Rabu, 14 Maret 2012

Surat Berdarah Untuk Presiden: Mengantarkan Lea ke Ubud Writting

Pipiet Senja
http://www.kompasiana.com/www.pipitsenja.multiply.com

Prolog

Ini ada surat dari Lea, nama penanya; Jaladara, salah satu penulis pada buku Surat Berdarah Untuk Presiden, diterbitkan oleh Jendela, Grup Zikrul Hakim, Jakarta.
Dia malu-malu mengirimkannya, meskipun baru saja menyelesaikan kuliahnya pada St. Marry, Hong Kong. Karya-karyanya memang luar biasa, bahasanya apik, siapapun takkan pernah mengira bahwa anak yang satu ini penggiat literasi dan seni sastra di kalangan BMI Hong Kong.
Beberapa kali saya membincang karyanya di program Bilik Sastra VOI RRI.

Yang patut diacungi jempol adalah aktivitasnya, tepatnya dedikasinya terhadap perkembangan sastra dan mencerdaskan kaum BMI di negeri beton, sehingga Lea mendirikan ABATASA; sebuah perpustakaan yang digratiskan, populer di kalangan perantau Indonesia.

Hmm, dalam beberapa hari ke depan, saya akan terbang kembali ke negerinya si Jacky Chan. Sebelum itu, inilah saya dukung dan rekomendasikan karyanya ke berbagai media, termasuk kompasiana; sebuah jejaring sosial yang menjadi favorit pula di kalangan BMI Hong Kong dan Macau dan Taiwan.

Bravo, Lea, ananda sayang, aku bangga dan turut sukacita dengan keberhasilanmu.
Semoga ke depan akan berlahiran para penulis handal lainnya di kalangan BMI.
Doaku selalu untuk kaliam, wahai, para perempuan tangguh!
***

Barangkali yang terlintas di benak sebagian besar masyarakat Indonesia ketika mendengar tentang TKW/TKI atau Buruh Migran Indonesia, maka berita tentang penganiayaan, penindasan, pemerkosaan, pelecehan dan ketidakadilan lainnya yang dilakukan oleh majikan di luar negeri. Apalagi media-media massa di tanah air secara sadar ataupun tidak, sengaja ataupun tidak, ikut menanamkan stigma para pahawan devisa tersebut dengan hal-hal negatif. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa realitas semacam itu banyak terjadi, dan masih menjadi persoalan ketenagakerjaan yang sampai detik ini belum bisa terselesaikan dengan baik oleh pemerintah.

Tidak banyak yang mengetahui, bahwa dari tangan-tangan tangguh para buruh Migran telah lahir banyak karya sastra sebagai ungkapan ekspresi dan kesaksian mereka atas realitas yang terjadi baik di dalam dirinya ataupun di luar dirinya (masyarakat sosial). Gejolak perasaan, kekecewaan, kemarahan, harapan, mimpi-mimpi , dan ideal-ideal kehidupan menjadi bahan baku yang tak pernah habis di eksplorasi oleh para pengarang yang berasal dari buruh migran tersebut.

Perlu diketahui, bahwa setidaknya, ada lebih dari 60 judul buku yang telah lahir dari olah rasa dan kredibilitas para Buruh Migran Indonesia (BMI) terutama di Hong Kong. Iklim penulisan dan geliat komunitas sastra dan seni di Hong Kong sangan marak dan kondusif dalam melahirkan pengarang-pengarang muda dan berbakat. Mereka menulis puisi, cerpen, sastra, naskah drama, scenario, cerita pengalaman hidup, dan bahkan novel.

Hakekat dari genre sastra buruh migran bukan sekedar teks yang ditulis oleh buruh migran dan tidak selalu berputar di sekitar penderitaan menjadi buruh migran; rasa rindu terhadap kampung halaman; dan persoalan klasik perburuhan lainnya.

Sastra buruh migran kurang lebih sama dengan sastra pada umumnya. Menjadi lebih istimewa karena sastra buruh migran ditulis oleh mereka yang pada dasarnya tidak memiliki latar belakang keilmuan dan kesusastraan yang memadai, namun dengan penuh semangat berusaha berkarya lewat ragam estetika , kreatifitas dan imajinasi yang ada, sebagai sebuah kesaksian dan tafsiran atas realitas kehidupan sehari-hari yang dihadapi.

Sayangnya, perkembangan dan semangat bersastra di kalangan BMI ini masih dipandang sebelah mata dan belum mendapatkan apresiasi yang selayaknya. Barangkali karena cap Buruh Migran itulah yang membuat banyak kritikus sastra mencibir akan kualitas teks-teks yang dihasilkan. Padahal, bila hendak jujur, suara-suara dari BMI tersebut tidak ada bedanya dengan suara-suara para pengarang besar yang berbicara tentang perburuhan lewat karya-karya mereka.

Suara BMI lebih jujur, berbicara tentang realitas sosial dalam hubungannya yang tidak seimbang dengan birokrasi, kekuasaan dan capital. Tanpa terkontaminasi oleh kubu politik atau ditumpangi oleh kepentingan kelompok tertentu. Dari suara BMI tersebut, kita juga bisa membaca bagaimana menjadi Indonesia dari sudut pandang mereka yang berada di luar Indonesia.

UWRF 2011, Nandurin Karang Awak

Beberapa bulan lalu, saya membaca sebuah informasi mengenai seleksi karya-karya untuk Ubud Writers and Readers Festival lewat sebuah jejarang sosial. Dengan semangat seorang pemula, saya menghubungi penerbit buku-buku saya di Indonesia dan meminta tolong seorang editor untuk membantu saya memilihkan tulisan dan buku mana saja yang layak dikirimkan ke seleksi ini. Meski jujur saat mengirimkannya saya tidak berharap muluk ataupun menargetkan harus lolos. Toh bagi seorang penulis seperti saya, tugas saya adalah menulis. Urusan apresiasi dan “kehormatan” lainnya saya serahkan sepenuhnya kepada khalayak pembaca.

Setelah berhasil mengirimkan karya ke UWRF, saya mencoba melupakannya. Meski saya selalu memohon kepada Tuhan di dalam doa-doa saya, semoga Dia memberikan saya arah masa depan kepenulisan yang lebih baik. Dan memang Tuhan Maha Mendengar.

Setelah menunggu lebih dari satu bulan, akhirnya saya mendapat konfirmasi lewat surat elektronik bahwa saya termasuk salah satu dari 15 penulis yang diundang mengikuti even sastra tingkat Internasional yang cukup bergengsi ini. Dari catatan kuratorial saya menemukan sebuah kalimat yang membuat saya optimis, setidaknya menjadi pemicu semangat untuk konsisten dan trus balajar untuk menghasilkan karya yang lebih baik lagi di masa depan.

“Para penulis terpilih ini beserta karya-karya mereka tidak hanya mencerminkan pencapaian kualitas kesusastraan yang tinggi, namun juga merefleksikan kekayaan daya ucap, bahasa, estetika, serta budaya dari berbagai daerah di nusantara.”

Ubud Writers & Readers Festival merupakan sebuah festival sastra tingkat internasional yang melibatkan para penulis, pembaca, penerbit nasional dan internasional; media lokal, nasional, dan internasional; organisasi seni, sastra dan budaya; budayawan, sastrawan dan seniman; pemerhati dan kritikus sastra; sekolah dan universitas dalam dan luar negeri; duta besar dari berbagai Negara juga masyarakat umum.

Festival ini dilaksanakan setiap tahun sebagai salah satu program dari aktivitas Yayasan Mudra Swari Saraswati yang bergerak di bidang sastra, seni dan budaya. Ubud Writers & Readers Festival telah mendapatkan predikat sebagai “One of the World’s Great Book Festival oleh Conde Nast Travel and Leisure, “Among the Top Six Literary Festival in the World’s” oleh Harper’s Bazzar, serta The Best Art Event 2006 oleh The Beat Magazine.

UWRF 2011 merupakan festival tahunan yang ke-8 dengan Tema “Nandurin Karang Awak” diinspirasi oleh salah satu kalimat dalam gaguritan Salampah Laku, puisi panjang tradisional yang ditulis oleh Kawi-Wiku (pendeta-sastrawan) Ida Pedanda Made Sidemen.

Dalam geguritan itu Ida Pedanda Made Sidemen menyatakan, ”…idep beline
mangkin, makinkin mayasa lacur, tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin…” (kehendak kakanda sekarang, mulai melakukan tapa kesederhanaan, tidak memiliki tanah sawah, maka tubuh diri-lah yang ditanami) Mengolah diri sendiri sebagaimana mengolah sawah—menyebarkan benih kebajikan, memotong rumput-rumput keinginan, serta memanen dengan seksama agar hanya biji budi terbaik yang dihasilkan—-merupakan konsep filosofis penting dalam tataran spiritual Bali.

Dalam tataran keseharian, pernyataan Ida Pedanda Made Sidemen mencerminkan rasa optimis dari kelompok manusia yang tidak memiliki tanah—baik karena kemiskinan, pilihan maupun karena pengasingan—namun masih memiliki keyakinan pada kemampuan dan potensi diri pribadi mereka masing-masing. Ida Pedanda Made Sidemen diakui sebagai salah satu Kawi-Wiku terbesar sepanjang sejarah Bali. Beliau menulis sejumlah karya sastra, seperti Siwagama, Kakawin Candra Bhairawa, Kakawin Cayadijaya, Kakawin Kalpha Sanghara, Kidung Pisacarana, dan Kidung Rangsang. Selain menulis karya sastra serta melayani umat dengan memimpin upacara keagamaan, Ida Pedanda Made Sidemen juga dikenal sebagai ahli arsitektur tradisional yang mumpuni. Beliau meninggal pada 10 September 1984 dalam usia 126 tahun.

Semangat Nandurin Karang Awak inilah yang kemudian saya adopsi dan saya sebarkan kepada kawan-kawan BMI Hong Kong. Supaya mereka memiliki kesadaran diri untuk menemukan dan menggali potensi yang mereka miliki untuk menggapai masa depan yang lebih baik. Potensi itu sendiri tak melulu dibidang tulis-menulis, bisa saja berwirausaha dan masih banyak jenis usaha lainnya yang bisa digeluti oleh kawan-kawan BMI.

Sebagai Duta Sastra Buruh Migran, saya dilibatkan dalam berbagai acara yang dihelat oleh UWRF 2011. Pada tahun ini UWRF menghadirkan lebih dari 130 penulis dari lebih dari 28 negara. Festival ini juga mempersembahkan sekitar 168 acara dalam 6 hari dengan mengambil lebih dari 57 tempat acara. Jujur, saya sendiri cukup nervous saat didaulat untuk menjadi pembicara dalam beberapa panel diskusi dan worshop yang pesertanya berasal dari berbagai belahan dunia. Dalam sebuah panel bahkan saya di satu mejakan dengan empat orang penulis dunia yang masing-masing berasal dari Eropa, Australia, Amerika dan satu lagi adalah penulis asal Indonesia yang telah tujuh tahun menetap di Canada. Sedangkan saya? Saya datang hanya dengan segudang semangat untuk belajar.

Saya bukan seorang yang memahami sastra dengan baik. Saya juga bukan seorang kritikus sastra yang bisa membagikan ilmu kepada peserta workshop tentang bagaimana menilai kualiatas sebuah karya. Saya hanya seorang penulis yang tengah balajar merangkak. Saya hanya bisa berbicara tentang bagaimana saya, dan kawan-kawan BMI Hong Kong berkarya di bawah segala tekanan dan keterbatasan.

Saya hanya bisa menyampaikan tentang kegelisahan-kegelisahan dan kawan-kawan sebagai penulis, yang berusaha menjadikan tulisan itu sebagai alat untuk memperjuangkan hak-hak dan kemerdekaan kami sebagai manusia, sebagai pekerja yang tak ingin diperlakukan seperti robot tanpa memberikan kami kesempatan untuk beristirahat dan berkembang.

Seperti harapan dari kawan-kawan BMI yang menghadiri dialog “Perempuan Pengarang dan Sastra Migran” yang saya adakan pada hari Minggu (18/9) di Markas Besar FLP HK yang dihadiri oleh lebih dari 30 peserta. Mereka memiliki harapan dan cita-cita yang sama. Terciptanya sebuah lingkungan dan kondisi yang kondusif untuk berkarya dan bekerja. Dan untuk mencapai semua itu, perlu perjuangan yang serentak dari semua elemen yang terlibat dalam skema penempatan BMI di luar negeri. Baik itu pemerintah Indonesia, pemerintah Hong Kong, KJRI, organisasi-organisasi BMI, LSM, agensi dan BMI itu sendiri. Mari satukan misi, eratkan perjuangan menuju cita-cita bersama.

Akhirnya saya memohon doa kepada seluruh kawan-kawan seperjuangan di Hong Kong semoga proses belajar saya di sana berjalan dengan baik. Semoga kelak saya diberi kesempatan untuk membagikan semua ilmu yang telah saya didapat kepada kawan-kawan semua. Tak lupa saya mengucapkan terima kasih sedalam-dalamnya kepada SUARA yang konsisten menyuarakan perjuangan kami, kepada KJRI HK atas segala dukungan dan apresiasinya.

Tak lupa kepada keluarga besar saya di St.Mary’s University, Bank Mandiri, Dompet Dhuafa , IMWU, Abatasa, KFC serta FLP HK dan tentunya seluruh kawan-kawan yang berada di Hong Kong. Dengan semangat Nandurin Karang Awak, semoga semakin banyak kawan-kawan BMI yang mendeka dalam berkarya dan bekerja. Kayau! (Jaladara, penulis cerpen: Surat Berdarah Untuk Presiden)

21 September 2011
Dijumput dari: http://media.kompasiana.com/buku/2011/09/21/surat-berdarah-untuk-presiden-mengantarkan-lea-ke-ubud-writting/

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae