Sabrank Suparno *
Manusia wajib menikahi zamannya, hidup satu rumah sebagai suami-istri. Sementara zaman sebagai pasangan, adalah sosok yang tak bisa tua, sedangkan manusia sosok yang terbatas usia. Lantas bagaimanakah pergolakan bathin menyikapi pasangan yang konstanta?
Manusia dalam pemahaman praktis paragraf di atas berposisi subyek utama entah menjadi suami atau istri. Begitu sebaliknya. Manusia dipahami utuh sebagai susunan organ fisik dan pisikis. Zaman pun lengkap dengan susunan ruang, menit, jam, mode, dekade dan peradaban. Keduanya, baik manusia atau zamannya dipahami sebagai sesuatu yang linier, meteriil-mekanik karena dihadapkan masa berlaku yang menerjang dan menggulung semua kisah.
Berangkat dari uraian di atas kita memasuki buku Antologi Cerpen Tragedi Kumbang Biru ini. Yakni munculnya pertanyaan dari kaum Pembelajar Jagat yang tergabung dalam UKPM (Unit Kegiatan Penalaran Mahasiswa) STIKP PGRI Jombang tahun 2017, satu unit kegiatan yang khusus bergerak di bidang kepenulisan dan penelitian. Sekitar 30 mahasiswa terkumpul dalam berbagai bidang kepanitiaan yang diketuahi Dian Puspita Anggraini dan dibimbing Aang Fatikhul Islam M. Pd. Pertanyaan seputar apa yang terjadi antara realitas dengan khayalan? Bahasa lain dari pertanyaan di atas adalah apa yang terjadi antara manusia dengan keadaan zaman? Untuk menemukan titik simpul jawaban pertanyaan di atas, kaum Eksperimentalis ini melempar thesis dengan mengadakan Lomba Menulis Cerpen Tingkat Mahasiswa Se-Jawa Timur. Supaya lemparan thesis terfokus, maka konsep analisisnya terbingkai dalam tema ‘Tragedi Kemanusiaan Di Generasi Alpha’.
Dalam sinopsis yang dipaparkan kaum Eksperimentalis selaku panitia bahwa penarikan batas (periodesasi) generasi Alpha didasarkan pada momentum bulan Mei ketika terjadi tragedi Trisakti. Di mana, tragedi Trisakti merupakan catatan sejarah tentang HAM, kekerasan seksual dan kepedulian feminisme gander. Generasi Alpha terlahir setelah generasi Z sekitar 1995-2010. Generasi Alpha diperkirakan menghuni zamannya dari 2010-2025. Otomatis generasi Alpha berada pada kondisi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Kondisi yang memuat kenyaman, kelayakan beserta resiko keburukan ketika dihadapkan dengan produk budaya. Efek buruk yang oleh Afrizal Malna dalam Makalah Konggres Kesenian Indonesia III tanggal 1-5 Desember di Bandung disebut sebagai ‘hantu masa kini’.
Kenyataannya, generasi Alpha yang bertahta sekitar 2010-2025 dihadapkan pada produk budaya Mega Cyber. Sebuah media komunikasi sybernetik berbasis gelombang transversal-longitudinal yang dipancarkan satelit. Dari pesawat komersil luar angkasa ini kemudian membentuk berbagai-bagai jenis profider hardware-shoftware. Berikutnya munculah tekhnologi HP lengkap dengan menu Facebook, Line, BBM, Imo, WA, Bigo Live dll, beserta jalur rahasia group yang menyerupai lorong tikus. Aplikasi yang tiba-tiba tampil sebagai kebutuhan manusia terhadap zamannya. Kebutuhan yang dikonsumsi tanpa batas usia. Sementara ukuran perkembangan manusia dalam mengonsumsi media cyber dipengaruhi oleh batasan usia itu sendiri dalam memahami pergerakan zaman. Dari rahim kontroversi berbagai problematika zaman inilah yang coba disadap kaum Eksperimentalis untuk mengidentivikasi hantu masa kini melalui satu pintu metodologi karya sastra-dalam hal ini penulisan cerpen.
Berikut adalah beberapa judul cerpen dalam buku Antologi Cerpen Tragedi Kumbang Biru yang dianggap memenuhi kreteria lomba. Tentu saja sebelumnya melalui proses panjang seputar koreksi: Kesesuaian terhadap tema, Kelengkapan unsur instrinsik, Ketepatan menggunakan bahasa dan Amanat nilai yang terkandung. Cerpen Pelajaran Tentang Kumbang-Kumbang mengisahkan tokoh Nizam, pelajar yang menerima efek langsung dunia gawai. Cerita diawali ketika Nizam berkumpul dengan Mama-Papanya. Meski mereka berkumpul bertiga, tetapi masing-masing sibuk dengan benda kecil bernama HP. Bahkan berkomunikasi langsung sebagai manusia, sebagai anggota keluarga justru mengganggu kenyamanan orang tua ketika berkomunikasi dengan HP. Sebagai anak, Nizam menanyakan PR yang ditugaskan Pak Kus, guru Nizam. PR yang menanyakan apa bedanya Mama dengan Papa? Sulitnya Nizam mendapatkan jawaban tersebut bukan karena orang tuanya tidak mampu menjawab, melainkan tidak sempat karena sibuk dengan HP. Meski pada akhirnya Nizam mendapatkan jawaban yang tak terduga dari Mamanya. “ Sayang, hanya orang kampung yang membedakan Mama dengan Papanya. Hanya mereka yang menganggap Papa bekerja sedang Mama sibuk di dapur. Kita ini orang kota! Jawaban ini belum tuntas karena Mamanya tiba tiba mengakat kontak HP dari relasi kerja. Peristiwa ini disimpulkan Nizam ketika menjawab pertanyaan ulang dari Pak Kus dalam kelas esok harinya. Nisam pun menjawab, “Tak ada bedanya Pak ! Papa bersekolah tinggi, Mama juga boleh. Papa sibuk dengan urusan kerjaan, Mama boleh juga. Kini, Mama dan Papa setara, keduanya boleh pulang sampai larut malam dengan alasan karier. Dan itu berlangsung terus menerus Pak.” Atas jawaban tersebut, Nizam mendapat hadiah cokelat dari Pak Kus.
Tragedi berikutnya yang dialami Nizam adalah memecahkan teka-teki dari Pak Kus untuk menjawab apa persamaan antara Kumbang dengan Bunga? Pertanyaan yang berbuntut dialog antara Pak Kus dengan Nizam seputar dunia HP. Nizam mengaku kalau suka bermain smartphone dan memainkan game C-O-C. Berawal dari pengakuan itulah Pak Kus kemudian menjanjikan permainan yang lebih menarik, yakni Poke Go. Setelah download Poke Go, Nizam pun memainkan aplikasi tersebut ketika jam istirahat di sekolahnya. Lebih seru dan menegangkan dari pada C-O-C. saking serunya hingga pada batas metabolisme tubuh bahwa Nizam kebelet pipis. Bertemulah Nizam dengan Pak Kus di WC sekolahan. Pak Kus pun menyanggupi Nizam ke permainan yang lebih seru dari Poke Go. Nizam sangat tertarik hingga rela melakukan apapun agar Pak Kus memberi tau permainan tersebut. Saat itulah Pak Kus menyuruh Nizam melepas baju dan celana dalamnya sebagai syarat pemberitahuan permainan baru tersebut. Terjadilah seks oral yang dilakukan Pak Kus terhadap siswinya.
Tragedi atau apa yang disebut hantu zaman gadget ditemukan penulis cerpen ini secara sederhana. Peristiwa yang sangat dekat dengan keseharian dan berhubungan dengan orang orang sekitar hanya karena aplikasi HP. Peristiwa yang merusak anak sejak usia dini sebagai generasi zaman. Cerita yang merekam salah satu peristiwa dari bermacam berita fakta sejenis. Misal ditemukannya kasus siswi SMP yang melayani seks oral pada teman laki-lakinya di WC sekolahan dengan imbalan uang yang tarifnya ditentukan. Hasil uang tersebut dipakai mengisi pulsa paketan karena siswi ini ketagihan game internet yang digemarinya. Atau fitur game lainnya yang digemari anak anak usia SD. Game yang secara tidak langsung membentuk karakter anak bermental brutal. Bahkan menurut beberapa pengamat terselip juga game perang di lorong-lorong bangunan dan menghancurkannya, sementara bangunan tersebut prototype Ka’bah. Dan tragedi semacam ini tidak dialami oleh generasi sebelumnya.
Cerpen berikutnya yang dianggap sesuai dengan tema adalah Buku Biru. Pergolakan cerpen Buku Biru tersusun berdasarkan kesibukan manusia akibat tuntutan dunia modern. Tokoh utama kedodoran karena tidak mampu memenejemen waktu hingga terjebak kesibukan. Kengenasan seorang ibu yang sangat ironis karena dihadapkan pergolakan bathin pada tokoh anaknya yang telah mati. Kengenesan ini muncul tiap kali ia membuka Buku Biru yang berisi catatan harian anaknya yang disuguhkan dalam bentuk potongan teks per-catatan. Berikut slide teks dalam cerpen Buku Biru:
11 Januari 2016.
aku bingung. Mamaku selalu menangis tiap malam. Aku mendengar Papa berteriak-teriak tengah malam. Aku ingin keluar untuk melihat, tetapi aku takut.
20 Februari 2016.
Papa sudah dua minggu tidak pulang. Aku tidak tau. Tapi kata Mama, Papa sudah tidak lagi tinggal bersama kami. Mama bilang kalau mereka sudah bercerai. Aku ingin bertanya, bercerai itu apa? Kenapa Papa tidak boleh tinggal bersama kami? Tapi aku tidak berani menanyakan. Jadi aku diam saja.
27 Oktober 2017.
Mama orang sibuk. Setelah ditinggal Papa, Mama semakin sibuk, aku semakin jarang dengannya. Aku tidak tau Mama pulangnya jam berapa. Pokok aku selalu sudah tidur sebelum Mama pulang…
18 Maret 2017.
Si Puti, kucing kesukaanku mati tenggelam di kolam renang. Aku menelpon Mama di kantor, menyuruhnya pulang. Tapi kata sekretaris, Mama sibuk rapat dan tidak bisa diganggu.
17 Mei 2017.
Hari ini aku ulang tahun. Tahun kemarin Mama dan Papa tidak mengucapkan ulang tahun padaku. Aku harap tahun ini Mama mengingatnya. Kata Mama hari ini ia libur. Aku yakin, Mama pasti membuat kado kejuatan buatku. Aku sudah mendaftar kegiatan hari ini. Menonton televise, mengerjakan PR, bermain boneka, tidur siang sama Mama. Pasti akan sangat menyenangkan.
Dari catatan harian itulah seorang ibu tau kalau Dinda anaknya mati tersengat listrik saat menyolok cop kabel televisi. Colokan yang semestinya dilakukan oleh sang Ibu karena sudah janji menemani anak seharian tapi diremehkan. Sang Ibu baru sadar kalau kesibukannya telah mencuri tanggungjawab terhadap anaknya. Kengenasan yang lebih tragis sebagai hukuman. Sebab hukuman penjara ada batas waktunya, tetapi dihukum kesalahan hingga merenggut nyawa anak merupakan kematian sebagai terdakwa sepanjang sisah hidupnya.
Selain dua cerpen di atas, tidak semua alur cerita disusun berkaitan dengan gadget dan setting latar modernisme. Ada beberapa cerpen yang menitikberatakan klimaks pada pergolakan fisik. Kritik terhadap ketimpangan sosial. Bukan kritik individu. Namun alur cerita demikian setara realitas yang menimpa hilangnya penyair Widji Thukul, Udin wartawan Bernas, serta Marsinah aktivis buruh. Alur yang sering muncul di sinetron atau media maya. Alur yang datar karena penulisnya memakai bacaan yang sama, yakni sinetron dan internet. Kwalitas cerpen yang standar menjadi bahan banding tersendiri dalam kajian sastra. Sebab jika kadar imajenial cerita lebih rendah, atau hanya setara dengan berita fakta maka nasib sastra terbukti yang dikatakan Arthur Danto ketika diwawancarahi Irene Caesar tentang kondisi seni era modern ini-dalam hal ini seni sastra-dalam hal ini sastra jenis cerpen ‘akan mati’ dan tidak diminati pembaca jika tidak berjarak dengan realitas. Bagi Danto, yang disebut realitas harus tersusun berdasarkan imajinasi yang dekat dengan seni. Lalu muncul pernyataan hidup tanpa seni menjadi barbar. Atau apa yang disetujui Adonis bahwa sastra bukanlah realitas. Sastra adalah gambaran tentang realitas itu sendiri. Yang bisa kita lengkapkan bahwa sastra tidak sekedar gambaran tentang realitas, lebih dari itu sastra adalah gambaran yang membenahi realitas.
Membaca keseluruhan cerita yang terkumpul dalam Antologi Cerpen Tragedi Kumbang Biru ini membuka jendela kajian kita. Bahwa karya para mahasiswa ini bukan sekedar dilombakan dan berujung pada kalah atau menang. Melainkan analisa panjang seberapa cermat generasi Alpha di era millenia ini mampu menyelamatkan penghuni zamannya. Mampu berselancar di arus zaman agar tidak tenggelam. Mampu mengembalikan hilangnya entitas manusia ketika dua atau lebih bertemu tetapi saling tidak tertarik sebagai manusia. Manusia yang duduk bersama tapi masing-masing tertarik dengan benda(hp). Kebersamaan manusia yang seharusnya berkomunikasi langsung dalam realitas, tapi memilih bermain HP yang khayalan. Manusia yang kehilangan citra khususnya sebagai manusia dalam pandangan manusia lain.
*) Sabrank Suparno, menulis esai, puisi, cerpen dan cerkak bahasa Jombangan. Peserta Temu Sastra Jawa Timur 2011. Penerima Tali Asih Gubernur dan Dinas Pariwisata Budaya Jawa Timur 2014. Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jombang (Dekajo) 2017-2021. Tinggal di Dowong Plosokerep RT/RW: 08/02 Sumobito-Jombang. Sekarang aktif menjadi petani ini.
http://sastra-indonesia.com/2017/10/karya-yang-berselancar-di-arus-zaman/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar