Jumat, 05 Agustus 2011

Membaca ”Realisme” Emha

Muhammad Al-Fayyadl
http://www.sinarharapan.co.id/

Nama Emha Ainun Najib dalam jagat kepenulisan kita sudah tak asing lagi. Ratusan kolom dan belasan buku telah lahir dari tangannya, termasuk sejumlah besar feature yang ditulisnya untuk media massa. Namun, dari sekian banyak tulisannya, orang mungkin akan mencatat bahwa karya Emha di bidang penulisan cerpen jauh lebih sedikit dibanding puisi atau esai-esainya, meski tak kalah fenomenal. Cerpen-cerpen yang ditulisnya merentang dari tahun 1977 sampai 1982, masa-masa awal ketika Emha baru memulai kariernya sebagai penulis. Segenggam cerpen itu, yang kini telah terbit dalam antologi tunggal BH (2005), menunjukkan dengan jernih bagaimana Emha berevolusi menjadi penulis yang benar-benar matang dalam mengolah kata-kata.

Apa yang terbayang pertama kali ketika bersentuhan dengan cerpen-cerpen Emha? Pembaca setidaknya akan menemukan satu ciri khas yang menjadi latar mengapa cerpen-cerpen itu terlihat memikat, yakni kegemaran Emha untuk bersikap ”realis”. Emha tak muluk-muluk mengusung satu tema besar, melainkan kerap kali berangkat dari satu kejadian remeh di sekelilingnya. Peristiwa dalam cerpen Emha begitu berperan dalam membangun struktur cerita, sekaligus menopang logika yang membuat cerita itu mudah dicerna dan kerap tak terduga.

Cerpen yang menjadi tajuk kumpulan ini, ”BH”, mengisahkan sebuah dramatik yang khas tentang bagaimana dua orang yang saling mencintai memahami arti cinta lebih dari sekadar seks atau hubungan intim di atas ranjang. Dikisahkan bahwa sang ”aku” (narator) suatu waktu berkencan ke rumah pacarnya yang bernama Niken untuk merayakan ulang tahunnya. Niken yang tampil seksi pada malam itu semula membayangkan bahwa dirinya akan bercinta dengan ”aku”. Tapi apa yang terjadi? Ketulusan cinta ”aku” yang ingin tetap menjaga kehormatan dan kesucian diri Niken, justru membuat hati Niken luruh. Akhirnya, Niken pun paham bahwa wujud dari cinta sejati bukanlah pelampiasan birahi atau nafsu seks semata.

Judul ”BH” (alias kutang) yang dipilih Emha untuk cerpen ini mungkin akan menjerumuskan pembaca pada pikiran bahwa ini cerpen porno yang vulgar. Tapi pikiran ”kotor” ini akan segera lewat begitu saja setelah kita masuk pada paragraf-paragraf awal. Emha tampaknya sengaja menjebak pembacanya. Dengan judul yang terkesan sarkastis dan mudah disalahtafsirkan, pembaca seolah ditelanjangi dan dibuat sadar akan kenaifan pikirannya. Seperti Putu Wijaya, Emha tak segan-segan menelanjangi pembaca. Bedanya, jika Putu melakukannya untuk meneror emosi, Emha lebih pada parodi dan ejekan. Emha seakan ”mengejek” kenaifan pembaca, bahwa apa yang dipikirkannya keliru dan ia harus membaca ulang teks di hadapannya.

”BH” tentu bukan satu-satunya. Ada beberapa cerpen yang juga berkencenderungan ”realis”, tapi tetap dengan alur yang sama mengejutkan. ”Lelaki Ke-1.000 di Ranjangku”, misalnya, menceritakan kemuakan seorang pelacur melihat laki-laki yang setiap hari datang untuk menikmati tubuhnya. Di mata sang pelacur, laki-laki adalah makhluk yang paling bejat. Mereka bukan saja membuatnya menderita, tapi juga menjerumuskannya ke jurang kenistaan yang membuatnya tak lagi dihargai sebagai manusia. Keluhnya: ”Lelaki pertama yang meniduriku adalah suamiku sendiri dan lelaki yang kedua adalah suamiku sendiri, dan untuk perempuan yang begini busuk dan hampir tak mampu lagi melihat hal-hal ynag baik dalam hidup ini, maka lelaki kedua hanyalah saluran menuju lelaki ketiga, keempat, kesepuluh, keempat puluh, keseratus, ketujuh ratus …”

Cerpen ini menyuarakan kepedihan seorang perempuan, yang harga dirinya hancur akibat kultur patriarki. Tapi, meski diceritakan secara realis, Emha seperti tak kekurangan energi untuk membuat terkejut pembacanya. Dengan realisme, Emha bahkan dapat menghadirkan tragika hidup dengan cara yang lebih menggugah. Cerpennya menghadirkan suara ”subversif” yang mengolok-olok tatanan sosial yang mapan.

Dalam peta sastra Indonesia, kita setidaknya mengenal dua nama yang menonjol dalam realisme: Pramoedya Ananta Toer dan (alm.) Kuntowijoyo. Pram dikenal unggul dalam prosa-prosa realisnya, sehingga sering apa yang ditulisnya tak dapat dibedakan dari fakta. Ia menggali data sejarah sebagai inspirasi, dan dijadikannya itu semua latar utama dan perwatakan prosa-prosanya. Realisme telah membuat karya-karya Pram begitu kukuh dan monumental, sehingga tak salah bila W.F. Wertheim menyebutnya sebagai ”sejarawan”. Begitu halnya Kunto. Cerpen-cerpennya yang realis dikenal dengan muatan kritik sosial yang tajam. Goenawan Mohamad dalam salah satu kolomnya menulis bahwa kekuatan Kunto justru terletak pada deskripsinya yang datar, tapi ”dramatik dalam imajinasi”.

Emha mungkin nama ketiga yang perlu disebut dalam deretan para realis ini. Emha pintar mengolah peristiwa hidup yang rutin menjadi tak lazim dan penuh pergulatan. Dalam kedua cerpen di atas, ia mengangkat persoalan cinta dan frustasi yang banal menjadi peristiwa yang hidup dan eksistensial. Berbagai peristiwa yang berseliweran dalam keseharian menjadi bernilai di tangan Emha. Untuk yang satu ini, Emha juga pandai menyelami pergumulan batin para tokoh cerpennya. Tengoklah, misalnya, cerpen ”Ambang” yang menuturkan pengalaman ambang seorang lelaki berhadapan dengan kematian. Sang lelaki dengan tanpa gentar menggugat Tuhan dan mempertanyakan mengapa ia harus mati. Dialog-dialog panjang dalam cerpen ini mencerminkan betapa serius dan dalam Emha menghayati batin sang tokoh.

Pergulatan-pergulatan batin itu dituturkan dengan cara yang mengejutkan dan sering kali meledak-ledak. Ini mengingatkan kita pada Iwan Simatupang, yang populer mengusung tema-tema eksistensial dalam prosanya. Perbedaannya, cerpen Emha jauh lebih mudah diikuti daripada prosa Iwan. Emha lebih jernih men-jlentreh-kan berbagai persoalan filosofis seputar jati diri manusia dengan lugas dan tanpa berbelit-belit. Ini menjadi kekuatan tersendiri, yang membuat cerpennya begitu istimewa sehingga sulit dilupakan.

Saya tak tahu apakah Emha masih menulis cerpen lagi. Mengingat cerpen-cerpennya yang telah terbit sudah berusia dua dasawarsa lebih, tak ada salahnya bila publik ingin membaca karya-karyanya yang lebih baru dan mewakili semangat kekinian.

*) Penulis adalah pembaca sastra, mukim di Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae