Selasa, 02 Desember 2008

Indie dan Satrio Piningit Kebudayaan

Dodi Ahmad Fauzi
http://jurnalnasional.com/

Musisi Sujewo Tejo walau tidak tegas-tegas menolak selera pasar, adalah salah seorang musisi yang menyadari betapa selera pasar di Tanah Air terhadap musik, telah tunduk pada kehendak Barat, sehingga apa-apa yang datang dari Barat selalu dinilai paling berkualitas, intelek, dan dijamin top; sementara yang datang dari tradisi dicap kampungan dan kurang berselera.

Melodi dan rhythm musik tradisi dikategorikan bernuansa pentatonik, walau banyak sekali musik tradisi yang bukan bernuansa pentatonik namun bukan pula diatonik, sedangkan musik dari Barat bernuansa diatonik.

Akibat penjajahan Belanda, nuansa musik bangsa ini ditinjau dari kacamata negara, telah berubah menjadi diatonik. Hal itu juga diikuti lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu wajib nasional yang dinyanyikan di sekolah-sekolah seperti ciptaan Ismail Marzuki, Cornel Simanjuntak, H. Mutahar, dan lain-lain. Semuanya bernada diatonis dengan rhythm dan melodi yang juga berasal dari Barat.

Mengapa misalnya lagu kebangsaan tidak bernada megatruh atau madenda, pupuh atau suluk, gurindam atau kinanti?

"Karena selera kesenian kita telah terjajah. Secara fisik kita sudah merdeka, tetapi secara ekonomi, politik, dan kebudayaan, kita masih terjajah oleh kekuatan asing," kata Sujiwo Tejo, Kamis lalu.

Pada rubrik Oase Budaya edisi Mnggu lalu, keterjajahan selera musik juga disampaikan Fahmi Alatas, Ben Pasaribu, dan dalam buku Corat Coret Musik Kontemporer terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan, musisi Suka Hardjana juga menyebutkan hal ini.

Di tengah situasi keterjajahan itu, ada sedikit musisi yang menyadari dan ingin lepas dari belenggu kolonialisasi selera ini. Dengan keras kepala mereka telah menempatkan musik sebagai ideologi, dan menciptakan musik tanpa menghiraukan apakah akan laku di pasar atau tidak. Dan umumnya, kreativitas mereka ini memang tidak diterima oleh pasar, hingga mereka pun berpaling pada intitusi yang dicap sebagai indie label.

Pengertian indie label sering ditolakbelakangkan dengan major label. Di Amerika, grup indie memang lahir dari perlawanan terhadap perusahaan rekaman yang masuk dalam kategori besar atau major, semisal Sony BMG, Paramount, ABC, dan lain-lain. Dengan kata lain, indie adalah melawan arus besar. Tapi pengertian indie juga digunakan oleh orang-orang film. Yang tidak terdengar menggunakan istilah indie adalah seni teater, sastra, tari, seni rupa. Musik dan film memang lebih dekat dengan industri, dalam pengertian mendikte secara ekonomi, snobistik dan epigonistik. Dilihat dari sisi ini, indie mengandung pengertian independensi atau tidak mau didikte oleh selera pasar.

Beberapa musisi Indonesia yang tidak bisa didikte oleh selera pasar itulah yang lebih tepat menyandang musisi indie. Tetapi ada banyak kasus seorang penyanyi atau grup musik dengan mudah mengklaim sebagai indie karena karyanya tidak diterima oleh major label.

"Saya setuju kalau pengertian indie itu mangandung makna ideologi, artinya bermusik bukan untuk kepentingan kapitalisme sehingga ia mau didikte oleh pemodal," kata Sujiwo Tejo.

Pemusik seperti Slamet Abdul Sjukur, Djaduk Ferianto, Tony Prabowo, grup Senisono, Sawung Jabo, Franky Raden, Ben Pasaribu, Fahmi Alatas, termasuk Sujiwo Tedjo sendiri, bisa disebut sebagai musisi indie.

Yoyik Lembayung, salah satu pengelola Warung Apresiasi Bulungan, di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, pendapatnya nyaris senada dengan Sujiwo Tedjo. Menurut Yoyik, fenomena indie bermunculan bukan oleh satu indikator. Banyak orang selalu melihat dari satu indikasi: tembus pasar. Mereka berpendapat, karena tidak sanggup masuk ke major label lantas grup musik itu memasuki wilayah indie label. "Bukan hanya itu tujuan indie. Ada beragam alasan," kata Yoyik.

Yoyik mencontohkan komunitas punk, sebermula bukan bermaksud menciptakan komunitas musik indie, tapi membangun komunitas live style. Cara mereka berlaku, berpakaian, merias dan melengkapi diri dengan aksesori, serta metode berkumpulnya, didesain oleh mereka sebagai gaya hidup yang menjadi ciri orang punk. Pakaian mereka nampak eksotik, unik, bahkan bisa disebut neko-neko. Grup punk di pelbagai belahan dunia, sebermula terinspirasi oleh komunitas Gypsy yang nomaden dan menjadi trubador (pengembara) abadi. Ke mana-mana, mereka berpakain khas, selalu membawa alat musik, dan memainkannya dengan selera mereka sendiri.

Pada dasarnya, personel komunitas punk adalah manusia juga, suka kesenian juga. Akhirnya, mereka mengkreasi kesenian menurut selera mereka. Mungkin saja kreasi ini mengadopsi atau menerima pengaruh dari aliran musik lain yang sudah mapan, toh mereka juga bermain musik dengan instrumen yang digunakan oleh umum, oleh musisi popular. Bunyi yang dihasilkannya juga tak jauh-jauh amat.

"Namun hasil kreativitas mereka itu memang dimaksudkan untuk didengar oleh komunitasnya sendiri. Mereka punya pasar sendiri. Mereka tidak berniat menciptakan pasar untuk kalangan yang lebih luas. Karena itu, distribusi musiknya pun tidak peduli dengan toko atau agen. Mereka menciptakan jaringan distribusi sendiri, misalnya melalui kantong-kantong grup punk di berbagai kota."

Yoyik menuturkan, ada etika tersendiri dalam komunitas punk atau grup-grup musik underground saat mereka bermusik. Yang menarik dari gerakan mereka adalah konvensi yang mereka ciptakan justru terlihat indah. Misalnya, mereka sangat anti-kekerasan saat menggelar konser, sehingga terlihat rukun dan solid. Konvensi yang mereka rumuskan itu, membuat jaringan mereka tambah kuat.

Ada juga indikasi grup musik memasuki wilayah indie sebagai perlawanan terhadap major label yang sudah establish. Mereka melakukan penjualan door to door, dan tidak berambisi mau bergabung dengan major label. Tetapi yang parah, mereka tidak masuk ke wilayah indie karena tidak diterima oleh major label setelah berkali-kali mengajukan permohonan.

Tetapi karya kreativitas musisi indie bukan berarti tidak bisa dimasyarakatkan. Sangat bisa, namun butuh perjuangan keras dengan modal yang besar. Selera musik masyarakat dan sistem pendengarannya sudah kadung jadi diatonis yang terstruktur dan melodius, sedangkan rhythm-nya sudah terpola oleh rhythm drum.

"Selera musik masyrakat sudah lama menjadi Barat, dan penjajahan selera itu memang disengaja untuk akhirnya mengeruk uang juga," kata Sujiwo Tejo.

Karena selera sudah terjajah, akhirnya uang siap dibelanjakan terhadap benda-benda yang keluar dari selera Barat. Jadi, kalau kita berkoar-koar ”ayo mencintai produk bangsa sendiri”, itu hanya menjadi slogan yang bergaung di ruangan kosong selama selera seni-budaya belum dimerdekakan, belum didaulatkan. Para penjajahnya telah meletakkan bedil dan senjata. Namun kemudian mengganti sarananya melalui selera dan bank sentral macam World Bank, IMF, Asian Development Bank, dan lain-lain. "Melalui selera dan bank sentral itu, bukan saja uang yang dikeruk, tetapi kebudayaan sebuah bangsa dikoyak-moyak," kata Tejo.

Bersyukurlah masih ada seniman-seniman bandel yang bergerak di sekotor indie, juga kita musti berterimakasih kepada seniman tradisi yang telah mempertahankan seni tradisi kita. Kalau tidak, tak ada yang mengingatkan kita bahwa kita masih dijajah.

Sulit mencari solusinya, sebab dibutuhkan dana besar untuk memerdekakan selera dan menjadikan bangsa ini berdaulat. Butuh orang kaya yang gila terhadap selera seni-budaya sendiri, dan mau berjuang habis-habisan untuk itu. Menurut Sujiwo Tejo, yang harus segera dicari adalah satria piningit yang akan memerdekaan selera bangsa ini dari penjajahan musik Barat, sebab itulah salah satu kunci yang dapat membuka gerbang kedaulatan bangsa ini.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

SATRIO PININGIT.
WAHYU SEJATI SAH ALADUNI-ILADUNI PIHAK PANDU SAKTI.
POTRET ORANG SEMARANG JAWA-TENGAH.
SAH.
POERWANTO BOEDI SANTOSO.
SHYEIKH POERWANTO AHMAD BIN AHMAD MARIDI BIN AHMAD NAWAWI.

KEDALAM BERITAKU MASALAH HATIMU YANG MELIHAT BUATAN INI ADALAH BUAT ANDA JADILAH PIHAK SALAM BERMAIN BUDI PEKERTI SAH HARAPANKU TANDA INI PUNYAKU.

TAHTA INI SELAMATKU DATAKU SEPERTI INI :
MATA HATI PIKIRAN RAJA RATU SATRIO PININGIT TEMPATKU BADDI.

KITABKU ALADUNI-ILADUNI SIFAT WAHYU SEJATI PENDAPATAN SUFFIKU.

MILIK ALLAH SWT DALAM PUTUSAN SARI BUMI WAHYU JADI.

KITAB INI DUDUK AHLI WATAK KUASA BUDAYA GOIB BADDI.

KAJIANKU ISLAM PAMOR RAHMAT TITAH DUNIA ILHAM.

PIKIRANKU TANDA SURATAN PAHALA ILHAM PIAGAM ALADUNI-ILADUNI.

KACA PINTU HATIKU DUNIA TAHTA SRI MADI MUSTIKA HATIKU SIFAT.

PAHALA INI JADI DUA KAS HATIKU DALAM TUGAS KUBRO ADIL.

CAHAYA BUDI ALAM SURYA JIWA ORANG DUNIA DISINI JAM WAJIBNYA.

SAH BERKALLA MATA SURATAN TAKDIR.

PENJABARAN BUATAN KUBRO JAMAN RATU ADIL HAK DISINI.
SAH.

TANGAN PUTUSAN INI BENAR SAH MATA BUATAN SATRIO PININGIT ASLI.

RAHASIA NEGARA DISINI TERIKAT ALAMI BUMI TERBUKA LUAS.

KUASALAH ALLAH SWT BENAR INI BERITAKU DIDALAM PHOTOKU ILHAM.
SAH.

JAMINANKU KEPADAMU SEMUA ADALAH SUMPAHKU DISINI JADILAH JAMAN KALIAN PUNYA ADIL MAKMUR.

RASAKU KEKUATAN KALIAN SEDALAM HUKUMMU SETINGGI JADIMU SEMUA SILAHKAN KEKUATAN KALIAN SUMPAH DUDUKKU.

TERBUKA HATIMU SPORTIF MENDALAMI BAIKKU DAN TEMPATMU MILIK SATRIO PININGIT SAH BILA SALAHMU DHOLIM.

JEMBATAN HATIKU PERTOLONGAN UMAT MANUSIA DUNIA JAM KATA EL MAUT SEDIA MENGHAKIMI JAHATMU BILA HUKUMMU INGKAR KEPADAKU.

AKU SATRIO PININGIT SIAP HARI INI BERITA BENAR HAK DUNIA MELIHAT.

GAS KHAS AKAL SEJATI JADIKU BADDI MALAIKAT JIBRIEL AS, SUSUK SARI PAMBUDI JAM WASSILLAH KUTUB MEMBADDI TANGANKU.

RAHASIA WAJIBKU SELAMA INI MUSAFIR SELAMA 8 TAHUN PAS ADIL WATAK BUMI MENJAMIN RAHASIA BADANKU SEJATI ALL SATRIO PININGIT ASLI.

RANGKEP RUPO SEWU SARI ROJO RATU RAHAYU.

SANITO DADI BUMIKU WATAK KANURAGAN WASSILLAH BUMIMU SAKETI SUKETI SAHTI SAKTI JIBRIEL AS.

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae