Imron Tohari
http://www.sastra-indonesia.com/
rumput selalu hijau sepanjang masa
kuda yang terlepas di sabana
tak lagi terpasang pelana dan sangurdi
4 musim dingin telah kita lewati
air tetap mengalir di sungai
namun
mata air di sumur halaman rumah kita
masih juga tetap kering
saat pendatang merampok segalanya
meninggalkan kisah penghianatan
yang tertulis abadi diatas batu batu
meninggalkan genangan air di sudut mata
kelu lidah berucap selamat tinggal
kaki melangkah membawa kepedihan hati
luka hati yang dalam
jangan lagi kita bertemu
bila tak ada keiklasan hati dalam dirimu
biarlah langit menutup pintu selamanya
(Resa Pundarika - 31 Desember 2009)
Menerjemahkan sunyi pada sajak atau puisi, terlebih dulu kita harus menyelam secara total pada ruh bahasa sajak atau puisi yang ingin kita telisik segala pesan yang ada di dalamnya. Melebur tanpa sarat, dengan cara memberi kebebasan imaji rasa dan baca sebagai penghayat dalam upayanya menangkap sinyal-sinyal bahasa yang tetuang secara tekstual pada puisi atau sajak. Dan yang paling penting bagaimana penghayat rela melepas bayang-bayang penyair agar nantinya semua kekuatan rasa dan imaji penghayat bisa jujur dalam mengumpulkan pecahan-pecahan makna yang tersembunyi sebagai suatu misteri bahasa syimbol dalam sajak/puisi. Dalam arti kata harus rela berbenturan dengan benda-benda bahasa atau symbol-symbol bahasa yang senatiasa berayun kesana-kemari untuk mencari pemaknaannya sendiri.
Hidup adalah kesunyian, kesunyian itu bagian dari kehidupan, kehidupan yang menjadikan kita men-sunyi-kan rasa dan indera-indera yang melekat pada diri dalam suatu perenungan-perenungan untuk pencapaian tahapan hidup. Dan tentunya tahapan hidup yang nantinya bisa mencerahkan arti hidup itu sendiri.
Dan kesunyian seperti itu saya rasakan pada sajak suasana hati “ Apakah ini sebuah”keputusan” karya apik Resa Pundarika, yang berhasil menghisap indera baca dan rasa saya selaku penghayat.
Hidup bukan suatu pilihan, dalam arti, kenapa kita bisa hidup di dunia ini dari rahim si A, si B, si C dsb, kecuali atas KehendakNya. Baru setelah kita ada, akan dihadapkan dengan yang namanya kehidupan, dan kehidupan itulah suatu keputusan!.
Tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang tidak ingin hidupnya bahagia. Namun dalam kehidupan ini, semua insan juga akan senantiasa dihadapkan dengan yang namanya kesedihan. Dan memang begitu adanya Allah dalam menguji sebagaimana besar kesabaran serta ketawakalan umatnya dalam menyikapi daya tarik bahagia dan sedih tersebut.
Kehidupan adalah suatu proses, dan kita semua dalam kehidupan ini akan melalui proses tersebut. Seperti halnya apa yang digambarkan penyair Resa Pundarika melalui bahasa-bahasa symbol metaphor, menterjemahkan kebimbangan, realita, dan harapan, yang harus dia hadapi. Penggambaran asa yang tak akan pernah sirna, suatu pengharapan keutuhan yang abadi ( bisa cinta kasih, bahtera rumah tangga, dsb), yang tiba-tiba dikejutkan oleh sesuatu hal yang selama ini begitu tenang/normal, lepas dari sendi kehidupannya, yang sontak membuat diri seakan tidak mempunyai pegangan dan pinjakan hidup. Ibarat berlabuh di samudra luas yang tadinya tenang, tiba-tiba datang gelombang dengan secara tiba-tiba tanpa ada tanda-tanda cuaca sebelumnya “//kuda yang terlepas di sabana/tak lagi terpasang pelana dan sangurdi//”, pilihan “kuda”,”pelana”,”sangurdi”, menurut saya adalah metaphor yang tepat untuk menggambarkan suasana tersebut. “kuda” yang bisa kita makna sebagai pengganti orang kedua, atau bisa kita makna sebagai bagian yang utuh dalam diri penyair, di kolaborasikan dengan “pelana” yang mempunyai arti harafiah tempat untuk duduk, dan “sangurdi” yang mempunyai arti harafiah tempat menginjakkan kaki yang terbuat dari besi. Sontak menghisap imaji penghayat pada suatu keadaan yang begitu menyentuh perasaan. Perasaan yang dibawa symbol penyair melalui “sangurdi”, yang biasanya dalam menjalani keseharian dia bisa berpijak pada “ sangurdi” yang begitu kuat karena terbuat dari besi, tiba-tiba “sangurdi itu tiada. Namun begitu, kesakitan-kesakitan bahasa dalam sajak ini ( samsara bahasa ), coba ditepis penyair melalui baris “//4 musim dingin telah kita lewati/air tetap mengalir di sungai//”, pengambaran “4 musim dingin telah kita lewati”, menandakan, betapa sudah 4 tahun berjalan dia mencoba dalam kesabaran cinta, walau terasa senyap, kesenyapan yang diperlambangkan dengan musim dingin. Namun dia tetap yakin adanya hidup “air” yang akan senatiasa mengalir pada detak-detak kehidupan “ tetap mengalir di sungai”, dan sudah seharusnya sabar,iklas dan tawakal dalam menjalani realita yang ada,
“rumput selalu hijau sepanjang masa
kuda yang terlepas di sabana
tak lagi terpasang pelana dan sangurdi
4 musim dingin telah kita lewati
air tetap mengalir di sungai”
Betapa suatu keadaan yang dilematik, telah digambarkan dengan baik di larik ini. Larik yang menyedot imaji penghayat untuk terus menjelajahi larik-larik selanjutnya, kenapa bisa terjadi seperti itu?
Telah lama kita mendengar adanya teori sebab akibat. Pun begitu dalam kehidupan, apapun itu, hukum sebab akibat akan selalu menyerta. Dalam arti, aku begini karena begitu, aku begitu karena begini, dsb.
Seperti itulah yang digambarkan penyair melalui bahasa-bahasa symbol/metaphor pada larik-larik sajak di bawah ini,:
“namun
mata air di sumur halaman rumah kita
masih juga tetap kering
saat pendatang merampok segalanya
meninggalkan kisah penghianatan
yang tertulis abadi diatas batu batu
meninggalkan genangan air di sudut mata”
Suatu rasa gundah dalam ketidak pastian yang muncul akibat adanya pihak ketiga, yang mengoyak-ngoyak keyakinannya akan hidup yang tenang dan damai, seperti yang disiratkan pada baris “air tetap mengalir di sungai”, yang tiba-tiba karena suatu keadaan , menggugurkan arti kesetiaan itu sendiri, digambarkan dengan jelas “//saat pendatang merampok segalanya/meninggalkan kisah penghianatan//, “ pendatang” bukan “pendatang-pendatang” bisa saya maknai tunggal, sebagai orang ketiga yang menyebabkan sayatan-sayatan luka, dan “meninggalkan kisah penghianatan”, mengacu kata “kisah”, sepertinya penyair di sini ingin menceritakan suatu keadaan yang di dalamnya ada individu-individu lain, selain dirinya, dan orang ketiga tersebut ( bisa sahabat, adik kakak, ayah ibu, anak, dan siapa saja ) yang sengaja dijadikan artefak bahasa ( benda-benda atau symbol-simbol bahasa yang menunjukan kecakapan manusia melalui penggalian-penggalian piker ) yang disembunyikan.
Dan betapa luka sayatan tersebut, pastinya akan sangat sulit untuk dilupakan;”// yang tertulis abadi di atas batu batu//meninggalkan genangan air di sudut mata//”, “batu-batu” suatu metaphor yang tepat untuk untuk mewakili “banyak hati” bila kita tarik benang merah dengan “kisah”, dalam hal ini penyair memilih “batu” dan di tulis “batu-batu” sebagai metaphor hati,( banyak hati), berkaitan dengan sifat batu yang keras bila di pakai menulis ( membutuhkan alat yang tentunya juga tajam dan keras), dan tulisan tertoreh pada “batu” akan sulit untuk dihapus.
Dramatikal sunyi benar-benar telah berhasil di visualisasikan pada larik-larik sajak berakar sastra china klasik ; dengan seting alam,musim, dan benda-benda yang menjadi ciri khas indahnya sastra china klasik. Pencitraan melalui symbol-simbol bahasa alam tersebut berhasil dieksplore dengan baik pada sajak Resa, Pundarika “ Apakah Ini Sebuah “Keputusan” “, Dan Resa Pundarika secara manusiawi menutupnya dengan larik-larik yang membuat hati bergetar, :
“kelu lidah berucap selamat tinggal
kaki melangkah membawa kepedihan hati
luka hati yang dalam
jangan lagi kita bertemu
bila tak ada keiklasan hati dalam dirimu
biarlah langit menutup pintu selamanya”
Kesunyian hati yang begitu menyayat yang datangnya dari sulingan cinta, yang mengajak mengucapkan “selamat tinggal” karena ketidak berdayaan. Luka yang begitu dalam, luka yang mengiris airmata cinta, yang menghantar jiwanya pergi membawa luka, jiwanya bukan wadaq raganya, karena sejatinya dia masih berharap bisa menjaga sisa-sisa cinta yang berserak di puing-puing cinta ; “//jangan lagi kita bertemu/bila tak ada keiklasan hati dalam dirimu//”, dan disebagian padang sabana, hati kecilnya mengabadikan bait-bait doa : Ya Allah, bila ini takdirku dan dia memang kau peruntukkan untukku, dekatkanlah. Namun bila dia memang sudah tak lagi bisa menjadi bagian hidupku, berilah kami petunjuk dan kekuatan untuk mengakhirnya”
Salam lifespirit! 2 March 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar