Sabtu, 24 Maret 2012

Sepatu dan Politik Identitas

Bandung Mawardi
http://epaper.tempo.co/

Politik modern memang bisa "ditamsilkan" dengan sepatu. Kisah sepatu ala Dahlan Iskan itu merepresentasikan adab politik kebersahajaan. Kisah sepatu ala Julia Gillard adalah efek protes politik.

Menteri Badan Usaha Milik Negara Dahlan Iskan menenteng sepasang sepatukets. Peristiwa itu terjadi setelah mengikuti rapat kabinet di Kemayoran (19 Januari 2012). Menteri itu tampak lelah. Dahlan Iskan mengucap,“Capek aku pakai sepatu.“

Kalimat itu diucapkan dengan wajah semringah tapi mengandung identitas dan adab politik seorang pejabat di mata publik. Sepatu justru dipilih oleh Dahlan Iskan untuk mengungkapkan kebersahajaan dalam melakoni politik.

Sepatu juga mengisahkan protes politik dan ketakutan. Kita bisa menengok ke Australia. Julia Gillard selaku Perdana Menteri Australia kehilangan satu sepatu saat berlari demi menyelamatkan diri dari kepungan para demonstran di Canberra (26 Januari 2012). Para demonstran itu mengumandangkan hakhak suku Aborigin. Julia Gillard lekas berlari bersama para pengawal, tapi sepatu sebelah kanannya terlepas. Sepatu itu ditemukan seorang demonstran sebagai simbol “kemenangan“atas aksi protes politik.

Politik modern memang bisa “ditamsilkan“dengan sepatu. Kisah sepatu ala Dahlan Iskan itu merepresentasikan adab politik kebersahajaan. Kisah sepatu ala Julia Gillard adalah efek protes politik. Dua kisah ini bisa digenapi dengan kisah sepatu ala Gus Dur. Sosok humoris ini saat Orde Baru kerap membuat ulah kontroversial. Gus Dur cuma mau mengenakan sepatu jika sedang meladeni Soeharto selaku Presiden RI.

Gus Dur tampak mau mengenakan sepatu sebagai laku etik-politik saat Muktamar Nahdlatul Ulama pada 1984 dan 1989. Gus Dur tak betah memakai sepatu. Memori sepatu ala Gus Dur itu adalah sajian identitas: santri di hadapan negara. Santri identik dengan sandal jepit dan negara tampil dengan sepatu.

Identitas Sejarah identitas kita bergerak melalui sepatu. Pilihan bentuk, ukuran, dan warna sepatu memberi asupan atas permainan identitas mengacu pada orientasi kepribumian, Barat, atau keislaman. Sepatu mengandung serpihan-serpihan ideologis, menerakan biografi kaum pribumi meladeni modernisasi, dan merepresentasikan ikhtiar kenecisan dalam pergelaran politik-kultural.

Berita-berita di koran, novel, drama, dan iklan merekam penghadiran sepatu dalam arus pembaratan. Sepatu menjelma imajinasi kemodernan, jagat semiotik untuk diskursus politik-kultural, memicu curiga atas tendensi-tendensi agama dan etnis. Sejarah kultural, geliat identitas, satire politik, dan kekisruhan ideologis mengalir dalam sepatu. Kisah sepatu mengantarkan kita untuk meriwayatkan transformasi sosial-politikkultural pada masa kolonialisme, mengingatkan kita pada kegenitan mengkonstruksi identitas sebagai kaum terjajah.

Dokumentasi kisah sepatu bisa disimak dalam petikan tulisan Marco Kartodikromo di Doenia Bergerak (Nomor 1, Tahun 1914). Satire sepatu tampil sebagai aksentuasi ulah kepribumian me nafsirkan identitas diri di hadapan kuasa kolonialisme: “Ada seorang regent poenja penjakit nratap (hart-klopping?), sebab melihat seorang bangsanja (Djawa) memakai sepatoe jang berboenji: kijet-kijet.“Pengenaan sepatu oleh seorang Jawa dan efek bunyi itu menimbulkan kesan penolakan oleh aparat dalam arogansi kolonialistik.

Kontras peradaban ditampilkan dengan asumsi bahwa pribumi tak pantas menampilkan diri ala Eropa. Sepatu adalah simbol khas bangsa penjajah. Jadi kaum pribumi di negeri terperintah tabu atau haram saat mengidentifikasi, meniru, dan mendandani diri ala si tuan penjajah. Pengenalan sepatu di Hindia Belanda mengandung maksud agen pemberi identitas-superioritas, simbol modernitas, dan legitimasi kultural-rasialistik. Kondisi ini menyulut dilema saat pemerintah kolonial mengagendakan modernisasi bagi pribumi melalui pendidikan dan praksis sosial-kultural.

Sepatu pun dijadikan menu untuk pembentukan etik-politis dengan saluran elite keraton, kaum elite terpelajar, pengusaha, dan pegawai pribumi di jajaran pemerintahan kolonial. Sepatu mengejawantahkan kolonialisme dan modernitas, menggerakkan prosedurprosedur afirmasi identitas, serta mengusung diskursus politis dan kapitalis.

Henk Schulte Nordholt (2005) memberi tamsil puitis: “Modernitas tidak singgah dalam sejarah Indonesia dengan bertelanjang kaki. Modernitas mengenakan sepatu.“Tamsil ini menyengat kesadaran kita akan arus sejarah resmi dalam dominasi politik dan ekonomi.

Jejak Kultur kaki telanjang bagi pribumi berlangsung sekian abad. Thomas Stamford Raffles merekam hikayat ketelanjangan kaki itu dalam gambar dan foto di History of Java (1817). Pengenalan sepatu di Jawa pada abad XIX dan XX menimbulkan instabilitas identitas-kultural. Sejarah telanjang kaki mengalami godaan, pemaknaan rentan berubah, dan adonan identitas berlangsung melalui negasi-afirmasi. Hikayat sepatu mengubah persepsi atas Barat, mengoreksi kekakuan identitas, dan meleburkan diri pribumi dalam selebrasi modernitas dengan sentuhan-sentuhan lokalitas.

Telanjang kaki tidak mengandaikan inferioritas peradaban, keterbelakangan kultural, dan kesepelean etika sosial-politik. Ketelanjangan kaki orang Jawa justru mengentalkan anutan kosmologis. Kaki telanjang representasi intimitas dengan tanah, etik-ekologis, spiritualitas, dan adab. Makna ini diintervensi oleh kuasa kolonial melalui produksi wacana modern dan praktekpraktek persuasif. Sepatu diajukan seolah untuk pemartabatan kaum elite pribumi, pengentasan dari kegelapan peradaban, dan politisasi identitas.

Sepatu meninggalkan jejak-jejak politis, identitas, kelas sosial, iman, dan gaya hidup. Kuasa hikayat sepatu ini disikapi dengan kebersahajaan ala Ki Ageng Suryomentaram. Pangeran dari Yogyakarta ini malah mengembalikan diri dalam pergumulan identitas lokal melalui pakaian dan ketelanjangan kaki. Ki Ageng Suryomentaram menanggalkan model hidup elite karena pertimbangan politik, kultural, iman, dan identitas.

Pilihan menjadi petani di desa adalah kontroversi atas konstruksi identitas dalam kuasa kolonial. Ki Ageng Suryomentaram pun identik dengan kostum celana pendek hitam, selendang batik yang dikalungkan di leher, dan kaki tanpa sandal atau sepatu. Prosedur ini dilakoni dan dipahami demi mengenali lagi diri manusia. Penampilan ganjil pada masa modern itu tak berubah saat Ki Ageng Suryomentaram memenuhi undangan Sukarno ke Istana Merdeka (1957) untuk memberi wejangan-wejangan hidup. Hikayat sepatu seolah tamat dalam sosok manusia bersahaja asal Yogyakarta.

Sepatu pun mengisahkan kita dan Indonesia dalam pergumulan politik dan identitas. Sepatu melampaui urusan kaki. Kita mafhum sepatu mengalami olahan makna untuk menguak kesejarahan dan nasib manusia. Sepatu meninggalkan jejak dan menggerakkan kita ke dunia bergelimang kisah.

Bandung Mawardi, PENGELOLA JAGAT ABJAD SOLO
Dijumput dari: http://17-08-1945.blogspot.com/2012/02/koran-digital-bandung-mawardi-sepatu.html

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae