Ihsan Taufik
http://www.kompasiana.com/ihsan_taufik
Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai ciri khas yang tidak dimiliki oleh Negara lain, salah satunya ialah memiliki banyaknya keanekaragaman bahasa yang dimana dengan semua itu telah menciptakan suatu tradisi tulis menulis yang menghasilkan banyaknya karya sastra salah satunya puisi. Hal ini bukan suatu perkembangan yang instan, butuh proses yang panjang karena menulis merupakan sebuah proses panjang di sepanjang sejarah peradaban kehidupan manusia.
Dengan banyaknya keanekaragaman bahasa yang ada di Indonesia, gaya bahasa perpuisian yang ditulis/dihasilkan berbagai penyair pun akan semakin kaya dengan banyaknya diksi yang tersaji, bahkan karya sastra yang di tulis oleh seorang etnis tertentu belum tentu bisa dinikmati oleh golongan etnis lainnya yang berbeda. Karena sastra merupakan bagian dari kebudayaan yang di tentukan oleh tata letak geografi. maka Indonesia merupakan suatu negeri yang kaya dengan karya sastra yang bisa di bandingkan. Membandingkan suatu karya sastra di rasa sangat perlu karena dengan membandingkannya kita bisa mengetahui persamaan dan perbedaannya.
Akan tetapi dengan banyaknya penduduk Indonesia yang notabene “tabu” terhadap perkembangan kesusastraannya, menjadikan karya sastra Indonesia nyaris tak terdengar. Dan gaya penulisan karya sastra (puisi) nya pun terbilang sangat stagnan, terlihat dari banyaknya penyair yang melulu menuliskan puisi tentang cinta yang menyayat hati, kematian yang membuat cengeng. Dengan itu semua menjadikan para penikmat karya sastra selalu di suguhi hal yang itu-itu saja dan efeknya terasa sangat membosankan.
Dengan demikian, banyak para penyair yang merasa gagal/mencapai kegagalan. Sampai-sampai Budi Darma (BD) menghawatirkan sikap para penyair yang jauh dari aspek kreativitas, (baca esai BD: Solilokui, Gramedia, 1984). Kekhawatirannya ternyata masih terasa hingga sekarang bahkan semakin memperihatinkan. Kekhawatiran BD senada dengan Radar Panca Dahana (RPD) yang juga khawatir pada urusan non artistic seorang penyair:
Seorang penyair akan mati jika stamina batin dan pikirannya sudah tak mampu lagi mengantisipasi diri, dunia, dan medium kreatifnya dengan baik…. Dan saya mesti berani menyatakan bahwa banyak atau kebanyakan penyair baik telah menjadi zombie, atau nekat menjadi penyair “tisu” (puisi sekali jadi sekali buang), penyair “speaker” (lebih retorik ketimbang puitik), bisa juga “asongan” (puisi jadi komoditi murahan untuk proyek pemuas perabot rumah tangga).
Oleh karena itulah, saya di sini mencoba untuk mengapresiasi dan meneliti beberapa puisi yang menurut saya jarang sekali para pembuat puisi (penyair) yang berani menulis puisi dengan tema yang lain dan berbeda, salah satunya puisi bertemakan tentang alam. Dan teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah konsep nature dari Plato.
TRASIMENO
Acep Zamam Noor
Sebuah danau
Hamparan sajadah biru
Adalah ketenangan tiada tara:
Angin dan kabut, barisan pohon-pohon
Dahan-dahan menggeraikan rambut ikalnya
Ranting-ranting mencelupkan jemarinya
Napas gunung mengalun tenang
Di bawah langit merah padam
Permukaan danau
Tak terusik bunyi serangga
Asap kelabu mengepul dari tungku
Seperti kerudung yang membelit senja
Dengan rumbai-rumbai kuning di ujungnya
Di depanku, kecipak air menjadi nyanyian
Rumput di tepian menjelma lukisan
Di antara garis hitam dan bidang hijau tua
Balkon, meja, kursi serta segelas kopi
Adalah percakapan yang sunyi:
Puisi selalu hadir di antara kesendirian
Dan kecemasan. Puisi menggenang di lantai kayu
Puisi mengambang di lapisan udara beku
Puisi menuntunku dekat padamu
Sebuah wajah tanpa wujud
Bayang-bayang gaib yang menjelma
Di keremangan. Aku sembahyang
Bersama burung-burung migran
Melewati dermaga, pulau demi pulau
Melewati masa lalu yang jauh
Melewati sejumlah dusun dan kota-kota
Kulihat bukit-bukit bersujud
Pohon-pohon merunduk, daun-daun basah
Lampu-lampu meredupkan cahaya
Angin dan kabut bergulung di angkasa
Senja membelitkan kerudung kuningnya
Semuanya bersujud padamu. Sebuah danau
Hamparan sajadah bagi semesta
Adalah ketenangan yang sempurna
(Dalam buku antologi puisi Diatas Umbria)
RENCANA BERLADANG
Jimmy Maruli Alfian
Bagaimana mungkin bercocok tanam
Kalau perangaimu masih kau peram?
Belum lagi bibit angan-angan yang kau sebar
Lebih dulu subur dari semak dan belukar
(oi, tanjung karang Cuma dongeng
Gajah mati di seberang sungai
Betapa sayang kau tak cengeng
Meratapi ladang terkulai masai)
Sebenarnya aku ingin sekali menemani
Di lereng yang dekat sekali dengan takdir
Mengumpulkan rumah siput, daun tangkil,
Bergulingan, lalu aku jatuh ke dalam jurangmu
Dan kau sasar di belantaraku
Namun adakah batang jagung berbuah
Bila kau tak rajin memupuk dan menengoknya?
Belum lagi belalang dan jahil tetangga
Selalu membuat was-was dan prasangka
Aku sudah tertarik meninggalkan kota
Rumah yang seragam memaknai cinta
Tapi adakah kau menjamin
Memberiku dangau dengan cuaca yang lain?
(oi, teluk betung si kota sampah
Bebatang dammar di hutan belantara
Betapa nikmat terkurung silsilah
Bak pendekar tak bermuka tak bersenjata)
Makanya aku sudah berbekal jimat
Dan sebuah batu akik yang harus kau kenakan
Aku membayangkan betapa keramat
Ladang yang akan dirawat
Juga sebuah lagu pop dan mainan halma
Untuk berjaga-jaga kalau gagal panen
Lantaran tabiatmu tak mampu ku siangi
Bahkan kumiliki
(dalam buku antologi puisi festival mei)
ANALISIS
Seacara denotative saya dapat menginterpretasi dari alur cerita puisi TRASIMENO karya Acep Zamzam Noor, bertemakan tentang alam, terdiri dari seorang tokoh yang sedang sembahyang di tepian danau seperti dalam bait awal di jelaskan “Sebuah danau, Hamparan sajadah biru, Adalah ketenangan tiada tara:” disini si penulis (penyair) memakai sudut pandang orang pertama untuk menceritakan tokoh utama, terlihat dari beberapa larik si penulis menggunakan kata “ku”.
Tokoh utama “ku” yang sedang berada di danau dan di alam bebas merasa tenang ketika sedang sembahyang diantara barisan pohon-pohon, di bawah langit merah padam (senja/sore), suasana danau yang tak terusik bunyi serangga, hanya ada suara kecipak air danau yang seperti sebuah nyanyian, ketika tokoh utama “ku” sedang sembahyang dalam keremangan bersama burung-burung migran yang sedang melewati dermaga, seketika itu dia “ku” seperti teringat pada masa lalunya yang terbayang seperti sebuah wajah tanpa wujud yang menjelma bayang-bayang gaib, lalu dia “ku” melihat sebuah bukit-bukit sedang bersujud, pohon-pohon merunduk, dan semuanya bersujud hanya pada Yang Maha Kuasa.
Diksi “Sebuah danau
Hamparan sajadah biru
Adalah ketenangan tiada tara:
Angin dan kabut, barisan pohon-pohon
Dahan-dahan menggeraikan rambut ikalnya
Ranting-ranting mencelupkan jemarinya
Napas gunung mengalun tenang
Di bawah langit merah padam”
Dalam bait pertama dalam teks puisi di atas bisa bermakna ketenangan/khusuknya si tokoh utama ketika sedang beribadah di atas hamparan sejadah biru di sebuah danau dengan semilir angin yang dikirim dari pepohononan dan dahan-dahan, seketika itu angin/udara pegunungan menjadi tenang dan segar dan suasana danau menjadi sangat sunyi ketika hanya ada satu orang di sana, tokoh utama sedang beribadah dengan khusuk karena disitu tak ada suara apapun walau terkadang ada suara kecipak air yang dia dengar seperti sebuah alunan nada.
seperti yang di tulis dalam bait ke dua:
“Permukaan danau
Tak terusik bunyi serangga
Asap kelabu mengepul dari tungku
Seperti kerudung yang membelit senja
Dengan rumbai-rumbai kuning di ujungnya
Di depanku, kecipak air menjadi nyanyian
Rumput di tepian menjelma lukisan
Di antara garis hitam dan bidang hijau tua”
Dalam setiap kata, larik demi larik dalam bait kedua itu bahwa di tempat itu (danau) ketika sore hari atau senja tak ada bunyi suara serangga, disitu ada sebuah tungku yang mengepul yang menutupi pandangan si tokoh utama pada langit senja, tapi dia mendengar ada suara kecipak air danau yang menjadi nyanyian diantara tepian rerumputan yang terlihat seperti lukisan atau gambaran suasana alam yang hijau. Puisi ini menunjukan salah satu keterampilan berpuisi dalam melakukan pencitraan dan menciptakan deskripsi; melukiskan suasana alam dalam gambaraan yang benar-benar nyata yang sangat indah bila di cermati oleh imajinasi. Dan puisi ini sangat indah, cemerlang kadang mengejutkan karena si penyair memang mempunyai kemahiran dasar berpuisi.
Pada puisi RENCANA BERLADANG karya Jimmy Maruli Alfian juga ditemukan kesamaan dengan puisi TRASIMENO karya ACEP Zamzam Noor yaitu penulisan puisi bertemakan tentang alam, namun ada sedikit ketidaksamaan pada kedua makna puisi tersebut, puisi RENCANA BERLADANG berceritakan tentang bagaimana si penyair mengungkapkan kekecewaan kepada seseorang bahwa si seseorang, namun selalu dia rindukan kehadirannya. ini terlihat dari bait pertama si penyair menuliskan “Bagaimana mungkin bercocok tanam/Kalau perangaimu masih kau peram?” kemudian juga dari bait ke empat “Namun adakah batang jagung berbuah/Bila kau tak rajin memupuk dan menengoknya?” dari kata-kata itu saya dapat menginterpretasikan maksud dari tiap bait itu bahwa seseorang yang dia maksud menyembunyikan perangainya, walau akhirnya dia selalu berharap kedatangan seseorang itu bahkan ingin memilikinya, seperti dalam bait-bait terakhir “Makanya aku sudah berbekal jimat/Dan sebuah batu akik yang harus kau kenakan/Aku membayangkan betapa keramat/Ladang yang akan dirawat/Juga sebuah lagu pop dan mainan halma/Untuk berjaga-jaga kalau gagal panen/Lantaran tabiatmu tak mampu ku siangi/Bahkan kumiliki”
Sedangkan puisi TRASIMENO karya ACEP Zamzam Noor tentang ritual religious seseorang. Dari segi kata yang di tuangkan dalam puisinya itu tentang pendeskripsian/gambaran alam yang sangat sunyi dan seseorang sedang beribadah. Memang sudah lazim bila ingin melakukan ritual sembahyang dengan khusuk harus di tempat sunyi dan tidak ada suara bising yang mengganggu pikiran kita, disini si penyair menuliskan gaya bahasa puisinya dengan sangat apik dan halus. Seperti di awal bait “Sebuah danau/Hamparan sajadah biru/Adalah ketenangan tiada tara:” “Aku sembahyang/Bersama burung-burung migrant/Melewati dermaga, pulau demi pulau” “Semuanya bersujud padamu. Sebuah danau/Hamparan sajadah bagi semesta/Adalah ketenangan yang sempurna”
Sepintas saja, ketika saya membaca awal puisi ini atau tepatnya dari judulnya saja “RENCANA BERLADANG” merupakan tema pokok dan gagasan utama yang ada dalam puisi tersebut yang menjadi landasan pembicaraan puisi ini adalah tentang alam.
Dengan banyak menggunakan diksi yang identik dengan alam: bercocok tanam, semak dan belukar, ladang, lereng, daun tangkil, belantara, hutan belantara, dan panen.”
Puisi ini adalah sajak yang berkaitan dengan kegiatan bercocok tanam. “Bagaimana mungkin bercocok tanam/Kalau perangaimu masih kau peram?” “Namun adakah batang jagung berbuah/Bila kau tak rajin memupuk dan menengoknya?” “Makanya aku sudah berbekal jimat/Dan sebuah batu akik yang harus kau kenakan/Aku membayangkan betapa keramat/Ladang yang akan dirawat”
Dalam puisi ini si penyair memberikan kesegaran pada khazanah puisi Indonesia, bukan karena ia telah mengerjakan sesuatu yang belum dikerjakan (secara intens) oleh penyair-penyair lain, melainkan juga karena ia menggarapnya dengan perspektif dan tekhnik yang bukan sembarangan. Dalam puisi ini (RENCANA BERLADANG/Karya: Jimmy Maruli Alfian) telah mengolah sedemikian rupa sebuah ritual bercocok tanam untuk mengungkapkan sesuatu yang sangat tragis dalam masalah cinta kerinduaan si penyair kepada seseorang yang tak kunjung hadir. Dari segi sintaksisnya dalam puisi karya Jimmy Maruli Alfian, banyak ditemukan gaya bahasa yang sangat sulit dipahami karena menggunakan gaya bahasa metaphor yang sangat tajam, namun ada juga sebagian kata-kata di salah satu bait yang menggunakan gaya bahasa yang sederhana dan memungkinkan bagi si pembaca bisa memahaminya, seperti dalam kata “Namun adakah batang jagung berbuah/Bila kau tak rajin memupuk dan menengoknya?” dan sudah saya tulis sebelumnya bahwa puisi ini berceritakan tentang kerinduaan kepada seseorang yang tak kunjung hadir. Tapi ada sebagian kata dalam puisi ini yang sangat begitu asing atau jarang di dengar oleh halayak ramai seperti kata: peram, masai, damar, mainan halma”
KESIMPULAN
Tema dari kedua puisi tersebut adalah tentang alam
DAFTAR PUSTAKA
• Anggoro 2004. Donny Anggoro, Sastra Yang Malas Obrolan Sepintas Lalu, Solo: Tiga Serangkai
• Damono 2005. Sapardi Djoko Damono, Pegangan Penelitian Sastra Bandingan, Jakarta: Pusat Bahasa
• Ratna 2006. Prof. Dr. Nyoman Kutha Ratna, S.U, Teori , Metode, dan Tekhnik Penelitian Sastra, Yogyakarta: Pustaka Pelajar
• Jurnal Sajak, Depok, Tahun I 2011
• Antologi Puisi Festival Mei, 2oo6. Bandung: TITIAN
Dijumput dari: http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/06/25/sastra-bandingan-trasimeno-rencana-berladang/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar