Rabu, 21 Januari 2009

MEMAHAMI KULTUR ETNIK MELALUI KARYA SASTRA

Maman S Mahayana
http://mahayana-mahadewa.com/

Jika diyakini sastra sebagai ruh kebudayaan, maka sastra sesungguhnya dapat digunakan sebagai salah satu pintu masuk memahami kebudayaan sebuah bangsa. Bagaimanapun juga, sastra merupakan representasi kegelisahan sastrawan. Ia lahir dari proses yang rumit pengamatan, pencermatan, pengendapan, dan pemaknaan sastrawan atas kehidupan ini. Lebih khusus lagi, atas fenomena tindak berkebudayaan sebuah komunitas sosial. Itulah sesungguhnya tanggung jawab sastrawan (seniman) pada kebudayaan, pada kehidupan. Inilah yang dimaksudkan Chairil Anwar sebagai kebebasan dan kebertanggungjawaban seniman pada kebudayaan, pada kemanusiaan: “Kemerdekaan dan Pertanggungan Jawab adalah harga manusia, harga Penghidupan ini….” Begitulah Chairil Anwar mengingatkan tanggung jawab sastrawan (: seniman) pada kehidupan ini.

Dalam konteks itu, ketika fenomena tindak berkebudayaan itu coba diterjemahkan dan dimanifestasikan dalam bentuk karya sastra, di dalamnya tak terhindarkan, mendekam problem sosio-kultural. Oleh karena itu, sesiapa pun sastrawannya, karya yang dihasilkannya tidak dapat terlepas dari persoalan yang terjadi di sekitarnya, problem yang berkecamuk di tengah masyarakatnya. Dalam hal itulah, sastra tidak jarang diperlakukan sebagai dokumen sosial, potret budaya masyarakat, dan representasi semangat zamannya.

Sastra Indonesia pada awalnya dan sejatinya adalah sastra “etnik” yang menggunakan bahasa Indonesia. Ketika Sumpah Pemuda, 28 Oktober 1928, menegaskan pernyataan sikap para pemuda Indonesia yang mengaku: “bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia; berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia,” saat itulah sesungguhnya identitas etnis –diwakili Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar-Peladjar Indonesia—dan agama –diwakili Jong Islamieten—melekat masuk ke dalam semangat kebangsaan atas nama Indonesia. Sejak saat itu pula, bahasa Melayu –sebagai bahasa etnis yang mendiami kawasan Semenanjung— diangkat menjadi bahasa persatuan dalam semangat politik keindonesiaan, dan tidak dalam hubungan kultural kesukubangsaan.

Boleh dikatakan, selepas peristiwa itu, berbagai puak dengan keanekaragaman kultur dan bahasanya, mulai dipersatukan melalui klaim kesadaran adanya persamaan tanah air (wilayah), persamaan nasib bangsa yang terjajah, dan persamaan menggunakan alat komunikasi antar-etnik (bahasa). Maka, meskipun sastrawan Indonesia secara kultural tidak dapat melepaskan diri dari lingkungan kebudayaan dan masyarakat etnik yang melingkarinya, ia secara arbitrer menggunakan bahasa Indonesia untuk kepentingan komunikasi yang melewati garis demarkasi etnisitas. Dengan demikian, sastra Indonesia sesungguhnya berfungsi tidak hanya sebagai sarana ekspresi dalam usaha melakukan komunikasi yang mengatasi wilayah kultur etniknya, melainan juga sebagai alat yang membebaskan dirinya dalam kepungan primordialisme yang sempit.

Secara konseptual, sastra Indonesia dapat dirumuskan sebagai karya sastra yang dihasilkan sastrawan Indonesia, ditulis dalam bahasa Indonesia, dan diterbitkan di wilayah hukum Indonesia. Tetapi secara substansial, keanekaragaman latar belakang kultural, ideologi, agama, pendidikan, dan tarik-menarik pengaruh lokalitas—globalitas, menjadikan setiap karya harus diperlakukan sebagai sesuatu yang khas, unik, dan menunjukkan keberbedaannya. Oleh karena itu, untuk memahami sastra Indonesia, tidak dapat lain, kecuali coba mengungkapkan sejumlah besar khazanah sastra yang terbit di berbagai wilayah Nusantara ini. Maka, tidaklah pada tempatnya jika yang digunakan sebagai sampel hanya karya sastra yang diterbitkan di Jakarta atau kota-kota besar lainnya.
***

Berdasarkan konsepsi bahwa kesusastraan Indonesia adalah semua karya sastra yang dihasilkan pengarang Indonesia dan ditulis dalam bahasa Indonesia, maka sastra Indonesia sesungguhnya dapat digunakan sebagai salah satu pintu masuk untuk memahami kebudayaan Indonesia. Mengingat karya sastra tidak pernah terlepas dari kebudayaan yang melahirkan, membesarkan dan membentuk jati diri pengarang, maka sastra Indonesia dalam sejarahnya –secara substansial—tak pernah menyembunyikan kegelisah kultural pengarangnya. Dalam hal ini, pengarang Indonesia yang lahir, dibesarkan dan dibentuk oleh kebudayaan etniknya, senantiasa mengungkapkan berbagai aspek yang berkaitan dengan kebudayaan daerah, kebudayaan etnik, dan secara keseluruhan, kebudayaan Indonesia.

Adanya kenyataan itu, memperlihatkan bahwa kesusastraan Indonesia sangat kaya dengan warna lokal yang berkaitan dengan kebudayaan daerah. Tetapi, di lain pihak, kesusastraan Indonesia yang sarat bermuatan warna lokal itu, juga cenderung sulit dipahami oleh pembaca yang tidak mempunyai pengetahuan mengenai kebudayaan daerah tersebut. Inilah dasar pemikiran, sejumlah sastrawan, antara lain, Taufiq Ismail, Hamid Jabbar (alm.), Maman S Mahayana, Jamal D Rahman dan Agus R Sarjono, menawarkan sebuah program yang diberi nama: Apresiasi Kebudayaan Daerah melalui Khazanah Kesusastraan Indonesia. Mengingat sasaran program ini guru-guru bahasa Indonesia SMU se-Indonesia, maka lembaga yang tepat untuk menyelenggarakan program ini adalah Pendidikan Dasar dan Menengah Depdiknas. Itulah latar belakang penyelenggaraan program yang kemudian diberi nama: Pendidikan dan Pelatihan Kebudayaan Daerah dalam Kesusastraan Indonesia bagi guru-guru SMU se-Indonesia. Program ini diharapkan tidak hanya akan memberi pencerahan bagi pemahaman berbagai aspek kebudayaan dalam karya sastra, tetapi juga membuka jalan bagi para guru dan siswa sekolah dapat memahami kebudayaan daerah yang lain, sekaligus juga memberi apresiasi yang wajar bagi kebudayaan lain yang menjadi kekayaan budaya bangsa Indonesia.

Pelaksanaan pertama program ini, 2—7 Oktober 2003, melibatkan sejumlah sastrawan dan peneliti sastra, antara lain, Taufiq Ismail, Hamid Jabbar, Ahmad Tohari, Taufik Ikram Jamil, Zawawi Imran, Gus tf Sakai, Agus R Sarjono, Jamal D Rahman. Dari kalangan akademis dan peneliti, tercatat nama Maman S Mahayana, Sunu Wasono, Abdul Rozak Zaidan, Nafron Hasyim, dan R Sitanggang. Adapun tujuan yang hendak dicapai, menyangkut beberapa hal, antara lain, (1) memberi bekal bagi guru untuk meningkatkan pengajaran sastra Indonesia yang ada kaitannya dengan kebudayaan daerah, (2) sebagai salah satu usaha memahami kebudayaan daerah melalui karya sastra, (3) menumbuhkan apresiasi dan pemahaman terhadap berbagai kebudayaan daerah di Indonesia yang terdapat dalam karya sastra, (4) meningkatkan rasa saling menghormati guru dan siswa terhadap keberagaman etnik dan kebudayaan daerah di Indonesia, dan (5) mengembangkan rasa memiliki kebudayaan daerah sebagai entitas kebudayaan Indonesia.

Mengingat Diklat ini sebagai langkah pendalaman materi bagi guru pelajaran bahasa Indonesia SMU se-Indonesia, maka pola Diklat disusun sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sebagaimana yang dirancang. Oleh karena itu, penyajian dan pemberian materi Diklat dilakukan oleh sastrawan Indonesia yang berasal dan berlatar belakang berbagai etnik dan kebudayaan daerah, pakar kebudayaan, dan kritikus sastra. Guna melibatkan secara aktif peserta Diklat, peserta diberi berbagai tugas pelatihan dan analisis terhadap sejumlah karya sastra yang sarat bermuatan warna lokal dan kultur etnik dan daerah. Oleh karena itu, peserta Diklat diharapkan sudah membaca sejumlah karya sastra yang digunakan sebagai objek kajian dalam pelatihan itu. Dengan adanya dialog antara teks—pembaca, pembaca—pengarang—kritikus, berbagai problem yang mungkin dihadapi para guru ketika mengajar di dalam kelas, dapat diatasi dengan memberi penafsiran yang lebih beragam.
***

Sejak program ini dilaksanakan, sejumlah karya sastra berikut penghadiran pengarangnya, telah memberi wawasan dan gambaran lebih lengkap tentang muatan budaya etnik yang mendekam dalam teks sastra. Mereka yang telah memberi kontribusi penting bagi pelaksanaan program ini adalah: Taufiq Ismail (Tirani dan Benteng dan Malu Aku (Jadi) Orang Indonesia—diandaikan merepresentasikan problem bangsa Indonesia), Ahmad Tohari dengan novelnya Ronggeng Dukuh Paruk (Jawa), Taufik Ikram Jamil (Hempasan Gelombang—Melayu), Gus tf Sakai (Tambo—Minangkabau), D. Zawawi Imran (Bantalku Ombak Selimutku Angin—Madura). Dalam tiga tahun berikutnya, pengarang dan karya sastra yang menjadi objek kajiannya adalah: Ajip Rosidi (Perjalanan Penganten—Sunda), Sutardji Calzoum Bachri, (O, Amuk, Kapak—Melayu), Danarto (Godlob—Mistik Jawa), Oka Rusmini (Sagra dan Tarian Bumi—Bali).

Beberapa persoalan teknis, antara lain, kesulitan menghubungi dan menghadirkan pengarang, tiadanya buku yang hendak dijadikan bahan kajian karena tidak lagi dicetak ulang, dan beberapa persoalan teknis lainnya, menyebabkan program ini masih bertumpu pada pelaksanaan program sebelumnya. Itulah sebabnya, pelaksanaan Apresiasi Kebudayaan Daerah melalui Khazanah Kesusastraan Indonesia yang akan dilaksanakan 13—16 Agustus 2008, masih mengangkat tema kebudayaan Jawa, Madura, Minangkabau –melalui karya Wisran Hadi, Orang-Orang Blanti, dan Melayu—melalui karya Rida K Liamsi, Bulang Cahaya.

Pilihan pada novel Orang-Orang Blanti karya Wisran Hadi –yang menggantikan karya Gus tf Sakai, Tambo, dan novel Bulang Cahaya karya Rida K Liamsi –yang menggantikan karya Taufik Ikram Jamil, Hempasan Gelombang dan karya O, Amuk, Kapak karya Sutardji Calzoum Bachri, selain karya itu tidak dicetak ulang, juga hendak menampilkan sisi lain dari sebuah kultur besar, Minangkabau dan Melayu. Karya Wisran Hadi memperlihatkan sebuah semangat otokritik dan semangat mengangkat orang-orang yang secara agama dan kultural termarjimalkan. Sementara karya Rida K Liamsi dalam konteks kehidupan perpolitikan Indonesia dewasa ini, seperti hendak menawarkan sikap dan etika politik yang lebih berbudaya, di samping model percintaan yang masih kental menjaga tatakrama dan sopan santun sesuai dengan nilai-nilai budaya masyarakatnya.
***

Tentu saja berbagai karya lain dengan pengarang lain masih bertebaran dalam khazanah kesusastraan Indonesia yang belum terjangkau program ini. Atas dasar itu pula, program ini akan terus meluaskan kajiannya. Sebut saja misalnya karya-karya Korrie Layun Rampan (Upacara), Ani Sekarningsih (Namaku Teweraut), dan sederet panjang karya sastra kita yang coba mengangkat problem kultur etnik. Dengan dasar pemikiran itu, program ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat pembelajaran kebudayaan etnik dengan memanfaatkan khazanah kesusastraan Indonesia sebagai jembatannya. Dengan cara itu pula, pemahaman generasi Indonesia di masa depan atas suku-sukubangsa di Nusantara ini dibawa pada suatu kondisi yang memungkinkan mereka relatif memahami identitas kebudayaan etniknya ketika mereka dihadapkan pada kebudayaan etnik lain, meskipun mungkin hanya menyangkut salah satu aspek saja. Hanya dengan sikap inklusif dan memberi tekanan pada kesetaraan dalam memandang kebudayaan lain, niscaya sikap snobis terhadap kebudayaan sendiri, cara pandang yang melecehkan kebudayaan lain, dan kesalahpahaman lantaran faktor budaya, lambat atau cepat akan tergusur dengan sendirinya. Dengan begitu, semangat keindonesiaan akan tetap bersumber pada akar budaya sendiri, meskipun kita berhadapan dengan kebudayaan asing yang datang dari mancanegara.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae