Rabu, 17 Agustus 2011

Memantik Sastra, Membangkitkan Bangsa

Judul Buku : Menyemai Karakter Bangsa: Budaya Kebangkitan Berbasis Kesastraan
Penulis : Yudi Latif
Penerbit : Penerbit Buku Kompas, Jakarta
Cetakan : Pertama, November 2009
Isi : xxiv + 184 Halaman
ISBN : 978-979-709-452-2
Peresensi : Yasser Arafat
http://waspadamedan.com/

Sastra itu bukan racauan cenayang. Sastra adalah tabiat melek kebenaran, adab celik kebudayaan. Ia bertunas dari kesudian untuk mencari kebenaran dalam tindak membaca, menulis, dan mencipta. Sebagai gerakan, sastra mewujud dalam tindakan kolektif untuk berbahasa satu; bahasa kebenaran. Bukan bahasa politik kekuasaan. Bukan bahasa ekonomi keuntungan. Ingin bangkit? Bersastralah!

Itulah sari buku kompilasi tujuh esai karya Yudi Latif ini. Esai Kebangkitan dan Sastra (hal. 1-26) membahas sastra dan sosio-historisitas bangsa Indonesia. Esai-esai lainnya; Mendekatkan Teknologi Pada Puisi (hal. 27-62), Politik dan Sastra: Dekat Tanpa Melekat (hal. 63-76), Pendidikan Karakter & Sastra (hal. 77-96), Religio-Sosialitas & Sastra: Manifesto Religiositas Pujangga Tua (hal. 97-114), Spiritualitas & Sastra (hal. 115-134), Prasyarat Budaya Kebangkitan (hal. 135-160), masing-masing menelisik persenyawaan antara sastra dan teknologi, politik, pendidikan, religio-sosialitas, spiritualitas, dan etos kebangkitan.

Ada banyak pengulangan kata-kalimat dan teori di semua bahasan buku ini. Sebiji kata puisi pun tak ada termaktub di dalam esai Mendekatkan Teknologi Pada Puisi. Namun, penulis yang layak digelari sang ‘aksiolog sastra’ ini mampu memoles raut lemah itu dengan telusurannya ihwal sastra sebagai asal mula semua gala.

Memang, sastra, yang diragakan dalam kata dan buku, adalah ibu peradaban dunia. Peradaban modern ditonggaki oleh kata Cogito Ergo Sum-nya Rene Descartes. Kapitalisme dan Sosialisme-Komunisme, masing-masing dipahat oleh buku The Wealth of Nation-nya Adam Smith dan Das Kapital-nya Karl Marx. Bahkan alam semesta ini diasal-usuli oleh kata-mantra Kun! (Jadilah!)-nya Allah SWT.

Kejatuhan Karakter

Meski dunia mengguguskan Indonesia sebagai negara yang lulus berdemokrasi dan jaya memapas krisis ekonomi, tapi pengamat politik yang belakangan ini rajin berdemonstrasi mengatakan kalau sebenarnya bangsa Indonesia sedang mengalami kejatuhan karakter. Sewabah penyakit sejarah yang lebih destruktif dari hanya sekedar pemakzulan Presiden atau naiknya harga Sembako.

Tak perlu sensus opini publik untuk mengiyakan tesis itu. Cermatilah kata-kata; fitnah, Buaya, Cicak, kriminalisasi, koalisi, markus, adu domba, bangsat, Setan, Kambing Hitam, Kerbau, dan sebagainya yang kini menjadi ‘bahasa pemersatu’ kita! Tiliklah papan reklame (billboard) atau spanduk berisi rayuan iklan komersial dan hasutan tokoh politik yang mengkolonisasi ruang publik kita! Lalu tengoklah pusat kota yang disarati oleh panah penunjuk arah menuju arena perbelanjaan dan tempat rekreasi, bukan menuju museum atau perpustakaan!

Dari dalil bahasanya, mental bangsa ini terasa frustatif, rusuh, dan hewani. Dari fakta ruang publiknya, sosialitas bangsa ini tampak pragmatis dan hedonis. Inilah kejatuhan karakter itu! Pastilah sastra telah mati di dalam pikiran dan keberaksaraan bangsa besar ini (hal. 22).

Padahal, Indonesia lahir dari rahim gerakan berbasis kesastraan. Untuk menggangsir kolonialisme, sastralah yang dipakai oleh Soekarno, Sjahrir, Hatta, dan para bangsawan pikiran lainnya. Dengan keahlian bersastra, mereka menyuarakan isu kesetaraan, kemajuan pendidikan, modernisasi, keberhasilan hidup, dan kehormatan bangsa dalam kata; kemadjoean (hal. 5).

Puisi, jurnal, naskah drama, buku, bahkan pledoi dan pekik merdeka adalah bahasa dan isi ruang publik masa itu. Tak galat jika sastrawan Radhar Panca Dahana dalam kata pengantarnya menjuluki Indonesia sebagai anak revolusi kata. Hindia-Belanda, nama yang ditabalkan oleh pemerintah Belanda, diganti oleh generasi Soekarno dengan kata Indonesische.

Agar tak dicemari oleh ‘sastra kolonial’, Indonesische pun diubah oleh para penggila buku itu menjadi Indonesia (hal. 14). Sejak itu, kata Indonesia menjadi ekor nama semua perhimpunan-pergerakan nusantara. Pada 28 Oktober 1928, dalam Sumpah Pemuda, Indonesia mengabadi.

Meremajakan Indonesia

Sayangnya, kini di tlatah nuswantara ini, tempat duduk sastra cuma ada di ruang ketang. Sastra semestinya menjadi pelajaran wajib di sekolah untuk membentuk karakter peserta didik. Namun, menurut Putu Wijaya dalam epilog buku ini, sastra justru hanya menjadi penumpang gelap dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Guru-gurunya -yang notabene cabutan dari disiplin lain- cuma mengajarkan sastra di sekitar tahun kelahiran dan kematian pengarang saja. Sementara elemen utama dalam pendidikan karakter; apresiasi sastra/buku, mengarang, dan merangkai kata, dilupakan (hal. 84).

Produk pendidikan tuna sastra, wangsa mati pikir cum risih rasa -yang oleh Taufik Ismail disebut generasi nol buku- itulah yang kini menjadi punggawa negeri hampir di semua lini. Di antara mereka ada abdi hukum yang cuma berani pada Nenek Minah tapi di saat yang sama takut pada Anggodo Wijoyo.

Ada akademisi atau sarjana yang karena tak mampu mengarang, tak cakap bersastra, lalu menjadi plagiator karya ilmiah. Ada eksekutif yang boros mengucurkan anggaran negara demi tegaknya patung Barrack H. Obama, tapi pelit untuk merawat museum, membenahi perpustakaan, dan merestorasi situs-situs (pra)sejarah.

Kejatuhan karakter ini tak boleh terus mewabah. Indonesia harus ditemukan kembali dan diremajakan (hal. 155). Sastra mesti dipantik lagi sebagai gerakan kebangkitan. Dengan bersastra, kebenaran akan menjadi bahasa bersama. Sebab ia pasti terus dicari, ditemukan, lalu dipertanyakan ulang baik melalui buku, penelitian, atau hanya sebaris puisi.

Dengan bersastra pula, bangsa ini akan mengerti sangkan paraning Indonesia. Kapan Indonesia diciptakan, bagaimana kabarnya sekarang, untuk apa ia dibela, serta bagaimana kelangsungan dunia ini dengan atau tanpanya.

Intelektual, politisi, dan birokrat yang bersastra adalah mereka yang mau menziarahi kebenaran dalam sejarah, kebudayaan, dan kemanusiaan. Mereka tidak segan untuk melahap modernitas tanpa menelan ekonomisme, proseduralisme demokrasi, positivisme hukum, dan instrumentalisme nalarnya. Mereka tak silau pada lelatu kebenaran dari hikayat I La Galigo-nya orang Bugis, Serat Kalatidha-nya R. Ng. Ronggowarsito, Demokrasi Kita-nya Bung Hatta, Tetralogi Pulau Buru-nya Pramudya Ananta Toer, sajak pamfletnya WS Rendra, bahkan Membongkar Gurita Cikeas-nya George Junus Aditjondro.

Itulah sastra. Memantik sastra adalah jalan membangkitkan bangsa. Lalu buku adalah sesuatu yang harus dibela. Tak ada sastra tanpa buku. Sebagaimana tak ada buku tanpa sastra. Maka kepal perlawanan pada rezim yang mensahihkan pembredelan buku adalah suatu keharusan. Selain bertentangan dengan Pasal 28 F UUD 1945, ke(tidak)bijakan itu juga telah mengingkari perintah Tuhan tentang kesemestian bersastra dalam laku kebebasan beraksara (QS: 96: 1): Bacalah! Dengan nama Tuhanmu yang menciptakan. ***

Yasser Arafat adalah Pegiat Komunitas “macakata” Medan.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae