Aguk Irawan MN
Kedaulatan Rakyat, Minggu, 05/09/10
Setelah matahari seharian penuh berputar dari arah Timur, kemudian tegak di tengah bumi, kini berangsur menjatuhkan diri dan tergelincir di arah Barat, sinarnya pun berangsur ikut berubah, yang tadinya terik, kini berubah menjadi teduh, dengan warna keemasan, berpendar-pendar silau, membiaskan kabut kuning yang menyelimuti alam. Dan sebentar lagi, bumi akan berubah warna menjadi kemerah-merahan, pertanda magrib menjelang tiba. Saat suana alam seperti itulah, Malaikat Rakib dan Atid di langit, sedang sibuk-sibuknya menyiapkan tugas maha berat, terkait jatuhnya malam lailatul qadar di bumi, yang bertepatan dengan malam ganjil di sepuluh terakhir bulan Ramadhan.
Rakib dan Atid, tidak saja merasa sangat berat dengan tugas yang menjadi rutinitas sekali dalam setahun itu, tapi dua malaikat itu kadang tersedu-sedu, saat mengingat peristiwa jutaan tahun yang lalu itu muncul dibenaknya. Ya, tepat di malam yang sebentar lagi menjelang seperti inilah, malam lailatul qadar itu, ia merasa pernah berbuat dosa, dan dosa itu hanya sekali saja diperbuat seumur-umurnya, yaitu saat Allah menjadikan manusia dan mengangkatnya sebagai khalifah, lalu ia iri hati, kenapa manusia yang dipilih, bukan golongan dari dirinya yang sudah lama menghamba dan selalu taat kepada perintah-Nya.
“Sudahlah jangan kau menangis, Atid?”, tutur Malaikat Rakib, menenangkan.
Malaikat Atid, berusaha keras menghibur dirinya dan mencoba berusaha keras melupakan prihal yang paling bersejarah dalam hidupnya itu, tapi entah kenapa, tiap kali ia mengalami senja menjelang malam lailatul qadar, kesedihannya tak bisa disembunyikan.
“Lebih baik, kita siapkan tugas maha berat kita malam ini”, Rakib mengingatkan. Tapi Atid masih saja diam.
Memang dalam benak Atid, ia tak bisa percaya kalau Allah bakal menunjuk manusia sebagai khalifah para makluk, sebab ulah para manusia bakal sering malampaui batas, misalnya senang dengan harta-benda, tak peduli bagaimana cara mendapatkannya, dengan saling tindas dan tindih atau cara-cara keji lain. Manusia juga gemar bersenda gurau, bahkan sampai tak mengenal waktu, dan sering mengisinya hanya dengan perkara-perkara yang nyaris tak ada nilainya disisi Allah. Tapi demikianlah kenyataan, keputusan sudah ditetapkan oleh Sang Khaliq, ia pun harus bersabar menerima ketetapan itu. Dengan berlalunya waktu, ia berharap sedikit demi sedikit bisa melupakan sepenuhnya, tapi ia merasa selalu saja gagal, bila malam lailatul qadar menjelang.
“Sepertinya malam ini, saya tak bisa bekerja secara optimal”, keluh Atid kepada Rakib.
“Kenapa?!” Rakib sedikit terperangah.
“Ketenangan malam lailatul qadar kali ini, rasanya, begitu banyak kenangan yang keluar dari pikiranku”
“Kalau begitu tak usah kau mengingatnya?”
Atid membisu. Rakib sendiri paham dengan kegaulan yang sedang menjangkiti Atid, sebab ia sendiri diam-diam juga tak bisa melupakan sepenuhnya kejadian jutaan tahun yang telah lalu itu. Tapi Rakib tak mau menampakkan kesedihannya, karena yang ia tahu, hidup hanya untuk menghamba kepada-Nya semata. Tak ada tempat selain itu. Setelah lama tak ada percakapan, kini giliran Atid yang bicara.
“Baiklah, apa sudah datang tuan ‘Al-masyail?”, Atid berusaha menguatkan dirinya dengan ketegaran yang dipaksaakan, dan mencoba fokus dengan hajatan besar yang sebentar lagi dimulai.
“’Al-masyail?”, tanya Rakib seketika.
“Ya, saya kira ‘Al-masyaillah yang paling pantas jadi komando bala tentara untuk turun ke bumi. Bukanlah ia sudah teruji memberi komando pada bala tentara untuk membagi-bagikan hujan sepanjang masa. Jadi malam ini, bagaimana kalau kita meminta bantuannya agar pahala yang tersedia di malam lailatul qadar ini bisa terdistribusi tepat pada sasarannya…”
Dengan bicara banyak, Rakib merasa, kawannya itu sudah benar-benar lupa pada peristiwa yang membuat ia bersedih. Dan tak lama kemudian ia mengangguk, tanda setuju pada usulan Atid, sebab tahun yang lalu ia sendiri yang memilih malaikat Hatmahtokyai sebagai komando, maka tak ada salahnya kali ini ia menyetujui usulan Atid.
***
Senja semakin merapat dengan malam. Di langit, suasananya pun tak jauh berbeda dengan bumi, bias warna kuning menyilaukan mata. Keremengan seperti memeluk-meluk jagad raya, dan membuat mata seolah buta dan mau tak mau harus meraba-raba. Saat itu pula malaikat ‘Al-masyail datang menemui dua kepala Malaikat pencatat amal kebaikan dan keburukan, Atid-Rakib di persemayamannya.
“Ampun, baginda telah menganggu tuan.” Sapa ‘Al-masyail sopan setiba menemuinya. Sejurus kemudian Rakib membuka pembicaraan.
“Sudah tahu, untuk apa kau kupanggil kesini?”
“Saya sudah menebak-nebak, tuan.”
“Baik, kalau begitu!”
Karena suasana malam itu berbeda dengan malam-malam biasanya, tahulah kenapa ‘Al-masyail diminta menghadap. Saat itu memang angin begitu lembut menyisir tiap helai isi bumi, ombak yang begitu tenang, sungai yang nampak lebih jernih, serangga yang lebih hikmat bersuara, tentu yang dimaksud Rakib tak lain dan bukan adalah malam ini adalah malam lailatul qadar, dan ia beruntung telah dipilih untuk mengkoordinir bala tentara malaikat lain untuk turun ke bumi dan membagi-bagikan pahala kepada manusia
Sekejap saja, bala tentara sudah berkumpul di hadapan ‘Al-masyail. Semakin temaram semakin ramai. Bahkan hampir menyerupai pasar malam yang hingar bingar, berduyun-duyun datang ke tempat mereka. Ada yang terlihat malaikat membawa pahala sebesar gunung, dengan sempoyangan, ada yang membawa sebesar rumah, dengan belepotan, begitu seterusnya, sangat beragam-ragam, bahkan ada yang nampak terlihat mereka hanya membawa pahala sangat kecil seperti dalam bungkusan jajan pasar dengan enteng. Suara-suara bala tentara malaikat yang dikoordinir ‘Al-masyail itupun tak luput meneriakkan kesanggupannya untuk membagi-bagikan pahala malam lailatul qadar. Setelah adzan magrib benar-benar berkumandang, bertalu-talu dan saling sahut, turunlah mereka ke bumi untuk menyalurkan pahala itu.
***
Perjalanan malam yang disebut-sebut sebagai malam yang lebih mulia dari seribu bulan itupun, berjalan sebagaimana mestinya, hanya berjalan kurang lebih enam ratus menit saja, begitu cepat. Menjelang adzan subuh, cepat-cepat bala tentara malaikat yang ditugaskan membagi-bagikan pahala itu dengan berdebar-debar dan gugup menghadap Malaikat Rakib, Atid dan tentu saja ‘Al-masyail yang sedang menunggu kerja mereka. Tapi ada yang aneh pada malam lailatul qadar kali ini, dimana kalau pada tahun-tahun yang lalu selalu saja habis pahala itu terdistribusi, tapi pada malam yang segera beringsut itu, bala tentara malaikat itu masih menghadap dengan membawa kembali pahala-pahala besar itu, dan hanya pahala yang kecil-kecil saja, seperti sebungkus jajan pasar yang berhasil didistribusikan. Melihat keanehan itu, langsut Rakib bertanya:
“Kenapa tidak kau berikan pahala sebesar gunung itu? Padahal aku mendengar di masjid-masjid banyak orang yang tadarus, begitu juga di rumah-rumah, bahkan tak sedikit dalam musafir orang yang sedang mudik?”
Setelah semua diam, barulah salah satu dari bala tentara itu menjawab, mewakili yang lain.
“Maaf tuan Rakib, terpaksa kami membawa kembali pahala sebesar gunung ini, karena ternyata, setelah kami sampai disana, yang sedang tadarus semalaman suntuk itu bukanlah manusia, melainkan benda-benda aneh zaman kini, yang kata teman kami itu bernama; Tipe, VCD, Komputer dan Ponsel. Jadi saya bingung, kepada siapa pahala ini diberikan?”
Setelah mendengar keterangan ini, tepat saat adzan subuh berkumandang, Rakib, Atid dan ‘Al-masyail hanya bisa saling bersitatap. Ia tak bisa berkata-kata lagi, mungkin dalam benak mereka saling terselinap kata; benarkah manusia lebih pantas diutus sebagai khalifah?.
Yogyakarta, 23 Agustus 2010
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar