Sabtu, 05 Juni 2010

Bila airmata bersajak: Apakah ini sebuah “keputusan”

Imron Tohari
http://www.sastra-indonesia.com/

rumput selalu hijau sepanjang masa
kuda yang terlepas di sabana
tak lagi terpasang pelana dan sangurdi
4 musim dingin telah kita lewati
air tetap mengalir di sungai
namun
mata air di sumur halaman rumah kita
masih juga tetap kering
saat pendatang merampok segalanya
meninggalkan kisah penghianatan
yang tertulis abadi diatas batu batu
meninggalkan genangan air di sudut mata
kelu lidah berucap selamat tinggal
kaki melangkah membawa kepedihan hati
luka hati yang dalam
jangan lagi kita bertemu
bila tak ada keiklasan hati dalam dirimu
biarlah langit menutup pintu selamanya

(Resa Pundarika - 31 Desember 2009)

Menerjemahkan sunyi pada sajak atau puisi, terlebih dulu kita harus menyelam secara total pada ruh bahasa sajak atau puisi yang ingin kita telisik segala pesan yang ada di dalamnya. Melebur tanpa sarat, dengan cara memberi kebebasan imaji rasa dan baca sebagai penghayat dalam upayanya menangkap sinyal-sinyal bahasa yang tetuang secara tekstual pada puisi atau sajak. Dan yang paling penting bagaimana penghayat rela melepas bayang-bayang penyair agar nantinya semua kekuatan rasa dan imaji penghayat bisa jujur dalam mengumpulkan pecahan-pecahan makna yang tersembunyi sebagai suatu misteri bahasa syimbol dalam sajak/puisi. Dalam arti kata harus rela berbenturan dengan benda-benda bahasa atau symbol-symbol bahasa yang senatiasa berayun kesana-kemari untuk mencari pemaknaannya sendiri.

Hidup adalah kesunyian, kesunyian itu bagian dari kehidupan, kehidupan yang menjadikan kita men-sunyi-kan rasa dan indera-indera yang melekat pada diri dalam suatu perenungan-perenungan untuk pencapaian tahapan hidup. Dan tentunya tahapan hidup yang nantinya bisa mencerahkan arti hidup itu sendiri.

Dan kesunyian seperti itu saya rasakan pada sajak suasana hati “ Apakah ini sebuah”keputusan” karya apik Resa Pundarika, yang berhasil menghisap indera baca dan rasa saya selaku penghayat.

Hidup bukan suatu pilihan, dalam arti, kenapa kita bisa hidup di dunia ini dari rahim si A, si B, si C dsb, kecuali atas KehendakNya. Baru setelah kita ada, akan dihadapkan dengan yang namanya kehidupan, dan kehidupan itulah suatu keputusan!.

Tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang tidak ingin hidupnya bahagia. Namun dalam kehidupan ini, semua insan juga akan senantiasa dihadapkan dengan yang namanya kesedihan. Dan memang begitu adanya Allah dalam menguji sebagaimana besar kesabaran serta ketawakalan umatnya dalam menyikapi daya tarik bahagia dan sedih tersebut.

Kehidupan adalah suatu proses, dan kita semua dalam kehidupan ini akan melalui proses tersebut. Seperti halnya apa yang digambarkan penyair Resa Pundarika melalui bahasa-bahasa symbol metaphor, menterjemahkan kebimbangan, realita, dan harapan, yang harus dia hadapi. Penggambaran asa yang tak akan pernah sirna, suatu pengharapan keutuhan yang abadi ( bisa cinta kasih, bahtera rumah tangga, dsb), yang tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu hal yang selama ini begitu tenang/normal, lepas dari sendi kehidupannya, yang sontak membuat diri seakan tidak mempunyai pegangan dan pinjakan hidup. Ibarat berlabuh di samudra luas yang tadinya tenang, tiba-tiba datang gelombang dengan secara tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda cuaca sebelumnya “//kuda yang terlepas di sabana/tak lagi terpasang pelana dan sangurdi//”, pilihan “kuda”,”pelana”,”sangurdi”, menurut saya adalah metaphor yang tepat untuk menggambarkan suasana tersebut. “kuda” yang bisa kita makna sebagai pengganti orang kedua, atau bisa kita makna sebagai bagian yang utuh dalam diri penyair, di kolaborasikan dengan “pelana” yang mempunyai arti harafiah tempat untuk duduk, dan “sangurdi” yang mempunyai arti harafiah tempat menginjakkan kaki yang terbuat dari besi. Sontak menghisap imaji penghayat pada suatu keadaan yang begitu menyentuh perasaan. Perasaan yang dibawa symbol penyair melalui “sangurdi”, yang biasanya dalam menjalani keseharian dia bisa berpijak pada “ sangurdi” yang begitu kuat karena terbuat dari besi, tiba-tiba “sangurdi itu tiada. Namun begitu, kesakitan-kesakitan bahasa dalam sajak ini ( samsara bahasa ), coba ditepis penyair melalui baris “//4 musim dingin telah kita lewati/air tetap mengalir di sungai//”, pengambaran “4 musim dingin telah kita lewati”, menandakan, betapa sudah 4 tahun berjalan dia mencoba dalam kesabaran cinta, walau terasa senyap, kesenyapan yang diperlambangkan dengan musim dingin. Namun dia tetap yakin adanya hidup “air” yang akan senatiasa mengalir pada detak-detak kehidupan “ tetap mengalir di sungai”, dan sudah seharusnya sabar,iklas dan tawakal dalam menjalani realita yang ada,

“rumput selalu hijau sepanjang masa
kuda yang terlepas di sabana
tak lagi terpasang pelana dan sangurdi
4 musim dingin telah kita lewati
air tetap mengalir di sungai”

Betapa suatu keadaan yang dilematik, telah digambarkan dengan baik di larik ini. Larik yang menyedot imaji penghayat untuk terus menjelajahi larik-larik selanjutnya, kenapa bisa terjadi seperti itu?

Telah lama kita mendengar adanya teori sebab akibat. Pun begitu dalam kehidupan, apapun itu, hukum sebab akibat akan selalu menyerta. Dalam arti, aku begini karena begitu, aku begitu karena begini, dsb.

Seperti itulah yang digambarkan penyair melalui bahasa-bahasa symbol/metaphor pada larik-larik sajak di bawah ini,:

“namun
mata air di sumur halaman rumah kita
masih juga tetap kering
saat pendatang merampok segalanya
meninggalkan kisah penghianatan
yang tertulis abadi diatas batu batu
meninggalkan genangan air di sudut mata”

Suatu rasa gundah dalam ketidak pastian yang muncul akibat adanya pihak ketiga, yang mengoyak-ngoyak keyakinannya akan hidup yang tenang dan damai, seperti yang disiratkan pada baris “air tetap mengalir di sungai”, yang tiba-tiba karena suatu keadaan , menggugurkan arti kesetiaan itu sendiri, digambarkan dengan jelas “//saat pendatang merampok segalanya/meninggalkan kisah penghianatan//, “ pendatang” bukan “pendatang-pendatang” bisa saya maknai tunggal, sebagai orang ketiga yang menyebabkan sayatan-sayatan luka, dan “meninggalkan kisah penghianatan”, mengacu kata “kisah”, sepertinya penyair di sini ingin menceritakan suatu keadaan yang di dalamnya ada individu-individu lain, selain dirinya, dan orang ketiga tersebut ( bisa sahabat, adik kakak, ayah ibu, anak, dan siapa saja ) yang sengaja dijadikan artefak bahasa ( benda-benda atau symbol-simbol bahasa yang menunjukan kecakapan manusia melalui penggalian-penggalian piker ) yang disembunyikan.

Dan betapa luka sayatan tersebut, pastinya akan sangat sulit untuk dilupakan;”// yang tertulis abadi di atas batu batu//meninggalkan genangan air di sudut mata//”, “batu-batu” suatu metaphor yang tepat untuk untuk mewakili “banyak hati” bila kita tarik benang merah dengan “kisah”, dalam hal ini penyair memilih “batu” dan di tulis “batu-batu” sebagai metaphor hati,( banyak hati), berkaitan dengan sifat batu yang keras bila di pakai menulis ( membutuhkan alat yang tentunya juga tajam dan keras), dan tulisan tertoreh pada “batu” akan sulit untuk dihapus.

Dramatikal sunyi benar-benar telah berhasil di visualisasikan pada larik-larik sajak berakar sastra china klasik ; dengan seting alam,musim, dan benda-benda yang menjadi ciri khas indahnya sastra china klasik. Pencitraan melalui symbol-simbol bahasa alam tersebut berhasil dieksplore dengan baik pada sajak Resa, Pundarika “ Apakah Ini Sebuah “Keputusan” “, Dan Resa Pundarika secara manusiawi menutupnya dengan larik-larik yang membuat hati bergetar, :

“kelu lidah berucap selamat tinggal
kaki melangkah membawa kepedihan hati
luka hati yang dalam
jangan lagi kita bertemu
bila tak ada keiklasan hati dalam dirimu
biarlah langit menutup pintu selamanya”

Kesunyian hati yang begitu menyayat yang datangnya dari sulingan cinta, yang mengajak mengucapkan “selamat tinggal” karena ketidak berdayaan. Luka yang begitu dalam, luka yang mengiris airmata cinta, yang menghantar jiwanya pergi membawa luka, jiwanya bukan wadaq raganya, karena sejatinya dia masih berharap bisa menjaga sisa-sisa cinta yang berserak di puing-puing cinta ; “//jangan lagi kita bertemu/bila tak ada keiklasan hati dalam dirimu//”, dan disebagian padang sabana, hati kecilnya mengabadikan bait-bait doa : Ya Allah, bila ini takdirku dan dia memang kau peruntukkan untukku, dekatkanlah. Namun bila dia memang sudah tak lagi bisa menjadi bagian hidupku, berilah kami petunjuk dan kekuatan untuk mengakhirnya”

Salam lifespirit! 2 March 2010

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae