Kamis, 04 September 2008

TAMBUR TAFFAKUR

KRT. Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/

Demikianlah pada mulanya, bahwa tatapan mata yang mengurai kesemestaan adalah telah lebih jauh melewati rimba larangan, dan selanjutnya tanpa dihantui siapapun, meneruskan perlintasan ke arah barat. Kita mengunci bisik-dingin sang bayu, di kala ketukan-ketukan yang menghampir sudah teramat berderap dan kemudian menderu, semirip dengan taufan pada kemarau garang.

Spada! Aku uluk-salam kepada para leluhur, kepada para karuhun, kepada sang hambaureksa, yang senantiasa perkasa dan menindih keletihan diri sendiri, untuk sampai kepada nirwanaloka. Aku intai lubang-lubang kunci dari langkah yang keduapuluhsatu dari regol pertama, dan baru kutahu: tiada seorang pun menunggu pisowanku. Wahai, kalau tiada keliru, bukankah aku menuju ke Seri Manganti?, tempat para priyagung menunggu sinewaka Daulat Gusti Maharaja? Bukankah aku layak buat mengacungkan tangan untuk meminta para dhayoh seba puri, agar menyusun sembahan jemari, menghaturkan suatu persembahan?

Surat ini kutulis, mbakyu Wardhani – tepat pada harijadimu, selikur April tahun tujuh-tujuh, dan baru kali ini, rasanya segar-bugar sekali ingatanku buat melayangkan warkah yang memplak bertengadah. Kukira mbakyu Wardhani akan sangat bersyukur, jika teringat, betapa dunia ikut bertempik-sorak bersama parak siang yang memangku bangunmu dari tidur sekarang. Ya, mbakyu, sesungguhnya kita tak pernah meninggalkan kubu yang sama. Belum sepuluh tahun terbisikkan kehendak bersimpang-jalan. Sudut kanan dan sudut kiri yang mengawali kunjungan kangen yang menghentak-hentak, memanglah kudu ditempuh karena pada hakekatnya kita takkan rela kehilangan matahari, yang memiliki kadar ‘sembur-sinar’ begitu cerah. Hingga kalau tangan merangkai gubahan, belum pernah tilas tumingalnya Sang Bagaskara itu meninggalkan daku seorang diri. Aku dilingkungi kelonggaran dan kesantaian di kala memperkatakan tentang guyub yang dirindukan. Aku diterangi kelangutan tatkala bersanding dengan kaca-kaca-benggala yang tiada hentinya melukiskan kridha-yudha dari mancanegara, dan alangkah dahsyatnya itu!

Mbakyu Wardhani, sudah pantaskah jika layang kusampaikan ke haribaanmu, lamin dirimu ditangsuli oleh seribusatu permohonan-bantuan dari orang-orang yang kehilangan masadepan? Pada tanganmu, lengkaplah pagut-kasih dari pribadi-pribadi yang berdegup-damba. Bocah yang kehilangan rangkulan sayang dan kaum sepuh yang telah dilemparkan dari dunia-damai, menuju ladang sepetak. Biarlah titik embun yang mengalir dari matamu, dan kuyup-hujan yang tercurah dari jemarimu sanggup mendinginkan unggun dan bara di pedalaman jantung. Moga dirimu mampu menanggulangi serbuan jelus dan dendam-kesumat yang mungkin terlahir dari berbagai sosok yang mempertanyakan saham-juangmu semasa pergolakan.

Mbakyu, Revolusi tak bisa berjalan sendiri, dan tak bisa dipacu oleh limpah-goyahnya si sebatangkara. Ia hanya sanggup meledak karena picu-picunya ditarik oleh beberapa kekuatan yang saling berhadapan. Kau jangan tersaruk, jangan terantuk gundukan semacam ini. Pabila musik-sumber-hayatmu masih berdawai tulus, kuharapkan gesekan dari tanganmu menyelenggarakan simfoni termerdu. Dengarlah!

Sedemikian lebar jangkah-jumangkah bisa ditentukan oleh pengawal maslahat yang menjalani lebuh-raya yang nampak di sana. Namun sedemikian lebar pula mbakyu Wardhani mesti memasang pasak demi pasak, agar supaya Irama Zaman mengikuti, mentaati, mengimbangi. Seandai dalam tugasnya nanti, mbakyu merasakan kesebalan dan perih tiada terkira, cobalah menimang gatra-gatra Mawas-diri. Di perbincangan penuh nuansa itu, niscaya tertinggal sepercik ampunan jua!

Mbakyu Wardhani nan penyabar.
Kemudian, kuingatkan kembali kepada ujar bekas Komandan Pasukan Pelajar di Kota M., Pak Wahyudi, yang mengatakan begini: “Suatu saat nanti, keadaan akan aman-tentram, kendatipun sekarang belum dapat diramalkan, kapan banjir darah ini berhenti. Yang kuharapkan, bahwa anakbuahku memiliki sikap hidup yang genah, prinsip yang takkan goyah selamanya.” Waktu itu, kaumencoba mempertegas ucapan itu dengan kalimat-kalimat begini: “Pak, sepenuhnya aku setuju. Namun demikian, bukan satu-satunya jalan kita tempuh lewat perang, penyembelihan, kemiliteran. Kalau keadaan aman, kita justru mendandani ekonomi masyarakat.”

Sejenak mataku melayang ke sekeliling. Tiang-tiang rumahpanggung yang terbuat dari kayu jati yang utuh, dan berwarna coklat-kehitaman. Di sana-sini mulai nampak keropos dimakan rayap. Juga genting yang tanpa langit-langit satupun, sehingga bagian-bagiannya yang pecah mengantarkan sinar-putih panas dari atas. Sedangkan dinding dan lantainya terbikin dari kayu sonokeling yang direkat dengan damar, sebagian dicat murahan (yang sana-sini mulai lecet), sedang rekatan-sambung lainnya diberi ter pekat yang sangat jelaga warnanya. Karena retakan-sambung satu sama lain tak lagi kuat, maka sedikit pemandangan di luar melintas masuk. Misalnya, beberapa warga laskar yang masih muda dan berpakaian kain blacu yang diwenter tak-rata, lisat-lisut tak bersetrika. Nyaris kesemuanya hanya bersenjatakan keris, golok, pedang, dan tombak, seperti pasukan abad silam. Penyandang pistol hanya komandan dan Mbak Wardhani, itu saja. Lagipula pistol pithi yang digayutkan ke sabuk kehijauan itu nampak seperti pistol mainan bocah layaknya. Aku hela nafasku, seraya merasakan kesiur angin di daun-daun trembesi yang tumbuh lekat samping barat rumah tinggal yang jadi markas darurat ini. Nampaknya pohon ini lengket dengan tiang sebelah kulon yang agak rapuh itu. Bayangan suram jatuh pada kening Warga Pasukan yang berbaring malas-malasan di beranda.

“Lantas kaitannya dengan prinsip yang musti dipegang itu…?” demikian aku yang masih tergolong kurcaci, mengajukan timpalan tanya. Maka segera dihincit oleh Wahyudi: “Begini, nak. Prinsip yang mandiri, tak kenal owah gingsir selamanya. Prajurit bisa berlaga di palagan kisruh. Tekadnya, mempertahankan keutuhan wilayah dan kemerdekaan jiwa bangsa. Tapi manakala perangpun berakhir, prajurit bukan lagi memanggul senapan, bukan berkelewang, melainkan menjamah cangkul untuk menggarap tanah. Atau, giat membenahi pendidikan rakyat, membangun sekolah-sekolah, menulis buku-buku pencerdas lingkungan. Kuyakin, di antara kita masih menyoalkan babak-pungkasan-juang, yang samar-samar…”

“Waduuuuh, Pak Wahyudi terlampau cepat berang, nih!” komentar Wardhani sengit. Sebermula, saya sendiri agak kikuk juga berada di garis depan. Lama kelamaan segalanya terbiasa, dan semangat terbangkitkan oleh bau mesiu, bau darah amis. Pada detik-detik menegangkan, syarafku sering terguncang.

“Kepingin buka warung, barangkali?” ucapku bergumam. “Kalau peperangan purna, anak-anak kembali ke dusun, ketrampilan Mbakyu Wardhani akan sangat bermanfaat buat pembangunan desa-desa yang hancur oleh perang ini…”

“Tak jauh dari gagasanku sendiri,” sambutnya kalem, seraya mengenakan selendang pelangi yang pernah disampaikan Letnan Wahyudi sebulan sebelumnya. “Aku ingin mendirikan warung besar, yang dapat menyediakan berbagai kebutuhan wargadusun, terutama obat-obatan, beras, bumbu dapur, dan lain-lain. Kalau mungkin, toko serba ada. Itu yang pertama. Seterusnya, sebuah Koperasi Simpan-Pinjam yang mampu menyumberi dana kepada para pedagang kecil di pedalaman. Sesudah sukses yang kedua, menyusul kubentuk yayasan penampung para bocah yatim-piatu dan mereka yang lahir di luar nikah, atau yang sering dilecehkan sebagai ‘anak haram jadah’ itu. Lalu, Panti Jompo yang memadai, dik.”

“Mulia sekali, Mbakyu,” bisikku terharu. Kulihat Letnan Wahyudi memandang lembut kepada Srikandi muda yang selama setahun lebih menjadi anggota laskar-putri nan gigih. Ia ternyata berhasil membentuk jaringan-jaringan citanya yang khas, yang hanya mungkin lahir dari kematangan jiwa. Tahun-tahun penuh pergolakan yang bersimbah darah, bermandikan airmata, telah dipupusnya dengan bayangan perdamaian yang luhur, yang dibeberkan secara manis sekali.

Mbakyu Wardhani, adakah hari ini kau lagi mengenangkan kembali kancah yang begitu menegangkan, serta mengajak anak-anak manusia membenam di lumpur panas, dengan kehendak sendiri ataupun tidak. Aku hanya heran, mengapa hingga usia meninggalkan puluhan yang kelima, dirimu masih betah menyendiri. Agaknya tak seorang pun perwira medan-juang yang berhasil membakar asmaramu.
Mbakyu Wardhani, jika pena ini kugoreskan, aku masih juga belum menemukan jawaban, kenapa ‘masa bertapa’ masih merimbun merungkut langut.
---
*) Tanggung jawab penulisan pada PuJa

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae