Jumat, 23 Februari 2018

Sastrawan Itu Unik

Damiri Mahmud
Harian Analisa, 7 Agu 2011

Nada panggil ponsel saya malam menjelang Isya itu saya biarkan berlalu berulang. Saya pernah berkali-kali menjawab panggilan dari nomor yang tidak saya program dan selalu menerima kekecewaan, “Maaf, salah sambung…” jawab saya terbata-bata, ketika yang memanggil di seberang sana langsung menerpa karena menganggap sudah kenal.

“Salah sambung? Siapa rupanya situ…?” Hebat orang Medan. Dia yang salah sambung awak yang kena damprat.

Berselang sekitar setengah jam kemudian ponsel saya bordering lagi. Nomor yang sama. Saya berkesimpulan si pemanggil tentulah punya kepentingan yang serius.

“Maaf, Bang, adik Abang, Ichwan…” Ichwan Azhari? Sudah lama saya tak berjumpa. Selintas, lima tahun yang lalu, di Garuda Plaza saya melihat sosoknya ketika menjadi panelis di sebuah diskusi. Dia telah menjadi Doktor sejarah jebolan Universitas Hamburg. Waktu saya memberikan tanggapan, Ichwan berkomentar, “Saya ingat bang Damiri ketika dia membawa saya menjajakan sastra masuk sekolah…”

Itu sekitar tahun 1979. Dia menulis esai dan cerpen kemudian menerbitkan bulletin “Selokan” yang bertahan satu tahun. Tahun 1978-1981 menjadi redaktur sastra remaja “Suara Pembangunan”.

Dalam pembicaraan telepon malam itu, dia mengatakan berhasrat menerbitkan naskah saya.

“Ada dananya, Bang…” Kami janji bertemu di Taman Budaya. Saya membawa naskah tentang Amir Hamzah yang dimintanya.

Pembicaraan tentang Amir Hamzah memang telah selalu saya lakukan. Pernah di Univa, kemudian di Pemda Tebing Tinggi. Kemudian atas prakarsa Edi Elison KR, didiskusikan pula di Sei Karang. Ikut pada waktu itu NH Dini sebagai penulis biografi Amir Hamzah dan putri tunggalnya T. Tahura. Ada pula di UISU, bersambung ke USU. Kemudian dalam diskusi yang digelar oleh Dewan Kesenian Sumatera Utara. Pertemuan Sastrawan Sumatera Utara 1997 di TBSU. Terakhir di Dewan Bahasa dan Pustaka, Kuala Lumpur dalam Seminar Sastra Bandingan Antarbangsa, 2007.

Dalam omong-omong kami itu, Ichwan buka kartu. “Ada pejabat dari Jakarta yang mau mendanai naskah abang itu. Dia pengagum Abang… Namanya Suhaimi.” Agak heran hati saya. Seorang pejabat yang mengagumi sastra. Sudah selalu sekali diresahkan di negeri ini bahwa sastra minus pembaca. Barangkali sosok ini merupakan kekecualian. Walau bagaimanapun saya tak mengenal nama itu. Kami bikin janji akan bertemu di Tip-Top, karena Sang Pendana akan pulang ke Medan dua hari lagi.

Tip-Top di Kesawan, Sabtu malam itu sungguh penuh pengunjung. Berbagai warna kulit bergabung di situ. Kuning, putih, abu-abu dan sawo matang. Ditambah dengan aura awal abad dua-puluh zaman keemasan Toean-toean Kebon di Deli. Ada pula orkes mengiringi santap malam yang mengalunkan lagu-lagu Medan tempo doeloe. Ini Medan Bung!

Meskipun hujan menderas ditingkah guruh dan petir, bahkan menambah romantika omong-omong kami, hingga pukul sebelas malam itu. Pendana itu adalah T. Suhaimi Idris, pernah menjadi jaksa di Medan kemudian menjadi Kepala Kejaksaan Negeri Tanjung Pinang. Kini menjadi pejabat salah satu instansi di Jakarta. Ternyata sosok ini akrab dengan puisi. Dia punya nama pena pula lagi. TSI Taura! Mendengar nama itu saya terperangah. Sekitar awal delapan-puluhan, nama itu banyak mengisi rubrik budaya di harian Medan dengan tulisan-tulisannya berupa cerpen dan terutama puisi. Begitu juga puisi-puisi dan cerpennya banyak termuat di ruang Rebana dan RRPA harian Analisa. Dia masih akrab bercakap-cakap tentang sastra. Bahkan di samping kesibukan rutinitasnya, TSI Taura ini masih terus bergulat dengan puisi, hingga sekarang. Dia menunjukkan dua berkas naskahnya kepada saya yang rencananya akan diterbitkan pula. Dalam naskah itu secara sepintas saya lihat beberapa topik dia tulis, tentang diri dan keluarga, impresi tentang tempat di mana bertugas, tragedi tsunami Aceh dan Padang, hingga ke memorial Rendra dan Mbah Surip.

Waktu menulis di Medan, dia segenerasi dengan Foeza M. Hutabarat (ketika itu masih memakai nama Foeza March Esha), Ichwan Ar, Bahman Signal, Koentara DM, Mihar Harahap, Wirja Taufan, Asro Kamal Rokan. Dia katanya akrab dengan Foeza, namun walaupun sekarang sama-sama mukim di Jakarta tapi sekali pun tak pernah berjumpa.

Untuk menyambung ingatan kita terhadapnya sebagai penyair, diturunkan sebait puisinya berjudul “Gelisah” (ditulis di Bandung, Juli 2006) yang terasa relijius dan kuyup dengan pengakuan dan kesadaran akan kefanaan:

Seusai sujud terakhir ini
Jika Engkau usir aku
Di depan pintuMu
Aku tidak pergi
Karena cintaku telah lahir dalam firmanMu
Telah kutemukan cahaya ghaib
Sebelum senja luruh

Malam yang ditingkah hujan yang menderas dan sesekali dikejutkan oleh petir yang memekakkan anak telinga tak membuat pertemuan kami menjadi kecut. Apa lagi suasana arsitektur Hindia-Belanda yang masih kental mewarnai tempat pertemuan kami itu membuat Ichwan, sang doktor sejarah itu bertambah bersemangat. Bertambah kuno satu peristiwa bertambah menarik baginya. Apa lagi kaitannya dengan sastra begitu erat. Disertasi doktornya di Universitas Hamburg berkaitan tentang sastra sejarah dalam naskah Melayu Klasik, dengan tema perlawanan wacana dunia Melayu terhadap ekspansi Majapahit.

Ichwan berkisah ketika baru-baru ini ke negeri Belanda dia telah menemukan seratus ribu dokumen tentang media koran dan majalah di Sumatera Utara pada zaman kolonial. Sepuluh ribu di antaranya telah dia rekam dan dibawanya pulang. Malam itu dia menunjukkan di layar laptopnya sebuah artikel yang berasal dari harian Medan (“Benih Merdeka”) terbitan tahun 1918 yang berbicara secara terbuka tentang kemerdekaan. Ichwan berkomentar:

“Di Jawa dan di Jakarta, para pemuda berbicara tentang Indonesia Merdeka baru pada akhir tahun dua-puluhan. Di Medan, koran Medan sudah bicara tentang kemerdekaan secara terang-terangan. Bahkan nama korannya pun “Benih Merdeka!”"

Ada juga yang tak kalah menariknya. Ichwan mengatakan bahkan koran “Benih Merdeka” itu, dan “Soeara Jawa” (1916), telah memuat cerita.

“Itu kisah fiksi?” Tanya saya.

“Ya, fiksi! Cerpen… Bahkan novel!” jawabnya, “dimuat secara bersambung.”

“Kalau begitu, temuan ini bisa meledak juga,” komentar saya.

Saya menyebutkan, dalam sejarah Sastra Indonesia Modern, genre novel (atau roman) baru mulai tahun 1920 ketika Merari Siregar menerbitkan Azab dan Sengsara atau pada tahun 1922 ketika Marah Rusli menerbitkan Siti Nurbaja. Genre cerpen baru ditemukan sekitar tahun 1935 ketika M. Kasim menerbitkan cerita-cerita “penggeli hati” yang terkumpul dalam Teman Duduk terbitan Balai Pustaka. M. Kasim itulah yang dianggap sebagai Pemula Cerpen Indonesia.

Kalau apa yang ditemukan oleh Ichwan itu memenuhi persyaratan sebagai sebuah cerpen, sejarah sastra itu haruslah dikaji ulang.

Apa lagi Ichwan menambahkan pula, dia juga menemukan puisi-puisi di kedua harian Medan (tahun 1916 dan 1918) itu dan bukan syair atau pantun. Dalam pelajaran sastra Indonesia Modern dikatakan, puisi modern kita baru mulai setelah Rustam Effendi dan Mohammad Yamin mengadopsi bentuk soneta dari Itali ke dalam Bahasa Indonesia tahun 1926.

Ichwan juga punya rencana “yang mendebarkan hati” tentang kepedulian terhadap sastrawan. Dia, punya lahan dua hektar yang akan dibangunnya sebagai museum sejarah di Kota Cina, Paya Pasir. Direncanakannya nanti akan mengundang para sastrawan, satu orang selama satu bulan sebagai Sastrawan Tamu untuk dapat menulis dengan bebas. “Segala fasilitas akan kita penuhi,” janjinya.

“Sastrawan itu unik,” ungkap Ichwan. “Sejarawan tidak bisa dan tidak boleh seperti mereka. Penulis sejarah menulis berdasarkan fakta dan penyelidikan sementara sastrawan berkarya berdasarkan imajinasi dan rekaan. Di mata mereka tulang-tulang yang sudah lapuk pun masih bisa bercakap-cakap…” Maklum dia sangat akrab dengan sastra dan seperti katanya, “Pernah bermimpi jadi sastrawan besar…!”

http://www.analisadaily.com/news/read/2011/08/07/7331/sastrawan_itu_unik/#.UT53_zcZlWk

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae