Sabrank Suparno *
http://sastra-indonesia.com/
Bagi kalangan perteateran dan sastra (puisi), siapa yang tidak mengenal sosok melankolis Afrizal Malna? Tokoh yang disebut-sebut sebagai seniman multidimensi, tajam sebagai seniman, sekaligus peka sebagai sosiolog. Sosok kondang sebagai tokoh kontroversi di era-korup, kolusif terhadap kebijakan orba, sekaligus eksis menjumpai generasi kontemporer setelah rezim orba tumbang.
Logikanya, Afrizal Malna ‘mati kutu’ setelah orba lengser, tidak ada lagi yang wajib ditegakkan, diluruskan semasa era-revormasi, sebab, pada era-revormasi, anak ingusan pun bebas mengkritisi kebijakan kaum elit, terutama di bidang kesuastraan sekali pun. Bunuh diri dalam bahasa, adalah gambaran gamblang untuk menganalisa keputusasaan Afrizal yang mengarah bahwa konsekwensi dirinya sebagai sastrawan, pekerja puitika, serta pemerhati timbulnya gejala semiotika, semantika, filologis dst, sudah selesai. Artinya, mubadzir melontarkan gagasan pada era-revormasi yang melanjutkan tongkat estafet era-tinggalandas orba. Harusnya, selesailah tanggungjawab membenahi Indonesia. Bukan Indonesia tidak bisa dirubah, tetapi tidak mau berubah.
Kiranya tidak demikian dengan Afrizal. Ia sejenak mengepompong dari carut-marut berkesenian untuk melahirkan sublimitas karya selanjutnya. Gagasan video art, adalah ketajaman seorang Afrizal sebagai formula baru dalam menganalisa kekurangsempurnaan dalam bahasa tulis. Untuk menjelaskan kecepatan cahaya misalnya, Afrizal memproyeksikan dengan audio visual, lebih jelas diskripsinya dari sekedar bahasa tulisan. Bagaimana warna dan gerak cahaya, menentukan berapa tingkat kecepatan cahaya melesat.
Gejala rezim sastra, juga tak luput dari sorotan tajam Afrizal. Di negara-negara Barat, sastra masih berdisiplin pada media sastra khusus. Berbeda dengan Indonesia, koran tiba-tiba marak sebagai ajang pembangunan jatidiri sastrawan. Koran juga menjadi tolakukur perkembangan sastra. Padahal, koran dan televisi sekali pun kinerjanya tak luput dari intervensi pemilik saham yang menentukan ke mana ujung pendulum akan diarahkan. Orientasi koran, ialah orientasi bisnis: mana yang laku, bukan mana yang bermutu. Dari sini, sastra bergerak menuruti aturan media yang kerapkali diperankan berdasarkan mood editor, kawan seperjuangan, teman dekat, bahkan ada ulah editor yang konyol memuat karya para penulis berparas cantik, dengan harapan kemudian menelponnya dan selanjutnya, dan sebagainya. Gejala semacam ini mengakibatkan perkembangan sastra menjadi sekedar tipikal, tipograf, baku dan basi.
Dalam dunia teater pun demikian. Afrizal mulai menyembulkan elevasi voltase yang ia rakit sekian puluh tahun berkeliteran seputar perteateran. Buku Perjalanan Teater Kedua: Antologi Tubuh Dan Kata yang dicetak penerbit: iCAN Yogyakarta setebal 428 halaman ini merupakan proses metamorfosis Afrizal dalam memandang dunia teater dengan kacamata ‘tua’nya.
Teater ke dua yang dimaksut Afrizal ialah dokumentasi atas catatan-catatannya selama menyaksikan pertunjukan taeter, sedang teater pertamanya berupa pertunjukan teater yang sedang berlangsung. Selanjutnya pembaca buku Teater Kedua berposisi sebagai teater ke tiga dan selanjutnya.
Teater ke dua, berawal dari persinggungan kecil semasa kanak-kanak, di mana Afrizal sering berkeliaran di area parkir sekitar gedung pertunjukan: Wayang Orang Adhiluhung, Wayang Orang Bharata, Miss Tjitjih dan Bioskop Grand. Ketakutan Afrizal atas peran aktor yang ia saksikan di malam pertunjukan, terjawab ketika siang harinya Afrizal melihat aneka kostum horor yang dijemur berjajar di area parkir gedung tersebut (kawasan pasar Senen Jakarta). Dari sanalah Teater ke dua berlangsung, bahwa ketika pertunjukan usai, gelaran pentas ditutup, sesungguhnya teater sedang berpindah proses ke penonton, bagaimana mereka akhirnya menerjemahkan bahasa tubuh, kata serta ruang ke dalam laku hidup.
Afrizal menyinggung detail ketika mengantarkan buku cetakan I, 2010 tersebut dalam acara yang digelar Dewan Kesenian Jombang pada Minggu 10 April 1011 dengan tajuk: Launcing, Diskusi Teater dan Senirupa bersama Afrizal Malna dan Titarubi. Pendiskriptian Afrizal mengenai teater, bermula sejak orang bangun tidur, ke kamar mandi, beraktifitas dan seterusnya, di sanalah sesungguhnya manusia melangsungkan teater dalam dirinya, di mana sabun dan benda-benda masing-masing memerankan diri sebagai tokoh teater. Ayah, anak, ibu dalam percaturan rumahtangga, masing-masing berperan sebagai dirinya atau justru tidak berperan dalam posisisnya. Artinya, jika ditanyakan: bagaimanakah Indonesia menurut kacamata Afrizal? Maka jawabnya ialah sabun mandi, sintron televisi, praktek pemerintahan, kondisi perekonomian, sosial, budaya yang berlangsung. Kemudian jika terjadi kejanggalan dalam naskah teater hidup tersebut, mulailah terjadi pembongkaran secara stereotip terhadap pembacaan teater. Bahkan ketika menjawab pertanyaan salah satu audiens perihal hidup sesudah mati, Afrizal menjawab secara ringan bahwa bagi dirinya kehidupan itu, ya, hari ini, tidak ada pemaknaan setelah mati. Logikanya, mengapa harus memikirkan nanti, jika hari ini tak berbuat baik. Esensinya bukanlah hari ini atau nanti, tetapi seberapa tinggi nilai yang dapat dibangun.
Lahirnya buku Perjalanan Teater Kedua ini, dari proses pencetakan menjadi bentuk, merupakan lakon teater tersendiri yang disebut teater pertama. Namun saya melihat ada teks yang tidak tertulis dalam buku ini tetapi diperankan oleh penulis, yaitu politik bahasa. Kenapa Afrizal memakai kata ‘teater ke dua’, dan bukan diksi lain yang bermakna setara, misal: teater transformasi, teater total, teater bersambung dll. Kalau pun sah memilih kata ‘teater ke dua’, kesannya Afrizal terburu-buru. Rendra belum pudar dari julukan sebagai Bapak Teater Kesatu, sebagai rujukan atas perkembangan perteateran di Indonesia. Kata ‘teater ke dua’, sepertinya sengaja dihembuskan sebagai isyu konsesi atas pertanyaan: siapakah yang terpilih menggantikan Rendra?
Berbeda dengan Afrizal, Titarubi, sang istri perupa kondang Agus Suwage, juga merangkai senirupa yang digelutinya lebih komprehensip. Pakaian yang ia rajut dari pernak-pernik plastik seberat 25 kilogram, mendapat apresiasi hangat dari negara-negara Barat. Pada proyektorfiled yang dipresentasikan, Titarubi menjelaskan bagaimana korelasi antara warna, bentuk dan ekspresi modeling yang menggambarkan beban seberat 25 kilogram tersebut.
Contoh lain adalah karya Titarubi berupa patung yang sekujur tubuhnya dipenuhi guratan ayat-ayat Alqur’an. Ia berasumsi bahwa seluruh partikel yang mengontruksi struktur fisik adalah ayat-ayat kauniah. Yang menarik dari proses kreatifitas Titarubi ialah bagaimana ia menggali peletakan arah pencahayaan dari atas, depan, bawah pada patung tersebut yang tiap arah akan menghasilkan kalderalisasi muatan cahaya berbeda terhadap bayang penumbra. Cahaya dari atas, lebih menerangi hampir 80% posisi benda (QS: An nur).
Menjawab pertanyaan salah satu guru yang hadir tentang bagaimana menghubungkan seni dengan materi pelajaran lain-non seni-di sekolah, Titarubi menjelaskan secara teoritik Golden Ratio dari Pytagoras. Yaitu bagaimana sebuah proses seni diciptakan dengan menentukan komposisi keindahan yang ideal dengan cara menghitung secara matematis, berapa prosen dauran warna hendak dituangkan?
Tidak heran apa yang diungkap Nasrul Ilaihi (Cak Nas) selaku moderator, bahwa kebesaran Agus Suwage sebagai perupa kaliber nasional adalah backing kuat dari sosok istri tercinta: Titarubi.
*) Penulis lahir di Jombang 24 Maret 1975. Menulis esai, puisi, cerpen, cerkak bahasa nJombangan. Redaktur Bulletin Lincak Sastra. Team pengelola media Forum Sastra Jombang.blogspot.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar