Dodi Ahmad Fauzi
http://jurnalnasional.com/
Musisi Sujewo Tejo walau tidak tegas-tegas menolak selera pasar, adalah salah seorang musisi yang menyadari betapa selera pasar di Tanah Air terhadap musik, telah tunduk pada kehendak Barat, sehingga apa-apa yang datang dari Barat selalu dinilai paling berkualitas, intelek, dan dijamin top; sementara yang datang dari tradisi dicap kampungan dan kurang berselera.
Melodi dan rhythm musik tradisi dikategorikan bernuansa pentatonik, walau banyak sekali musik tradisi yang bukan bernuansa pentatonik namun bukan pula diatonik, sedangkan musik dari Barat bernuansa diatonik.
Akibat penjajahan Belanda, nuansa musik bangsa ini ditinjau dari kacamata negara, telah berubah menjadi diatonik. Hal itu juga diikuti lagu kebangsaan Indonesia Raya dan lagu wajib nasional yang dinyanyikan di sekolah-sekolah seperti ciptaan Ismail Marzuki, Cornel Simanjuntak, H. Mutahar, dan lain-lain. Semuanya bernada diatonis dengan rhythm dan melodi yang juga berasal dari Barat.
Mengapa misalnya lagu kebangsaan tidak bernada megatruh atau madenda, pupuh atau suluk, gurindam atau kinanti?
"Karena selera kesenian kita telah terjajah. Secara fisik kita sudah merdeka, tetapi secara ekonomi, politik, dan kebudayaan, kita masih terjajah oleh kekuatan asing," kata Sujiwo Tejo, Kamis lalu.
Pada rubrik Oase Budaya edisi Mnggu lalu, keterjajahan selera musik juga disampaikan Fahmi Alatas, Ben Pasaribu, dan dalam buku Corat Coret Musik Kontemporer terbitan Masyarakat Seni Pertunjukan, musisi Suka Hardjana juga menyebutkan hal ini.
Di tengah situasi keterjajahan itu, ada sedikit musisi yang menyadari dan ingin lepas dari belenggu kolonialisasi selera ini. Dengan keras kepala mereka telah menempatkan musik sebagai ideologi, dan menciptakan musik tanpa menghiraukan apakah akan laku di pasar atau tidak. Dan umumnya, kreativitas mereka ini memang tidak diterima oleh pasar, hingga mereka pun berpaling pada intitusi yang dicap sebagai indie label.
Pengertian indie label sering ditolakbelakangkan dengan major label. Di Amerika, grup indie memang lahir dari perlawanan terhadap perusahaan rekaman yang masuk dalam kategori besar atau major, semisal Sony BMG, Paramount, ABC, dan lain-lain. Dengan kata lain, indie adalah melawan arus besar. Tapi pengertian indie juga digunakan oleh orang-orang film. Yang tidak terdengar menggunakan istilah indie adalah seni teater, sastra, tari, seni rupa. Musik dan film memang lebih dekat dengan industri, dalam pengertian mendikte secara ekonomi, snobistik dan epigonistik. Dilihat dari sisi ini, indie mengandung pengertian independensi atau tidak mau didikte oleh selera pasar.
Beberapa musisi Indonesia yang tidak bisa didikte oleh selera pasar itulah yang lebih tepat menyandang musisi indie. Tetapi ada banyak kasus seorang penyanyi atau grup musik dengan mudah mengklaim sebagai indie karena karyanya tidak diterima oleh major label.
"Saya setuju kalau pengertian indie itu mangandung makna ideologi, artinya bermusik bukan untuk kepentingan kapitalisme sehingga ia mau didikte oleh pemodal," kata Sujiwo Tejo.
Pemusik seperti Slamet Abdul Sjukur, Djaduk Ferianto, Tony Prabowo, grup Senisono, Sawung Jabo, Franky Raden, Ben Pasaribu, Fahmi Alatas, termasuk Sujiwo Tedjo sendiri, bisa disebut sebagai musisi indie.
Yoyik Lembayung, salah satu pengelola Warung Apresiasi Bulungan, di kawasan Blok M, Jakarta Selatan, pendapatnya nyaris senada dengan Sujiwo Tedjo. Menurut Yoyik, fenomena indie bermunculan bukan oleh satu indikator. Banyak orang selalu melihat dari satu indikasi: tembus pasar. Mereka berpendapat, karena tidak sanggup masuk ke major label lantas grup musik itu memasuki wilayah indie label. "Bukan hanya itu tujuan indie. Ada beragam alasan," kata Yoyik.
Yoyik mencontohkan komunitas punk, sebermula bukan bermaksud menciptakan komunitas musik indie, tapi membangun komunitas live style. Cara mereka berlaku, berpakaian, merias dan melengkapi diri dengan aksesori, serta metode berkumpulnya, didesain oleh mereka sebagai gaya hidup yang menjadi ciri orang punk. Pakaian mereka nampak eksotik, unik, bahkan bisa disebut neko-neko. Grup punk di pelbagai belahan dunia, sebermula terinspirasi oleh komunitas Gypsy yang nomaden dan menjadi trubador (pengembara) abadi. Ke mana-mana, mereka berpakain khas, selalu membawa alat musik, dan memainkannya dengan selera mereka sendiri.
Pada dasarnya, personel komunitas punk adalah manusia juga, suka kesenian juga. Akhirnya, mereka mengkreasi kesenian menurut selera mereka. Mungkin saja kreasi ini mengadopsi atau menerima pengaruh dari aliran musik lain yang sudah mapan, toh mereka juga bermain musik dengan instrumen yang digunakan oleh umum, oleh musisi popular. Bunyi yang dihasilkannya juga tak jauh-jauh amat.
"Namun hasil kreativitas mereka itu memang dimaksudkan untuk didengar oleh komunitasnya sendiri. Mereka punya pasar sendiri. Mereka tidak berniat menciptakan pasar untuk kalangan yang lebih luas. Karena itu, distribusi musiknya pun tidak peduli dengan toko atau agen. Mereka menciptakan jaringan distribusi sendiri, misalnya melalui kantong-kantong grup punk di berbagai kota."
Yoyik menuturkan, ada etika tersendiri dalam komunitas punk atau grup-grup musik underground saat mereka bermusik. Yang menarik dari gerakan mereka adalah konvensi yang mereka ciptakan justru terlihat indah. Misalnya, mereka sangat anti-kekerasan saat menggelar konser, sehingga terlihat rukun dan solid. Konvensi yang mereka rumuskan itu, membuat jaringan mereka tambah kuat.
Ada juga indikasi grup musik memasuki wilayah indie sebagai perlawanan terhadap major label yang sudah establish. Mereka melakukan penjualan door to door, dan tidak berambisi mau bergabung dengan major label. Tetapi yang parah, mereka tidak masuk ke wilayah indie karena tidak diterima oleh major label setelah berkali-kali mengajukan permohonan.
Tetapi karya kreativitas musisi indie bukan berarti tidak bisa dimasyarakatkan. Sangat bisa, namun butuh perjuangan keras dengan modal yang besar. Selera musik masyarakat dan sistem pendengarannya sudah kadung jadi diatonis yang terstruktur dan melodius, sedangkan rhythm-nya sudah terpola oleh rhythm drum.
"Selera musik masyrakat sudah lama menjadi Barat, dan penjajahan selera itu memang disengaja untuk akhirnya mengeruk uang juga," kata Sujiwo Tejo.
Karena selera sudah terjajah, akhirnya uang siap dibelanjakan terhadap benda-benda yang keluar dari selera Barat. Jadi, kalau kita berkoar-koar ”ayo mencintai produk bangsa sendiri”, itu hanya menjadi slogan yang bergaung di ruangan kosong selama selera seni-budaya belum dimerdekakan, belum didaulatkan. Para penjajahnya telah meletakkan bedil dan senjata. Namun kemudian mengganti sarananya melalui selera dan bank sentral macam World Bank, IMF, Asian Development Bank, dan lain-lain. "Melalui selera dan bank sentral itu, bukan saja uang yang dikeruk, tetapi kebudayaan sebuah bangsa dikoyak-moyak," kata Tejo.
Bersyukurlah masih ada seniman-seniman bandel yang bergerak di sekotor indie, juga kita musti berterimakasih kepada seniman tradisi yang telah mempertahankan seni tradisi kita. Kalau tidak, tak ada yang mengingatkan kita bahwa kita masih dijajah.
Sulit mencari solusinya, sebab dibutuhkan dana besar untuk memerdekakan selera dan menjadikan bangsa ini berdaulat. Butuh orang kaya yang gila terhadap selera seni-budaya sendiri, dan mau berjuang habis-habisan untuk itu. Menurut Sujiwo Tejo, yang harus segera dicari adalah satria piningit yang akan memerdekaan selera bangsa ini dari penjajahan musik Barat, sebab itulah salah satu kunci yang dapat membuka gerbang kedaulatan bangsa ini.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
1 komentar:
SATRIO PININGIT.
WAHYU SEJATI SAH ALADUNI-ILADUNI PIHAK PANDU SAKTI.
POTRET ORANG SEMARANG JAWA-TENGAH.
SAH.
POERWANTO BOEDI SANTOSO.
SHYEIKH POERWANTO AHMAD BIN AHMAD MARIDI BIN AHMAD NAWAWI.
KEDALAM BERITAKU MASALAH HATIMU YANG MELIHAT BUATAN INI ADALAH BUAT ANDA JADILAH PIHAK SALAM BERMAIN BUDI PEKERTI SAH HARAPANKU TANDA INI PUNYAKU.
TAHTA INI SELAMATKU DATAKU SEPERTI INI :
MATA HATI PIKIRAN RAJA RATU SATRIO PININGIT TEMPATKU BADDI.
KITABKU ALADUNI-ILADUNI SIFAT WAHYU SEJATI PENDAPATAN SUFFIKU.
MILIK ALLAH SWT DALAM PUTUSAN SARI BUMI WAHYU JADI.
KITAB INI DUDUK AHLI WATAK KUASA BUDAYA GOIB BADDI.
KAJIANKU ISLAM PAMOR RAHMAT TITAH DUNIA ILHAM.
PIKIRANKU TANDA SURATAN PAHALA ILHAM PIAGAM ALADUNI-ILADUNI.
KACA PINTU HATIKU DUNIA TAHTA SRI MADI MUSTIKA HATIKU SIFAT.
PAHALA INI JADI DUA KAS HATIKU DALAM TUGAS KUBRO ADIL.
CAHAYA BUDI ALAM SURYA JIWA ORANG DUNIA DISINI JAM WAJIBNYA.
SAH BERKALLA MATA SURATAN TAKDIR.
PENJABARAN BUATAN KUBRO JAMAN RATU ADIL HAK DISINI.
SAH.
TANGAN PUTUSAN INI BENAR SAH MATA BUATAN SATRIO PININGIT ASLI.
RAHASIA NEGARA DISINI TERIKAT ALAMI BUMI TERBUKA LUAS.
KUASALAH ALLAH SWT BENAR INI BERITAKU DIDALAM PHOTOKU ILHAM.
SAH.
JAMINANKU KEPADAMU SEMUA ADALAH SUMPAHKU DISINI JADILAH JAMAN KALIAN PUNYA ADIL MAKMUR.
RASAKU KEKUATAN KALIAN SEDALAM HUKUMMU SETINGGI JADIMU SEMUA SILAHKAN KEKUATAN KALIAN SUMPAH DUDUKKU.
TERBUKA HATIMU SPORTIF MENDALAMI BAIKKU DAN TEMPATMU MILIK SATRIO PININGIT SAH BILA SALAHMU DHOLIM.
JEMBATAN HATIKU PERTOLONGAN UMAT MANUSIA DUNIA JAM KATA EL MAUT SEDIA MENGHAKIMI JAHATMU BILA HUKUMMU INGKAR KEPADAKU.
AKU SATRIO PININGIT SIAP HARI INI BERITA BENAR HAK DUNIA MELIHAT.
GAS KHAS AKAL SEJATI JADIKU BADDI MALAIKAT JIBRIEL AS, SUSUK SARI PAMBUDI JAM WASSILLAH KUTUB MEMBADDI TANGANKU.
RAHASIA WAJIBKU SELAMA INI MUSAFIR SELAMA 8 TAHUN PAS ADIL WATAK BUMI MENJAMIN RAHASIA BADANKU SEJATI ALL SATRIO PININGIT ASLI.
RANGKEP RUPO SEWU SARI ROJO RATU RAHAYU.
SANITO DADI BUMIKU WATAK KANURAGAN WASSILLAH BUMIMU SAKETI SUKETI SAHTI SAKTI JIBRIEL AS.
Posting Komentar