Rabu, 17 Agustus 2011

Acep Zamzam Noor: Gairah Sunyi Mencari Arti Abadi

Bandung Mawardi
http://www.lampungpost.com/

AMIR Hamzah menjadi penyair awal yang fasih menuliskan sunyi dalam religiositas dan kisah cinta. Buku puisi Nyanyi Sunyi (1935) adalah babak penting dalam perpuisian Indonesia modern yang intens mengisahkan sunyi.

Amir Hamzah menuliskan pengertian: Sunyi itu duka/Sunyi itu kudus/Sunyi itu lupa/Sunyi itu lampus.

Sunyi adalah representasi dan realisasi eksistensi manusia dalam pelbagai peristiwa, kondisi, dan kisah. Sunyi mengantarkan manusia dalam religiositas dan kisah cinta manusia. Sunyi menjadi ciri penting puisi Indonesia modern yang terus diwarisi dan dituliskan penyair-penyair mutakhir.

Puisi-puisi sunyi Amir Hamzah menjadi bukti pergulatan penyair mangartikulasikan sunyi sebagai kondisi yang terkatakan atau terbunyikan. Amir Hamzah menjadikan puisi dari sunyi ke bunyi. Bunyi yang sunyi. Puisi Padamu Jua adalah puisi yang mengabarkan kisah manusia yang ingin intim dengan Tuhan. Kondisi batin direpresentasikan dengan kata-kata keras dan lembut yang memuncak dalam sunyi.

Sunyi adalah kisah dan kasih dalam religiositas. Amir Hamzah dalam bait akhir menuliskan: Kasihmu sunyi/Menunggu seorang diri. Sunyi dalam puisi-puisi Amir Hamzah adalah kondisi dalam dan luar yang ingin menguji dan menantang eksistensi manusia.

Puisi-puisi sunyi pun dituliskan Sapardi Djoko Damono dalam buku puisi DukaMu Abadi (1969). Religiositas menjadi ruh dalam buku itu yang ditulis Sapardi dengan lirik-lirik sunyi.

Sapardi sebelum fase DukaMu Abadi sudah menuliskan sunyi dalam puisi Pada Suatu Malam (1964). Sunyi dalam puisi itu diartikan dengan acuan kondisi hidup yang menggelisahkan. Gelisah itu memuncak dalam pengertian: barangkali hidup adalah/doa yang panjang, dan sunyi adalah minuman keras.

Sapardi dalam puisi Prologue mengisahkan religiositas manusia yang ingin intim dengan Tuhan. Puisi itu mengacu pada kuasa Tuhan dan babak-babak sejarah penting kehidupan manusia yang direpresentasikan dalam kisah Qain dan Bukit Golgota. Konklusi dari kisah itu adalah “sepi manusia”.

Puisi-puisi sunyi religius yang diawali Amir Hamzah lalu Sapardi Djoko Damono dilanjutkan Acep Zamzam Noor dengan puisi-puisi sunyi dalam kisah cinta. Membaca buku puisi Menjadi Penyair Lagi (2007) Acep adalah membaca sunyi yang bertebaran. Buku itu mengabarkan puisi masih sanggup mencatat dan mengekalkan sunyi.

Buku itu memuat puisi-puisi awal Acep yang berada dalam alur puisi-puisi sunyi, yakni kumpulan puisi bagian pertama yang berjudul Ada yang Belum Kuucapkan.

Sunyi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005) diartikan sebagai tidak ada bunyi atau suara apa pun; hening; senyap; kosong; tidak ada orang; lengang; sepi. Pengertian itu bisa menjadi instrumen untuk membaca dan menginterpretasikan puisi-puisi Acep Zamzam Noor.

Sunyi terbaca dalam puisi Tak Bisa Kulupakan (1979) yang mengisahkan keinginan aku lirik melupakan pelbagai hal, kisah, suasana, dan peristiwa hidup. Keinginan itu sampai pada negasi-afirmasi bahwa ada ketidakmungkinan melupa terhadap “sepi yang sendu”.

Puisi Kuhitung Detak Jam (1981) yang dengan fasih mengisahkan sepi dalam pengalaman waktu. Sepi adalah pengalaman dalam waktu yang susah tertandai dalam hitungan waktu definitif. Sepi membuat manusia merasa lama atau sesaat yang cenderung teralami dalam waktu fenomenologis.

Acep menulis: Kenapa sepi/Padaku seakan menagih janji. Sepi adalah kondisi dalam waktu yang mengandung tuntutan untuk menagih janji.

Sepi dalam puisi itu adalah pengalaman diri dalam waktu yang tergesa. Acep menuliskan sunyi yang eksistensialis dalam puisi Kwatrin Sunyi (1981). Kondisi alam dan kondisi diri berada dalam relasi manifestasi: Hutan sunyi dan senyap, hati pun rindu dendam.

Sunyi dan senyap terpahamkan sebagai kondisi yang memungkinkan ada represi untuk perasaan-perasaan yang ingin lekas terealisasikan. Sunyi yang represif itu ingin disimpulkan dalam baris penutup: Sepi dalam hatimu: sepi pun menjadi rahasia. Sepi adalah rahasia yang teralami secara personal dan tertutup. Sepi dalam puisi itu berbeda dengan sepi dalam puisi Sebuah Lagu (1981) yang terkesan menjadi pengalaman personal.

Penyair dengan simbolis menuliskan pengalaman sepi dalam hutan puisi. Sepi dalam hutan puisi menjadi puncak pengalaman yang eksistensialis karena hadir dalam rahasia-rahasia kata dan makna.

Sunyi sebagai puncak kisah cinta dituliskan Acep Zamzam Noor dalam puisi Sajak yang Lahir dari Senyuman Ria Soemarta (1982). Penyair dengan definitif menjadikan sunyi sebagai konklusi peristiwa dalam kisah cinta.

Kisah cinta yang berakhir dengan sunyi kerap menjadi penerjemahan cinta yang memuncak dan sublim. Pemaknaan sunyi dilanjutkan Acep dalam puisi Masih Buat Ria Soemarta (1982). Puisi ini mengabarkan sunyi adalah puncak pencerahan cinta. Kesadaran waktu atas sepi dari cinta mengantarkan aku lirik dalam sembilu atau kesedihan mendalam.

Kesedihan itu semakin membuktikan bahwa cinta adalah perubahan dan cinta bakal memupuskan sepi yang sia-sia. Acep menuliskan dengan cinta: Hidup akan berubah karenanya, jadi lebih bicara/ Dari sekadar sepi yang sia-sia.

Puisi-puisi awal Acep Zamzam Noor eksplisit menunjukkan pergulatan tematik atas kisah cinta dan sunyi. Pergulatan itu terbahasakan dengan liris dan romantis.

Acep dengan kesadaran estetika membuktikan diri atas “gairah sunyi mencari arti abadi” (puisi Tangis Darah, 1982). Acep intensif bergulat dengan kesunyian yang “ingin sampai pada sunyi yang abadi” (puisi Desember, 1982). Babak awal perpuisian Acep Zamzam Noor tak mungkin melepaskan diri dari sunyi sebab “sunyi ini terus menyeru” (puisi Lagu Murni, 1982).

Acep Zamzam Noor adalah penyair sunyi yang terus menulis dan mengekalkan sunyi dalam puisi. Sunyi dalam puisi-puisi Acep Zamzam Noor adalah pengalaman-pengalaman manusia yang eksistensialis. Sunyi sanggup dibahasakan dan dikisahkan Acep Zamzam Noor dalam puisi yang liris dan romantis. Acep Zamzam Noor adalah penyair yang ada dengan “gairah sunyi mencari arti abadi”. Begitu.

*) Kritikus sastra dan peneliti di Kabut Institut (Solo).

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae