Suminto A. Sayuti
http://mgmp1.wordpress.com
Pengajaran Sastra: Hakikat, Tujuan, dan Perannya
Hubungan antara pendidikan dan kebudayaan pada dasarnya merupakan hubungan timbal balik. Begitu eratnya hubungan itu sehingga orang meyakini bahwa pengelolaan kebudayaan tidak dapat dilepaskan begitu saja dari kerangka pendidikan, dan sebaliknya, penyelenggaraan pendidikan tanpa orientasi budaya juga akan menjadi gersang dan jauh dari nilai-nilai luhur. Dalam hubungan ini, upaya penanaman nilai budaya lewat pendidikan, yang salah satu manifestasinya berupa pembelajaran sastra di sekolah, merupakan upaya yang tidak boleh diabaikan begitu saja.
Apalagi jika disadari bahwa hakikat pendidikan adalah upaya pengembangan manusia dalam arti seluas-luasnya, yang berlangsung dalam suatu iklim budaya tertentu. Di tempat mana pun kebudayaan berada, diniscayakan terjadi proses pendidikan; sebaliknya, di mana pun terdapat proses pendidikan, di situ terdapat pula transmisi dan pengembangan nilai-nilai kebudayaan. Ketika disadari bahwa sastra merupakan salah satu bagian dari kebudayaan, pengajaran sastra pun berpeluang besar untuk menunaikan imperatif edukasional dan kultural. Keberhasilan pengajaran sastra dalam menunaikan imperatif tersebut niscaya akan begitu dirasakan signifikansinya tatkala perubahan sosial yang telah, tengah, dan akan terjadi disadari sebagai suatu proses yang membawa serta pengaruh yang tak terhindarkan bagi kehidupan dalam berbagai sendinya.
Bagaimana meluaskan jangkauan wilayah pembaca (baca: apresiator) sastra di tengah masyarakat, terutama generasi mudanya, merupakan masalah penting yang tidak boleh diabaikan begitu saja dalam kehidupan sastra kita secara keseluruhan. Karena, luasnya jangkauan wilayah pembaca teks-teks sastra dapat dipertimbangkan sebagai indikasi meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap sastra. Tanpa mengesampingkan upaya-upaya yang telah dilakukan selama ini, agaknya pengajaran sastra memang berada dalam posisinya yang begitu strategis dalam kaitan ini. Artinya, di samping sebagai agen edukasional, pengajaran sastra dapat menjadi agen kultural dalam rangka meluaskan (baca: menyiapkan) jangkauan wilayah pembaca sastra. Dinyatakan demikian karena melalui pengajaran, karya-karya dan mitos sastra berikut nilai-nilai yang dikandungnya disosialisasikan, bahkan dalam sifatnya yang regeneratif. Reinterpretasi, reposisi, dan refungsionalisasi terhadap pengajaran sastra diniscayakan menemukan relevansinya dalam konteks ini.
Secara hakiki tujuan pengajaran sastra di sekolah selalu mencakup dua hal, yakni agar siswa memperoleh pengalaman sastra dan pengetahuan sastra. Karena hakikat pengajaran sastra di sekolah merupakan pengajaran sastra anak-anak/remaja, di antara kedua hal itu, yang pertamalah yang diutamakan, yang akan diperoleh melalui kegiatan berapresiasi dan berekspresi sastra. Pengalaman berapresiasi dapat diperoleh melalui sejumlah kegiatan, misalnya saja melalui kegiatan membaca puisi dan cerpen secara kreatif, mendengarkan karya yang dibacakan (misalnya melalui pita kaset atau langsung menghadiri acara pembacaan puisi). Kegiatan membaca (dan juga membacakan), mendengar, dan menyaksikan pementasan karya-karya sastra, misalnya pergelaran drama/teater, akan membawa siswa memperoleh pengalaman apresiatif.
Di samping pengalaman berapresiasi, penting juga bagi para siswa buat memperoleh pengalaman berekspresi sastra. Kebutuhan untuk mengaktualisasikan diri bukan monopoli manusia dewasa, melainkan juga kebutuhan anak-anak/remaja: aktualisasi diri merupakan kebutuhan setiap manusia. Bagaimana mengupayakan agar sastra menjadi bagian dari upaya menjelmakan diri bagi para siswa tidak boleh diabaikan. Untuk itu, kegiatan menulis puisi (sederhana) di lembar kegiatan siswa atau untuk ditempel di majalah dinding, latihan memparafrasakan, medramatisasikannya (dalam acara-acara sekolah), berdeklamasi atau membaca secara nyaring (poetry reading), serta berbagai hal lain yang termasuk ekspresif, seperti terlibat dalam pergelaran drama atau dramatisasi puisi. Pengalaman berekspresi ini pada gilirannya diniscayakan akan berpengaruh pada pengalaman berapresiasi.
Selanjutnya, tujuan untuk memperoleh pengetahuan sastra hendaknya tidak dilaksanakan secara teoretis, tetapi diberikan dengan berpijak pada pengalaman berapresiasi dan berekspresi. Hal ini perlu dipertimbangkan agar pengajaran sastra tidak menjadi pasif-verbalistik, tetapi cenderung menjadi dinamis-kreatif. Untuk itu, dapat saja dijelaskan secara elementer ciri-ciri formal karya sastra, seperti bentuk-bentuk puisi yang sudah pernah dibaca atau didramatisasikan, ciri-ciri puisi yang sudah pernah dibaca, atau bahkan diciptakan (karena tugas latihan menuliskan pengalaman individual dalam bentuk puisi yang diberikan guru) oleh para siswa. Dengan cara demikian, pengetahuan teoretis itu berperanan menjelaskan pengalaman, khususnya pengalaman berapresiasi dan berekspresi. Pengetahuan sastra yang bersifat historis hendaknya juga diberikan secara sederhana dan secukupnya saja, terutama dalam rangka memperluas pengalaman tersebut, sehingga tidak hanya sebatas pengetahuan historis yang dimaksudkan.
Apresiasi sebagai tujuan utama pengajaran sastra, proses terbentuknya melalui tahapan-tahapan tertentu, yaitu menggemari, menikmati, mereaksi, dan menghasilkan. Oleh karena itu, pencapaian atau terbentuknya memerlukan waktu yang relatif panjang dan prosesnya berlangsung secara berkesinambungan. Apresiasi yang sempurna sulit dicapai di bangku pendidikan formal. Apresiasi yang dibina di sekolah dapat dikatakan sebagai dasar bagi proses menuju apresiasi yang sebenarnya.
Untuk anak-anak dan remaja, fungsi sastra yang utama adalah memupuk minat, di samping berfungsi dedaktis dan kesenangan. Oleh karena itu, dalam kaitan ini yang penting adalah bagaimana mengarahkan mereka agar memiliki kegemaran, yakni kegemaran bersastra sebagai dasar bagi pembentukan tradisi membaca dan menulis sastra. Orientasi terhadap tumbuhnya kegemaran dan kesenangan membaca serta menulis sastra menjadi prioritas utama pengajaran sastra di sekolah.
Berdasarkan teori-teori sastra yang ada, terdapat dua macam strategi pengajaran sastra yang layak untuk dipertimbangkan pengembangannya, yakni strategi yang lebih memperhitungkan pembaca, dan strategi yang lebih berorientasi pada teks.
Keberadaan sastra dalam kurikulum bahasa dan sastra memungkinkan dilakukannya pengkajian dan pengujian efek-efeknya pada diri siswa. Studi sastra menjadi suatu eksplorasi terhadap motivasi dan respon pembaca. Berdasarkan sejumlah pengkajian terhadap respons dapat disimpulkan bahwa respon itu merupakan sebuah konstruk perkembangan. Di dalamnya terdapat sejumlah tahapan respons terhadap sastra yang menekankan konstruk-konstruk psikologis tertentu, seperti identitas diri, empati, refleksi, dan proyeksi.
Hasil-hasil tersebut memungkinkan pengajaran sastra untuk berkembang secara lebih kritis. “Pemanfaatan” sastra dalam pengajaran dapat menghasilkan pembacaan yang berbeda-beda terhadap teks tertentu, yang semuanya ditentukan oleh tingkatan sofistikasi pembaca. Pemahaman hendaknya tidak selalu berpulang pada teks. Teks-teks sastra bukanlah sesuatu yang tidak problematis. Makna dalam teks tidak pernah baku sama sekali karena bahasa yang menjadi medium dan materinya berubah terus-menerus. Bahkan, sebuah teks bukan saja menjadi unik, melainkan juga merupakan campuran (amalgam) sejumlah teks lain. Oleh karena itu, pengajaran sastra mestinya juga memperhitungkan proses bagaimana suatu teks disusun dan bagaimana suatu teks dibaca: (a)makna suatu teks bisa saja dikonstruksikan baik “bagi” pembaca maupun “oleh” pembaca; (b) teks tertentu mungkin saja mempengaruhi pembaca dengan caranya yang khas tanpa keharusan pembaca merealisasikannya; (c) setiap teks menawarkan, bahkan mengajarkan “ideologi” tertentu; (d) konteks tempat teks dihasilkan merupakan hal yang begitu penting dalam penyusunan teks; (e) terdapat makna ganda dalam teks, beberapa di antaranya bersifat terkedepankan; (f) teks seringkali menyusun dan sekaligus meminggirkan gagasan (individual) tertentu dengan cara menempatkannya secara spesifik.
Ilustrasi di atas mengandaikan, sekali lagi, adanya kenyataan bahwa terdapat sejumlah bacaan, termasuk bacaan sastra, yang tersedia secara memadai. Dalam pelaksanaan pengajaran sastra, bacaan-bacaan tersebut mungkin saling mendukung dan bersifat ko-eksisten. Ruang kelas diupayakan agar menjadi tempat sejumlah “perbedaan ideologis” diperhatikan. Dalam setiap ruang kelas teks-teks didekonstruksi dan kemudian direkonstruksi, karena teks sastra memang merupakan sesuatu yang problematik. Dengan cara demikian, respons terhadap sastra dalam suatu forum ideologis yang lebih publik dan lebih eksplisit, dimungkinkan terjadi. Transformasi yang dikehendaki juga akan tercapai karena (kon) teks psikologis tidak disamarkan dan disembunyikan.
Bersambung…
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar