka sebagai sosiolog. Sosok kondang sebagai tokoh kontroversi di era-korup, kolusif terhadap kebijakan orba, sekaligus eksis menjumpai generasi kontemporer setelah rezim orba tumbang.
Ignas Kleden: Sparatisme Hanyalah Humor Kekuasaan
Hartono Harimurti
http://www.suaramerdeka.com/
MARTABAT negeri ini sedang dipertanyakan. Berbagai persoalan: larangan terbang pesawat Indonesia ke Eropa, penganiayaan tenaga kerja wanita di luar negeri, dan ancaman disintegrasi bangsa tak bisa lagi dielakkan. Ada yang salah dalam sistem sosial dan kebudayaan kita? Mengapa kita tak bisa segera bangkit dari keterpurukan? Ignas Kleden, salah satu pemikir kebudayaan Indonesia, sedih sekali melihat kenyataan itu. Karena itu berbincang-bincang dengan media ini di Kantor Komunitas Indonesia untuk Demokrasi Jalan Tirtayasa VII 1 Kebayoran, Jakarta, Jumat lalu, Ketua Komunitas Indonesia untuk Demokrasi ini, memberikan beberapa saran perbaikan. Berikut petikan perbincangan itu.
http://www.suaramerdeka.com/
MARTABAT negeri ini sedang dipertanyakan. Berbagai persoalan: larangan terbang pesawat Indonesia ke Eropa, penganiayaan tenaga kerja wanita di luar negeri, dan ancaman disintegrasi bangsa tak bisa lagi dielakkan. Ada yang salah dalam sistem sosial dan kebudayaan kita? Mengapa kita tak bisa segera bangkit dari keterpurukan? Ignas Kleden, salah satu pemikir kebudayaan Indonesia, sedih sekali melihat kenyataan itu. Karena itu berbincang-bincang dengan media ini di Kantor Komunitas Indonesia untuk Demokrasi Jalan Tirtayasa VII 1 Kebayoran, Jakarta, Jumat lalu, Ketua Komunitas Indonesia untuk Demokrasi ini, memberikan beberapa saran perbaikan. Berikut petikan perbincangan itu.
Syair Sang Pejabat
Retno Sulistyowati
http://www.tempointeraktif.com/
Gerrr! Kesunyian robek di gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu malam lalu. Bukan dagelan ketoprak atau banyolan pelawak yang menjadi penyebab, melainkan pembacaan sajak. Bait-bait puisi yang dilafalkan Wali Kota Depok Nurmahmudi Ismail mengocok perut penonton.
Puisi Nurmahmudi sederhana sebenarnya. Bahkan puisi itu mirip laporan pertanggungjawaban kepada dewan perwakilan rakyat daerah. Teknik membacanya pun sangat biasa, tidak ekspresif, malah cenderung monoton. Toh, isinya mengundang tawa.
http://www.tempointeraktif.com/
Gerrr! Kesunyian robek di gedung Teater Kecil Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Sabtu malam lalu. Bukan dagelan ketoprak atau banyolan pelawak yang menjadi penyebab, melainkan pembacaan sajak. Bait-bait puisi yang dilafalkan Wali Kota Depok Nurmahmudi Ismail mengocok perut penonton.
Puisi Nurmahmudi sederhana sebenarnya. Bahkan puisi itu mirip laporan pertanggungjawaban kepada dewan perwakilan rakyat daerah. Teknik membacanya pun sangat biasa, tidak ekspresif, malah cenderung monoton. Toh, isinya mengundang tawa.
Sendiri Memutari Tanah Air Mata
: Selamat Ulang Tahun, Presiden Penyair
Chavchay Syaifullah
Media Indonesia, 24 Juni 2007
PADA 1974, beberapa hari sebelun berangkat ke Iowa City, Amerika Serikat, penyair Sutardji Calzoum Bachri tampil membacakan puisi-puisinya di Gedung Teater Arena, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Di situlah, ketika botol-botol bir bersatu dengan aksi deklamasi puisi, saat Sutardji berguling-gulingan tanpa baju, ia berteriak pertama kalinya:
Chavchay Syaifullah
Media Indonesia, 24 Juni 2007
PADA 1974, beberapa hari sebelun berangkat ke Iowa City, Amerika Serikat, penyair Sutardji Calzoum Bachri tampil membacakan puisi-puisinya di Gedung Teater Arena, Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta. Di situlah, ketika botol-botol bir bersatu dengan aksi deklamasi puisi, saat Sutardji berguling-gulingan tanpa baju, ia berteriak pertama kalinya:
Bahasa dan Jati Diri Bangsa
Imam Jahrudin Priyanto*
Pikiran Rakyat, 9 Feb 2008
MENDALAMI bahasa Indonesia tidak semudah yang dibayangkan. Semakin didalami, semakin terasa kesulitan dan segala kroniknya. Namun, dalam kesulitan itu terdapat keunikan tertentu sehingga orang yang mencintai bahasa Indonesia akan semakin asyik mendalaminya.
Sudah selayaknya bila kita merasa bangga terhadap bahasa Indonesia yang kosakatanya digali dari kekayaan budaya sendiri, khususnya bahasa Melayu, yang kemudian mendapat pengayaan dari sana-sini.
Pikiran Rakyat, 9 Feb 2008
MENDALAMI bahasa Indonesia tidak semudah yang dibayangkan. Semakin didalami, semakin terasa kesulitan dan segala kroniknya. Namun, dalam kesulitan itu terdapat keunikan tertentu sehingga orang yang mencintai bahasa Indonesia akan semakin asyik mendalaminya.
Sudah selayaknya bila kita merasa bangga terhadap bahasa Indonesia yang kosakatanya digali dari kekayaan budaya sendiri, khususnya bahasa Melayu, yang kemudian mendapat pengayaan dari sana-sini.
Harga Diri Ayam
Emha Ainun Nadjib
AYAM memang hewan atau binatang, tetapi tak sekadar hewan atau binatang, ia adalah juga ayam. Ia bahkan punya banyak identitas dan kemungkinan eksistensi yang lain.
Ayam juga makhluk dunia, warga dunia, bagian dari alam, peliharaan Pak Kardjo, temannya ayam lain, putra atau putrinya bapak ayam ibu ayam, penghuni kandang ayam pojok RT. Ayam adalah juga hewan, bukan bebek, bukan angsa, bukan burung bukan anjing, bahkan bukan manusia. Identitas mana yang primer mana yang sekunder, itu soal cara pandang.
AYAM memang hewan atau binatang, tetapi tak sekadar hewan atau binatang, ia adalah juga ayam. Ia bahkan punya banyak identitas dan kemungkinan eksistensi yang lain.
Ayam juga makhluk dunia, warga dunia, bagian dari alam, peliharaan Pak Kardjo, temannya ayam lain, putra atau putrinya bapak ayam ibu ayam, penghuni kandang ayam pojok RT. Ayam adalah juga hewan, bukan bebek, bukan angsa, bukan burung bukan anjing, bahkan bukan manusia. Identitas mana yang primer mana yang sekunder, itu soal cara pandang.
Parade Keseksian Sebuah Tema
Murniati Tanjung
Kompas, 26 Des 2010
BAGAIMANA seorang pengarang mengartikulasikan kecintaannya terhadap kampung halaman? Tidak semua pengarang sadar akan pengartikulasian ini. Bila sadar pun, tidak semua pengarang mau dan mampu melakukannya.
Visi kepengarangan ibarat batang dari sebuah proses kreatif. Visi kepengarangan adalah roh yang akan membuat karya estetis memiliki bobot. Ia juga bagai pemindai karakter karya. Kesadaran akan visi kepengarangan inilah yang kemudian akan membuat si pengarang memiliki ciri khas. Karya-karyanya akan teridentifikasi, tetapi tidak menimbulkan kemonotonan. Karya-karyanya akan ditunggu-tunggu karena para pembaca sudah kecanduan kemampuan pengarang memilih dan menggarap tema.
Kompas, 26 Des 2010
BAGAIMANA seorang pengarang mengartikulasikan kecintaannya terhadap kampung halaman? Tidak semua pengarang sadar akan pengartikulasian ini. Bila sadar pun, tidak semua pengarang mau dan mampu melakukannya.
Visi kepengarangan ibarat batang dari sebuah proses kreatif. Visi kepengarangan adalah roh yang akan membuat karya estetis memiliki bobot. Ia juga bagai pemindai karakter karya. Kesadaran akan visi kepengarangan inilah yang kemudian akan membuat si pengarang memiliki ciri khas. Karya-karyanya akan teridentifikasi, tetapi tidak menimbulkan kemonotonan. Karya-karyanya akan ditunggu-tunggu karena para pembaca sudah kecanduan kemampuan pengarang memilih dan menggarap tema.
Mungkinkah Peraih Nobel Sastra dari Indonesia?
Egidius Patnistik
http://internasional.kompas.com/
Mungkinkah akan ada peraih Nobel di bidang sastra yang berasal dari Indonesia dalam waktu dekat ini? Mungkin saja. Peluang itu semakin besar setelah panitia Nobel di Swedia merekrut lebih banyak ahli untuk memantau karya para penulis yang menulis dalam bahasa bukan Eropa. Perekrutan itu dilakuan demi memperluas cakupan hadiah tersebut, kata juru bicara panitia Nobel, Selasa (4/10/2011).
http://internasional.kompas.com/
Mungkinkah akan ada peraih Nobel di bidang sastra yang berasal dari Indonesia dalam waktu dekat ini? Mungkin saja. Peluang itu semakin besar setelah panitia Nobel di Swedia merekrut lebih banyak ahli untuk memantau karya para penulis yang menulis dalam bahasa bukan Eropa. Perekrutan itu dilakuan demi memperluas cakupan hadiah tersebut, kata juru bicara panitia Nobel, Selasa (4/10/2011).
Novel yang Mengurai Peristiwa Subliminal
Catatan kecil setelah membaca novel Tembang Tolak Bala
Abdul Aziz Rasjid
http://sastra-indonesia.com/
Mutu penginderaan manusia memiliki batas untuk mempersepsi segala hal di lingkungan sekitarnya. Tetapi, dalam aktivitas sehari-hari, ada peristiwa-peristiwa tertentu yang tetap direaksi oleh indera lalu diterjemahkan oleh pikiran namun tak kita sadari. Peristiwa itu disebut oleh Carl Gustav Jung dalam bukunya yang bertajuk Man and His Symbols sebagai peristiwa subliminal, atau peristiwa yang diserap ke lapisan bawah dari ambang kesadaran.
Abdul Aziz Rasjid
http://sastra-indonesia.com/
Mutu penginderaan manusia memiliki batas untuk mempersepsi segala hal di lingkungan sekitarnya. Tetapi, dalam aktivitas sehari-hari, ada peristiwa-peristiwa tertentu yang tetap direaksi oleh indera lalu diterjemahkan oleh pikiran namun tak kita sadari. Peristiwa itu disebut oleh Carl Gustav Jung dalam bukunya yang bertajuk Man and His Symbols sebagai peristiwa subliminal, atau peristiwa yang diserap ke lapisan bawah dari ambang kesadaran.
Tradisi Bual dalam Belantara Budaya Melayu di Riau
UU Hamidy *
http://www.riaupos.co/
Keraguan Nilai
Mendengar kata “bual” mungkin ada orang membayangkan sesuatu perbuatan yang kurang baik. Dari kata “bual” dia membayangkan pembual, yang sering disamakan dengan perbuatan yang suka berbohong.
Hal itu tidak dinafikan. Jangankan kata “bual”, kata-kata lain yang membayangkan perbuatan baik pun dapat disalahgunakan.
http://www.riaupos.co/
Keraguan Nilai
Mendengar kata “bual” mungkin ada orang membayangkan sesuatu perbuatan yang kurang baik. Dari kata “bual” dia membayangkan pembual, yang sering disamakan dengan perbuatan yang suka berbohong.
Hal itu tidak dinafikan. Jangankan kata “bual”, kata-kata lain yang membayangkan perbuatan baik pun dapat disalahgunakan.
Suara Kemanusiaan Penyair Iran dan Dunia
http://indonesian.irib.ir/
2011 Oktober 01
Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam pembukaan seminar para penyair Iran dan dunia mengatakan, “Dewasa ini, pesan kemanusiaan para penyair yang mengusik arogansi negara-negara adidaya global adalah sebuah perjuangan besar.” Ahmadinejad menegaskan, bahasa adalah manifestasi akal dan psikis dan spirit. Namun, puncaknya membuncah dalam bahasa yang dikemukakan dengan perasaan dan kecintaan. Bahasa cinta berbeda dengan bahasa para filosof.
2011 Oktober 01
Presiden Republik Islam Iran, Mahmoud Ahmadinejad dalam pembukaan seminar para penyair Iran dan dunia mengatakan, “Dewasa ini, pesan kemanusiaan para penyair yang mengusik arogansi negara-negara adidaya global adalah sebuah perjuangan besar.” Ahmadinejad menegaskan, bahasa adalah manifestasi akal dan psikis dan spirit. Namun, puncaknya membuncah dalam bahasa yang dikemukakan dengan perasaan dan kecintaan. Bahasa cinta berbeda dengan bahasa para filosof.
Menjemput Kata dari Penjara
Riza Multazam Luthfy *
http://www.lampungpost.com/
Kadang, saya sampai pada pemikiran bahwa lebih baik dipenjara saja supaya bisa menghabiskan satu hari untuk membaca buku dengan tenang. (Julian Assange, pendiri WikiLeaks).
PENJARA merupakan sebuah sangkar yang menjerat dan membatasi kebebasan manusia. Di sanalah manusia dilatih agar menjalani kehidupan minim dengan segala fasilitas. Penjara mengajak penghuninya untuk lebih bersahaja dan hidup ala kadarnya.
http://www.lampungpost.com/
Kadang, saya sampai pada pemikiran bahwa lebih baik dipenjara saja supaya bisa menghabiskan satu hari untuk membaca buku dengan tenang. (Julian Assange, pendiri WikiLeaks).
PENJARA merupakan sebuah sangkar yang menjerat dan membatasi kebebasan manusia. Di sanalah manusia dilatih agar menjalani kehidupan minim dengan segala fasilitas. Penjara mengajak penghuninya untuk lebih bersahaja dan hidup ala kadarnya.
Harun Ar-Rasyid, Sang Pembangun Peradaban
Hepi Andi Bastoni
http://www.republika.co.id/
Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah. Ia dilahirkan pada Februari 763 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi, khalifah ketiga Bani Abbasiyah, dan ibunya bernama Khaizuran.
Masa kanak-kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya bin Khalid Al-Barmaki.
http://www.republika.co.id/
Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima Daulah Abbasiyah. Ia dilahirkan pada Februari 763 M. Ayahnya bernama Al-Mahdi, khalifah ketiga Bani Abbasiyah, dan ibunya bernama Khaizuran.
Masa kanak-kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya bin Khalid Al-Barmaki.
Rabu, 14 Maret 2012
Surat Berdarah Untuk Presiden: Mengantarkan Lea ke Ubud Writting
Pipiet Senja
http://www.kompasiana.com/www.pipitsenja.multiply.com
Prolog
Ini ada surat dari Lea, nama penanya; Jaladara, salah satu penulis pada buku Surat Berdarah Untuk Presiden, diterbitkan oleh Jendela, Grup Zikrul Hakim, Jakarta.
Dia malu-malu mengirimkannya, meskipun baru saja menyelesaikan kuliahnya pada St. Marry, Hong Kong. Karya-karyanya memang luar biasa, bahasanya apik, siapapun takkan pernah mengira bahwa anak yang satu ini penggiat literasi dan seni sastra di kalangan BMI Hong Kong.
Beberapa kali saya membincang karyanya di program Bilik Sastra VOI RRI.
http://www.kompasiana.com/www.pipitsenja.multiply.com
Prolog
Ini ada surat dari Lea, nama penanya; Jaladara, salah satu penulis pada buku Surat Berdarah Untuk Presiden, diterbitkan oleh Jendela, Grup Zikrul Hakim, Jakarta.
Dia malu-malu mengirimkannya, meskipun baru saja menyelesaikan kuliahnya pada St. Marry, Hong Kong. Karya-karyanya memang luar biasa, bahasanya apik, siapapun takkan pernah mengira bahwa anak yang satu ini penggiat literasi dan seni sastra di kalangan BMI Hong Kong.
Beberapa kali saya membincang karyanya di program Bilik Sastra VOI RRI.
Syair, Songket, dan Sungai
Acep Zamzam Noor*
Pikiran Rakyat, 13 Jan 2007
INDONESIA International Poetry Festival 2006 yang berlangsung di Palembang beberapa waktu yang lalu, selain menghadirkan para penyair terkemuka dari sejumlah negara, juga menghadirkan seniman-seniman lokal yang menampilkan sastra tutur. Di wilayah Sumatra Selatan (termasuk Lampung dan Bengkulu) tradisi sastra tutur atau yang lebih kita kenal dengan sebutan sastra lisan terdapat hampir di setiap kabupaten meskipun yang masih benar-benar hidup hanya tinggal di beberapa tempat. Penampilan sastra tutur di arena festival menjadi menarik karena bahasa lokal bersanding dengan bahasa-bahasa internasional seperti Finlandia, Rumania, Italia, Belanda, Jerman, Arab, Turki, Cina, Inggris, yang tentu saja bagi pendengaran saya sama-sama asingnya.
Pikiran Rakyat, 13 Jan 2007
INDONESIA International Poetry Festival 2006 yang berlangsung di Palembang beberapa waktu yang lalu, selain menghadirkan para penyair terkemuka dari sejumlah negara, juga menghadirkan seniman-seniman lokal yang menampilkan sastra tutur. Di wilayah Sumatra Selatan (termasuk Lampung dan Bengkulu) tradisi sastra tutur atau yang lebih kita kenal dengan sebutan sastra lisan terdapat hampir di setiap kabupaten meskipun yang masih benar-benar hidup hanya tinggal di beberapa tempat. Penampilan sastra tutur di arena festival menjadi menarik karena bahasa lokal bersanding dengan bahasa-bahasa internasional seperti Finlandia, Rumania, Italia, Belanda, Jerman, Arab, Turki, Cina, Inggris, yang tentu saja bagi pendengaran saya sama-sama asingnya.
Senin, 12 Maret 2012
Jaro X Yus, Seniman Teater Ciamis yang Bertahan
Kikin Kuswandi
http://www.kabar-priangan.com/
Dalam geliat berkesenian di Ciamis, Teater masih
mendapat hati di masyarakatnya. Karena kesenian ini merangkul semua bidang seni, mulai dari musik, drama, sastra, fashion, dan lainnya.
Banyak karya telah dipentaskan di berbagai tempat, kampus, dan sekolah, yang mengundang kekaguman para apresiatornya. Namun demikian sedikit kiranya seniman teater Ciamis yang masih bertahan dalam berkarya. Sebut saja nama-nama ini: Godi Suwarna, Nur J.M, Didon Nurdani, dan Jaro X. Yus.
http://www.kabar-priangan.com/
Dalam geliat berkesenian di Ciamis, Teater masih
mendapat hati di masyarakatnya. Karena kesenian ini merangkul semua bidang seni, mulai dari musik, drama, sastra, fashion, dan lainnya.
Banyak karya telah dipentaskan di berbagai tempat, kampus, dan sekolah, yang mengundang kekaguman para apresiatornya. Namun demikian sedikit kiranya seniman teater Ciamis yang masih bertahan dalam berkarya. Sebut saja nama-nama ini: Godi Suwarna, Nur J.M, Didon Nurdani, dan Jaro X. Yus.
Selasa, 06 Maret 2012
PAKAIAN BAHASA
Muhammad Rain
http://sastra-indonesia.com/
Di antara banyaknya pengguna kata dalam dunia sastra puisi, pakaian kata tentu berganti-ganti dipakai oleh penyairnya. Tuntutan adanya variasi akibat keseringan menggunakan kata yang sama disokong oleh pengaruh yang ingin menjembatani penulis puisi (penyair kata-kata) agar bahasa yang diramunya dapat terus terasa segar saat dibaca. Harapan puisi dapat mengalir seiring berkembangnya mode kata-kata selalu ada di setiap even penulisan. Dekade setelah reformasi, lemari kata-kata makin ramai dipenuhi oleh rujukan modernitas pengucapan. Bahasa (kata) yang biasa disusun ulang itu selanjutnya mempertemukan kemungkinan-kemungkinan pemaknaan baru, pola susunan putar-balik, transendent dan revision dari kedua sisi yang melingkupinya, baik secara ejaan maupun semantiknya.
http://sastra-indonesia.com/
Di antara banyaknya pengguna kata dalam dunia sastra puisi, pakaian kata tentu berganti-ganti dipakai oleh penyairnya. Tuntutan adanya variasi akibat keseringan menggunakan kata yang sama disokong oleh pengaruh yang ingin menjembatani penulis puisi (penyair kata-kata) agar bahasa yang diramunya dapat terus terasa segar saat dibaca. Harapan puisi dapat mengalir seiring berkembangnya mode kata-kata selalu ada di setiap even penulisan. Dekade setelah reformasi, lemari kata-kata makin ramai dipenuhi oleh rujukan modernitas pengucapan. Bahasa (kata) yang biasa disusun ulang itu selanjutnya mempertemukan kemungkinan-kemungkinan pemaknaan baru, pola susunan putar-balik, transendent dan revision dari kedua sisi yang melingkupinya, baik secara ejaan maupun semantiknya.
Langganan:
Postingan (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae