Jumat, 13 Oktober 2017

Karya yang Berselancar di Arus Zaman

Sabrank Suparno *

Manusia wajib menikahi zamannya, hidup satu rumah sebagai suami-istri. Sementara zaman sebagai pasangan, adalah sosok yang tak bisa tua, sedangkan manusia sosok yang terbatas usia. Lantas bagaimanakah pergolakan bathin menyikapi pasangan yang konstanta?

Manusia dalam pemahaman praktis paragraf di atas berposisi subyek utama entah menjadi suami atau istri. Begitu sebaliknya. Manusia dipahami utuh sebagai susunan organ fisik dan pisikis. Zaman pun lengkap dengan susunan ruang, menit, jam, mode, dekade dan peradaban. Keduanya, baik manusia atau zamannya dipahami sebagai sesuatu yang linier, meteriil-mekanik karena dihadapkan masa berlaku yang menerjang dan menggulung semua kisah.

Berangkat dari uraian di atas kita memasuki buku Antologi Cerpen Tragedi Kumbang Biru ini. Yakni munculnya pertanyaan dari kaum Pembelajar Jagat yang tergabung dalam UKPM (Unit Kegiatan Penalaran Mahasiswa) STIKP PGRI Jombang tahun 2017, satu unit kegiatan yang khusus bergerak di bidang kepenulisan dan penelitian. Sekitar 30 mahasiswa terkumpul dalam berbagai bidang kepanitiaan yang diketuahi Dian Puspita Anggraini dan dibimbing Aang Fatikhul Islam M. Pd. Pertanyaan seputar apa yang terjadi antara realitas dengan khayalan? Bahasa lain dari pertanyaan di atas adalah apa yang terjadi antara manusia dengan keadaan zaman? Untuk menemukan titik simpul jawaban pertanyaan di atas, kaum Eksperimentalis ini melempar thesis dengan mengadakan Lomba Menulis Cerpen Tingkat Mahasiswa Se-Jawa Timur. Supaya lemparan thesis terfokus, maka konsep analisisnya terbingkai dalam tema ‘Tragedi Kemanusiaan Di Generasi Alpha’.

Dalam sinopsis yang dipaparkan kaum Eksperimentalis selaku panitia bahwa penarikan batas (periodesasi) generasi Alpha didasarkan pada momentum bulan Mei ketika terjadi tragedi Trisakti. Di mana, tragedi Trisakti merupakan catatan sejarah tentang HAM, kekerasan seksual dan kepedulian feminisme gander. Generasi Alpha terlahir setelah generasi Z sekitar 1995-2010. Generasi Alpha diperkirakan menghuni zamannya dari 2010-2025. Otomatis generasi Alpha berada pada kondisi yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Kondisi yang memuat kenyaman, kelayakan beserta resiko keburukan ketika dihadapkan dengan produk budaya. Efek buruk yang oleh Afrizal Malna dalam Makalah Konggres Kesenian Indonesia III tanggal 1-5 Desember di Bandung disebut sebagai ‘hantu masa kini’.

Kenyataannya, generasi Alpha yang bertahta sekitar 2010-2025 dihadapkan pada produk budaya Mega Cyber. Sebuah media komunikasi sybernetik berbasis gelombang transversal-longitudinal yang dipancarkan satelit. Dari pesawat komersil luar angkasa ini kemudian membentuk berbagai-bagai jenis profider hardware-shoftware. Berikutnya munculah tekhnologi HP lengkap dengan menu Facebook, Line, BBM, Imo, WA, Bigo Live dll, beserta jalur rahasia group yang menyerupai lorong tikus. Aplikasi yang tiba-tiba tampil sebagai kebutuhan manusia terhadap zamannya. Kebutuhan yang dikonsumsi tanpa batas usia. Sementara ukuran perkembangan manusia dalam mengonsumsi media cyber dipengaruhi oleh batasan usia itu sendiri dalam memahami pergerakan zaman. Dari rahim kontroversi berbagai problematika zaman inilah yang coba disadap kaum Eksperimentalis untuk mengidentivikasi hantu masa kini melalui satu pintu metodologi karya sastra-dalam hal ini penulisan cerpen.

Berikut adalah beberapa judul cerpen dalam buku Antologi Cerpen Tragedi Kumbang Biru yang dianggap memenuhi kreteria lomba. Tentu saja sebelumnya melalui proses panjang seputar koreksi: Kesesuaian terhadap tema, Kelengkapan unsur instrinsik, Ketepatan menggunakan bahasa dan Amanat nilai yang terkandung. Cerpen Pelajaran Tentang Kumbang-Kumbang mengisahkan tokoh Nizam, pelajar yang menerima efek langsung dunia gawai. Cerita diawali ketika Nizam berkumpul dengan Mama-Papanya. Meski mereka berkumpul bertiga, tetapi masing-masing sibuk dengan benda kecil bernama HP. Bahkan berkomunikasi langsung sebagai manusia, sebagai anggota keluarga justru mengganggu kenyamanan orang tua ketika berkomunikasi dengan HP. Sebagai anak, Nizam menanyakan PR yang ditugaskan Pak Kus, guru Nizam. PR yang menanyakan apa bedanya Mama dengan Papa? Sulitnya Nizam mendapatkan jawaban tersebut bukan karena orang tuanya tidak mampu menjawab, melainkan tidak sempat karena sibuk dengan HP. Meski pada akhirnya Nizam mendapatkan jawaban yang tak terduga dari Mamanya. “ Sayang, hanya orang kampung yang membedakan Mama dengan Papanya. Hanya mereka yang menganggap Papa bekerja sedang Mama sibuk di dapur. Kita ini orang kota! Jawaban ini belum tuntas karena Mamanya tiba tiba mengakat kontak HP dari relasi kerja. Peristiwa ini disimpulkan Nizam ketika menjawab pertanyaan ulang dari Pak Kus dalam kelas esok harinya. Nisam pun menjawab, “Tak ada bedanya Pak ! Papa bersekolah tinggi, Mama juga boleh. Papa sibuk dengan urusan kerjaan, Mama boleh juga. Kini, Mama dan Papa setara, keduanya boleh pulang sampai larut malam dengan alasan karier. Dan itu berlangsung terus menerus Pak.” Atas jawaban tersebut, Nizam mendapat hadiah cokelat dari Pak Kus.

Tragedi berikutnya yang dialami Nizam adalah memecahkan teka-teki dari Pak Kus untuk menjawab apa persamaan antara Kumbang dengan Bunga? Pertanyaan yang berbuntut dialog antara Pak Kus dengan Nizam seputar dunia HP. Nizam mengaku kalau suka bermain smartphone dan memainkan game C-O-C. Berawal dari pengakuan itulah Pak Kus kemudian menjanjikan permainan yang lebih menarik, yakni Poke Go. Setelah download Poke Go, Nizam pun memainkan aplikasi tersebut ketika jam istirahat di sekolahnya. Lebih seru dan menegangkan dari pada C-O-C. saking serunya hingga pada batas metabolisme tubuh bahwa Nizam kebelet pipis. Bertemulah Nizam dengan Pak Kus di WC sekolahan. Pak Kus pun menyanggupi Nizam ke permainan yang lebih seru dari Poke Go. Nizam sangat tertarik hingga rela melakukan apapun agar Pak Kus memberi tau permainan tersebut. Saat itulah Pak Kus menyuruh Nizam melepas baju dan celana dalamnya sebagai syarat pemberitahuan permainan baru tersebut. Terjadilah seks oral yang dilakukan Pak Kus terhadap siswinya.

Tragedi atau apa yang disebut hantu zaman gadget ditemukan penulis cerpen ini secara sederhana. Peristiwa yang sangat dekat dengan keseharian dan berhubungan dengan orang orang sekitar hanya karena aplikasi HP. Peristiwa yang merusak anak sejak usia dini sebagai generasi zaman. Cerita yang merekam salah satu peristiwa dari bermacam berita fakta sejenis. Misal ditemukannya kasus siswi SMP yang melayani seks oral pada teman laki-lakinya di WC sekolahan dengan imbalan uang yang tarifnya ditentukan. Hasil uang tersebut dipakai mengisi pulsa paketan karena siswi ini ketagihan game internet yang digemarinya. Atau fitur game lainnya yang digemari anak anak usia SD. Game yang secara tidak langsung membentuk karakter anak bermental brutal. Bahkan menurut beberapa pengamat terselip juga game perang di lorong-lorong bangunan dan menghancurkannya, sementara bangunan tersebut prototype Ka’bah. Dan tragedi semacam ini tidak dialami oleh generasi sebelumnya.

Cerpen berikutnya yang dianggap sesuai dengan tema adalah Buku Biru. Pergolakan cerpen Buku Biru tersusun berdasarkan kesibukan manusia akibat tuntutan dunia modern. Tokoh utama kedodoran karena tidak mampu memenejemen waktu hingga terjebak kesibukan. Kengenasan seorang ibu yang sangat ironis karena dihadapkan pergolakan bathin pada tokoh anaknya yang telah mati. Kengenesan ini muncul tiap kali ia membuka Buku Biru yang berisi catatan harian anaknya yang disuguhkan dalam bentuk potongan teks per-catatan. Berikut slide teks dalam cerpen Buku Biru:

11 Januari 2016.
aku bingung. Mamaku selalu menangis tiap malam. Aku mendengar Papa berteriak-teriak tengah malam. Aku ingin keluar untuk melihat, tetapi aku takut.

20 Februari 2016.
Papa sudah dua minggu tidak pulang. Aku tidak tau. Tapi kata Mama, Papa sudah tidak lagi tinggal bersama kami. Mama bilang kalau mereka sudah bercerai. Aku ingin bertanya, bercerai itu apa? Kenapa Papa tidak boleh tinggal bersama kami? Tapi aku tidak berani menanyakan. Jadi aku diam saja.

27 Oktober 2017.
Mama orang sibuk. Setelah ditinggal Papa, Mama semakin sibuk, aku semakin jarang dengannya. Aku tidak tau Mama pulangnya jam berapa. Pokok aku selalu sudah tidur sebelum Mama pulang…

18 Maret 2017.
Si Puti, kucing kesukaanku mati tenggelam di kolam renang. Aku menelpon Mama di kantor, menyuruhnya pulang. Tapi kata sekretaris, Mama sibuk rapat dan tidak bisa diganggu.

17 Mei 2017.
Hari ini aku ulang tahun. Tahun kemarin Mama dan Papa tidak mengucapkan ulang tahun padaku. Aku harap tahun ini Mama mengingatnya. Kata Mama hari ini ia libur. Aku yakin, Mama pasti membuat kado kejuatan buatku. Aku sudah mendaftar kegiatan hari ini. Menonton televise, mengerjakan PR, bermain boneka, tidur siang sama Mama. Pasti akan sangat menyenangkan.

Dari catatan harian itulah seorang ibu tau kalau Dinda anaknya mati tersengat listrik saat menyolok cop kabel televisi. Colokan yang semestinya dilakukan oleh sang Ibu karena sudah janji menemani anak seharian tapi diremehkan. Sang Ibu baru sadar kalau kesibukannya telah mencuri tanggungjawab terhadap anaknya. Kengenasan yang lebih tragis sebagai hukuman. Sebab hukuman penjara ada batas waktunya, tetapi dihukum kesalahan hingga merenggut nyawa anak merupakan kematian sebagai terdakwa sepanjang sisah hidupnya.

Selain dua cerpen di atas, tidak semua alur cerita disusun berkaitan dengan gadget dan setting latar modernisme. Ada beberapa cerpen yang menitikberatakan klimaks pada pergolakan fisik. Kritik terhadap ketimpangan sosial. Bukan kritik individu. Namun alur cerita demikian setara realitas yang menimpa hilangnya penyair Widji Thukul, Udin wartawan Bernas, serta Marsinah aktivis buruh. Alur yang sering muncul di sinetron atau media maya. Alur yang datar karena penulisnya memakai bacaan yang sama, yakni sinetron dan internet. Kwalitas cerpen yang standar menjadi bahan banding tersendiri dalam kajian sastra. Sebab jika kadar imajenial cerita lebih rendah, atau hanya setara dengan berita fakta maka nasib sastra terbukti yang dikatakan Arthur Danto ketika diwawancarahi Irene Caesar tentang kondisi seni era modern ini-dalam hal ini seni sastra-dalam hal ini sastra jenis cerpen ‘akan mati’ dan tidak diminati pembaca jika tidak berjarak dengan realitas. Bagi Danto, yang disebut realitas harus tersusun berdasarkan imajinasi yang dekat dengan seni. Lalu muncul pernyataan hidup tanpa seni menjadi barbar. Atau apa yang disetujui Adonis bahwa sastra bukanlah realitas. Sastra adalah gambaran tentang realitas itu sendiri. Yang bisa kita lengkapkan bahwa sastra tidak sekedar gambaran tentang realitas, lebih dari itu sastra adalah gambaran yang membenahi realitas.

Membaca keseluruhan cerita yang terkumpul dalam Antologi Cerpen Tragedi Kumbang Biru ini membuka jendela kajian kita. Bahwa karya para mahasiswa ini bukan sekedar dilombakan dan berujung pada kalah atau menang. Melainkan analisa panjang seberapa cermat generasi Alpha di era millenia ini mampu menyelamatkan penghuni zamannya. Mampu berselancar di arus zaman agar tidak tenggelam. Mampu mengembalikan hilangnya entitas manusia ketika dua atau lebih bertemu tetapi saling tidak tertarik sebagai manusia. Manusia yang duduk bersama tapi masing-masing tertarik dengan benda(hp). Kebersamaan manusia yang seharusnya berkomunikasi langsung dalam realitas, tapi memilih bermain HP yang khayalan. Manusia yang kehilangan citra khususnya sebagai manusia dalam pandangan manusia lain.

*) Sabrank Suparno, menulis esai, puisi, cerpen dan cerkak bahasa Jombangan. Peserta Temu Sastra Jawa Timur 2011. Penerima Tali Asih Gubernur dan Dinas Pariwisata Budaya Jawa Timur 2014. Ketua Komite Sastra Dewan Kesenian Jombang (Dekajo) 2017-2021. Tinggal di Dowong Plosokerep RT/RW: 08/02 Sumobito-Jombang. Sekarang aktif menjadi petani ini.
http://sastra-indonesia.com/2017/10/karya-yang-berselancar-di-arus-zaman/

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae