Senin, 03 Januari 2011

Ada Apa dengan Puisi?

Donny Anggoro*
http://nasional.kompas.com/

Sungguh sulit meletakkan puncak kegairahan estetik dalam puisi modern kita belakangan ini. Dalam sebuah perbincangan tak resmi Hasif Amini--penjaga rubrik puisi di harian Kompas--mengamini lontaran saya perihal begitu kurang dinamisnya puisi jika dibandingkan dengan prosa.

Booming penerbitan yang nampak dalam lima tahun terakhir tak urung menggoda para penyair untuk hijrah sejenak dalam kepenulisan prosa, mulai dari cerita yang maunya dikonstruksikan menjadi bacaan sastra maupun sekedar deuce et etile- hiburan saja. Sah-sah saja, karena ini urusan pilihan. Budi Darma dalam Solilokui (1984) mengatakan semua pengarang hakekatnya adalah penyair.

Pertanyaan mengusik, benarkah perkembangan puisi kini tinggal reproduksi penyair-penyair sebelumnya? Atau seperti ujaran penyair Jamal D. Rahman, apa yang tersisa kalau hampir segala perambahan pengucapan puitik sudah dilakukan? Benarkah puisi sudah hilang daya tariknya sehingga meski antologi puisi dan rubrik puisi diterbitkan kedudukannya berhenti secara estetik?
Benarkah usaha untuk mengkomodifikasi puisi dari sudut pandang sosialisasinya sudah tidak menarik lagi dibandingkan cerpen dan novel yang karena pencapaiannya dapat merengkuh lebih banyak pembaca? Benarkah meskipun setiap masa yang konon melahirkan sejarah sastranya masing-masing, kerja kritik sastra sudah tak sanggup menampung lantaran begitu banyak jumlah penyair yang muncul?

Pertanyaan-pertanyaan demikian seketika muncul di benak publik masa kini yang masih terpesona kepada pembaruan daripada kedalaman, apalagi kebermainan. Padahal jika mau mencatat kebaruan, almarhum penyair Saut Sitompul (meninggal 2004) cukup punya kecenderungan itu dengan siasat menyelipkan ritme chanting di tengah bait puisinya di samping ia sendiri punya kredo singkat: tulis! Saut tak tercatat lantaran ia berkarya dengan cara tak lazim: menjadi penyair jalanan sehingga namanya terluputkan para pemawas sastra yang masih berparadigma lama.

Ekspetasi melulu kepada kebaruan, tak disadari membuat kerja budaya kehilangan arah. Penerbitan buku Angkatan 2000 dalam Sastra Indonesia, misalnya. Buku susunan Korrie Layun Rampan ini menunjukkan betapa sulitnya menemukan pembaruan sejarah sastra kita. Buku ini menimbulkan keraguan antara leksikon entri pengarang atau kajian sastra mutakhir dari berbagai genre.

Berbeda dengan peneliti sastra Pamusuk Eneste yang tak mau buru-buru menetapkan siapa yang berhak menyandang predikat “sastrawan masa depan” dengan menerbitkan buku entri pengarang (Buku Pintar Sastra, Leksikon Sastra) dan bibliografi dibandingkan Korrie yang tampak bingung sendiri menentukan “garda depan” sastrawan modern kita. Dampak lainnya -meminjam istilah musik “the singer not the song”- yaitu dengan mudahnya kita menyebut sekian banyak nama pengarang, tapi sulit menyebut siapa yang paling menonjol.

Apresiasi puisi menjadi sunyi. Puisi kembali hakikatnya menjadi sekedar bunyi lantaran apresiasi terhadap perkembangannya jarang dilakukan. Catatan terakhir dari estetik puisi mungkin baru Radhar Panca Dahana yang menyebut “puisi hampir tak berjarak dengan prosa” (esai Dunia Prosa, Kompas, 27 Juli 2003). Selebihnya hanya mencatat sebagian kecil dari fenomena tertentu, misalnya metafora seks yang juga masuk ke dalam puisi.

Komunitas puisi di berbagai tempat memang tumbuh seperti Berkat Yakin (Lampung), BlockNot Poetry (Jogja), Riau, Dokarim (Aceh), dan lainnya. Atau di tingkat publikasi, penyair Karsono H. Saputra (penerbit WWS dan Bukupop) punya komitmen mengharukan menerbitkan pelbagai buku antologi puisi Indonesia, mulai dari sajak-sajak reflektif sampai ringan dalam ukuran pocket books (buku saku). Kendala keterbatasan akses selain pemawas sastranya sendiri yang selalu membandingkan dengan zaman dulu tetap ada akibat perkembangan kritik sastra yang lahir pasca H.B Jassin gagal membuka kekuatan dan kelemahan penyair dengan melulu menjadi pujian. Sastra hanya mampu mencatat nama dan riwayat pengarang tanpa kesempatan mencatat nilai-nilai, apalagi menyusun pemikirannya.
***

Bolehlah Sutardji Calzoum Bachri dalam Puisi Estafet (Gelak Esai & Ombak Sajak Anno 2001) mengatakan generasi puisi berikut masih memegang tongkat estafet generasi pendahulunya. Tapi, akibat perhatian yang melulu terpesona kepada pembaruan, sebetulnya nyaris menutup mata kita sendiri untuk bekerja lebih serius menelaah karya-karya yang sudah ada.

Puisi sebetulnya tak cukup dengan urusan kebaruan. Pilihan sang penyair kepada suatu genre juga perlu diperhatikan. Jika tidak, puisi akan terus dianggap mandek. Padahal bukan tak mungkin suatu saat kemasan puisi ke berbagai bentuk seni lain mampu mencapai pengucapan baru yang mandiri.

Bukankah para penyair yang sudah menjadi kanon mengawali dirinya dengan eksperimen? Bukankah puisi itu sendiri tak mungkin lahir dari ruang kosong, bak perkataan Adolfo Sanchez Vasquez yaitu “sastra lahir dalam kekinian dan kedisinian yang konkret” (Art and Society, Merlin Press, London, 1973)?

Kerja budaya dalam puisinya sendiri bukan berarti sudah beres. Setelah melulu dianggap sebagai “pemegang tongkat estafet”, urusan lain yang sebenarnya masih dapat diupayakan sebagai titik tolak pembaruan puisi juga belum ada.

Puisi terjerembab menjadi konsumsi panggung deklamasi setelah gagal mengarungi kekuatan tekstual. Apalagi tak banyak yang memerhatikan publikasi lain yang sebetulnya berpeluang misalnya musikalisasi puisi, memanfaatkan teknologi: permainan tipografi (salah satunya pernah dilakukan Cyberpuitika), film puisi seperti yang dilakukan sutradara Lars Buchel dan penyair Anne Rostanberg (keduanya dari Jerman), film animasi dalam video klip seperti yang dilakukan MTV di era 1990-an dengan menerjemahkan puisi bergaya Victorian ke dalam bentuk gambar, sampai menampilkan kutipan puisi ke dalam ponsel sehingga penyair kelak juga mendapat royalti bak penyanyi yang lagunya dibuat menjadi ring tone (ini sekedar analogi).KOlaborasi puisi menjadi film pun di Jerman selain membuka peluang baru juga menimbulkan polemik yang justru memerlihatkan kerja puisi menjadi dinamis. Misalnya perlukah puisi Goethe yang diterjemahkan ke film membuat puisinya jadi lebih baik atau sebaliknya? Bukti lain (akibat kerja puisinya sendiri yang kurang progresif) tak banyak lagu bagus sekarang yang syairnya digarap penyair atau ditulis secara puitik.

Contoh di atas memang bukan semata kerja penyair seorang diri. Diperlukan keterbukaan dirinya di bidang lain di samping mendapat bantuan dari para maecenas. Pertanyaannya, mengapa belum banyak ditempuh cara lain untuk meningkatkan harga puisi ?
Tiada hal lain yang bisa dilakukan kecuali perbaikan kerja sastranya sendiri di samping pengamatan yang mampu melontarkan karya dalam ruang kosong. *

Banda Aceh, November 2006.

*) Eseis dan aktivis mejabudaya, di Jakarta
kunjungi: http://doro2020.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae