Jumat, 01 Januari 2021

SEBUAH PILIHAN DAN PENGAKUAN SEBATANG POHON CEMARA YANG MENDERAI SAMPAI JAUH

: Menikmati puisi Derai-Derai Cemara karya Chairil Anwar
 
A. Syauqi Sumbawi *
 
Dari semua yang tumbuh di halaman rumah Pakde Banjir, ada satu pohon yang paling menarik perhatian Abdun. Bukan pohon mangga yang sedang ranum buah-buahnya. Bukan pula pohon nangka yang buahnya seukuran badan kambing ingonan-nya. Tapi, pohon cemara. Tak berbuah. Tak terlalu tinggi juga. Hanya seukuran tiang bendera. Batangnya pun terbilang kecil. Tak seperti pohon-pohon cemara yang tumbuh di tanah pegunungan. Menjulang, seperti hendak menggapai langit.
 
Sembari menunggu si empunya rumah, Abdun terus mengarahkan matanya ke pohon itu. Tak bosan-bosannya. Padahal, tak terhitung lagi dia pergi mengunjungi Pakde Banjir. Duduk di beranda. Di kursi kayu yang sama. Memandang ke arah yang sama. Dan cemara itu terlihat seperti tak banyak berubah. Mungkin karena tanah dataran rendah kurang cocok dengan pertumbuhannya. Sehingga sejak dulu terlihat begitu-begitu saja.
 
Meskipun begitu, Abdun tak menjadikannya sebagai masalah. Perhatian dan rasa antusiasnya tak pernah berkurang. Barangkali, hal ini karena pohon tersebut adalah satu-satunya cemara yang tumbuh di kampungnya.
 
Memang, banyak yang mengamini bahwa sesuatu yang langka memiliki nilai lebih dibanding sesuatu yang umum lainnya. Akan tetapi, ketertarikan Abdun pada pohon cemara bukan lantaran keberadaannya yang langka.
 
Entah, apa itu. Abdun hanya tahu, bahwa setiap kali melihat pohon cemara, pikirannya selalu melompat pada sesuatu yang sangat bernilai. yang luhur, yang tinggi, yang melahirkan rasa khidmat dalam dirinya. Cemara yang tumbuh meruncing ke atas, mengingatkan Abdun pada orang-orang yang mengarahkan hidupnya kepada Tuhan. Begitu pula usaha-usaha (riyadlah) mendekatkan diri pada Tuhan.
 
Mengenai pikirannya itu, Mas Nur, putra sulung Pakde Banjir yang menyukai dan menulis puisi, hanya mengiya-iyakan kepala usai mendengarnya. Seperti mendapatkan pemahaman lain yang baru, yang berbeda dari apa yang selama ini mengendap dalam pikirannya.
 
Bagi Mas Nur, pohon cemara seperti menggambarkan jalan hidup kalangan penyair. Misalnya, Chairil Anwar—yang posternya kerap tergantung pada dinding kamar para penyair generasi berikutnya—. Jalan hidup yang cenderung bohemian, tak peduli pada sesuatu yang berharga di mata umum, tak pusing penilaian orang. Karena bagi mereka, satu-satunya yang berharga adalah keyakinan dan jalan hidup yang dipilihnya. Menjadi penyair, yang menyusuri jalan puisi.
 
Namun, dalam percakapan ringan pada senja yang damai itu, Mas Nur hanya diam. Tidak mengungkapkan pikirannya itu. Hanya ingin mendengar, dengan sesekali mengorek pengetahuan dari Kang Abdun. Laki-laki sederhana berusia sepuluh tahunan di atasnya itu, selalu saja menumbuhkan rasa hormat ketika berhadapan dengannya.
 
Dua penafsiran dari gambaran pohon cemara di atas, yaitu: pertama, keyakinan dan kesetiaan menjalani kehidupan yang menjadi pilihan; kedua, pengakuan dan jalan menuju Dzat yang menguasai hidup manusia, agaknya juga menjadi poin utama dari puisi “Derai-Derai Cemara” karya Chairil Anwar. Secara lengkap dituliskan sebagai berikut:
 
Derai-Derai Cemara
 
Cemara menderai sampai jauh
Terasa hari akan jadi malam
Ada beberapa dahan ditingkap merapuh
Dipukul angin yang terpendam
 
Aku sekarang orangnya bisa tahan
Sudah berapa waktu bukan kanak lagi
Tapi dulu memang ada satu bahan
Yang bukan dasar perhitungan kini
 
Hidup hanya menunda kekalahan
Tambah terasing dari cinta sekolah rendah
Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan
Sebelum pada akhirnya kita menyerah
***
 
Pada puisi di atas, cemara merupakan diksi kunci. Pohon berbatang tinggi, tegak lurus, berdaun kecil seperti lidi, dan mudah terhempas angin. Tumbuh subur di daerah perbukitan atau dataran tinggi. Namun, poin utama dari cemara pada puisi ini, merefleksikan kehidupan orang-orang memilih jalan hidup yang dipilih bersama keyakinan atas pilihannya, sebagaimana telah diungkapkan sedikit di atas.
 
Jalan hidup yang tak sederhana. Juga sepi. Penuh dengan pergolakan batin. Terus menerus berjibaku dalam perjuangan eksistensinya, dimana pada pengalaman-pengalaman tertentu, dia akan berhadapan dengan dirinya. Mempertanyakan kembali pilihan-pilihan dalam hidupnya. Kehidupan yang kian jauh bersama waktu, digambarkan dalam ungkapan… Cemara menderai sampai jauh/.
 
Ada jarak yang terbentang. Jauh. Entah, sejauh apa. Terkait waktu, barangkali yang paling jauh adalah masa lalu. Meskipun, tak pernah meninggalkan manusia. Bahkan menjadi ruang bangun pribadi seseorang. Dan yang paling dekat adalah hari-hati yang akan datang, yang sekaligus mengandung batas hidup manusia. Kematian yang tak terelakkan.
 
Gambaran waktu yang kian dekat pada kematian, diungkapkan,… Terasa hari akan jadi malam/, yang menjadi batas manusia menerjemahkan diri bersama matahari. Malam yang umum menjadi waktu manusia untuk tidur. Bahkan, tidur dengan tenang.
 
Kemudian pada jarak waktu yang jauh dengan masa lalu dan perasaan yang kian dekat dengan batas waktu di depan, seseorang akan melihat kembali perjalanan hidupnya. Menemukan… Ada beberapa dahan ditingkap merapuh/ Dipukul angin yang terpendam/.
 
Beberapa cita-cita dan keinginan terkait sesuatu, gagal dan tanggal dalam hidupnya. Mungkin juga, dia mendapati usaha dan perjuangan terus-menerus dalam mewujudkan eksistensi terasa kian melemah. Terasa semakin tak berdaya di hadapan ketentuan takdir, yang rahasia bersama (angin yang terpendam).
 
Dan inilah pengakuan itu, bahwa… Aku sekarang orangnya bisa tahan/. Bisa—atau berusaha— menerima ketentuan yang digariskan-Nya. Karena… Sudah berapa waktu bukan kanak lagi/, yang menyiratkan berbagai pengalaman hidup, yang membuat (aku) seseorang menjadi lebih arif. Lebih bijaksana dalam memandang hidup. Berbeda dengan yang dulu.
 
Kemudian ungkapan,… Tapi dulu memang ada satu bahan/, menampilkan sebuah pemikiran yang bergolak, untuk terus menidak (tapi) dengan berbagai alasan yang dipegangnya. Pemikiran yang menjadi dasar atas pilihan hidup yang dijalani. Dari semua yang ada, barangkali filsafat eksistensialisme yang lebih cenderung menjadi spektrum pemikiran di masa muda, yang sarat dengan kebebasan,  pembebasan diri, serta dalam proses mengejawantahkan menjadi diri sendiri bersama nilai-nilainya sendiri. Pemikiran (Yang) pada batas tertentu,… bukan dasar perhitungan kini/. Sekaligus menghadirkan fase pemikiran yang berikutnya.
 
Berbagai pengalaman hidup, agaknya menjadi pintu yang membuka pemahaman, bahwa… Hidup hanya menunda kekalahan/. Bersama rasa tak berdaya di hadapan kekuatan yang Maha Besar, yang menguasai hidup manusia. Berbagai kekalahan yang menjadikannya,…. Tambah terasing dari cinta sekolah rendah/. Dari cita-cita, harapan, dan kebahagiaan hidup yang pernah terbayang saat kecil dulu. Usia anak-anak yang pernah akrab dengan fase cinta monyet atau “dipacok-pacokno” (dijodoh-jodohkan) dengan teman satu kelas, satu sekolah.
 
Selanjutnya, ungkapan… Dan tahu, ada yang tetap tidak diucapkan/ Sebelum pada akhirnya kita menyerah//, agaknya menjadi pemahaman, pengakuan, dan kesaksian kepada-Nya. Hakikat Iman dalam diri manusia, yang tetap  menjadi amaliyah batin (tetap tidak diucapkan). Iman yang menjadikan seseorang mendekat (menyerah) kepada-Nya.
 
Dari seluruhnya, ungkapan… kita menyerah//—pergeseran dari (aku) lirik ke (kita)— cukup mengusik, yang agaknya dimaksudkan sebagai pesan pamungkas dari puisi di atas, yaitu semacam spiritualisme-teistik.[*]
 
*) Ahmad Syauqi Sumbawi, sastrawan kelahiran Lamongan 28 April 1980. Menulis cerpen, puisi, novel, esai, kritik, dll. Sebagian karyanya dipublikasikan di media massa. Puisi-puisinya terkumpul dalam antologi: Dian Sastro For President; End of Trilogy (Insist, 2005), Malam Sastra Surabaya; MALSASA 2005 (FSB, 2005), Absurditas Rindu (2006), Khianat Waktu (DKL, 2006), Laki-Laki Tanpa Nama (DKL, 2007), Gemuruh Ruh (2007), Kabar Debu (DKL, 2008), Tabir Hujan (DKL, 2010), Darah di Bumi Syuhada (2013), Pesan Damai di Hari Jumat (2019), Menenun Rinai Hujan (2019). Dan beberapa cerpennya dapat dibaca pada kumpulan: Sepasang Bekicot Muda (Buku Laela, 2006), Bukit Kalam (DKL, 2015), Di Bawah Naungan Cahaya (Kemenag RI, 2016).

Sementara antologi tunggalnya: Tanpa Syahwat (Cerpen, 2006), Interlude di Remang Malam (Puisi, 2006), dan #2 (SastraNesia, Cerpen 2007). Novel-novelnya yang telah terbit: Dunia Kecil; Panggung & Omong Kosong (2007), Waktu; Di Pesisir Utara (2008), dan “9” (2020). Sedangkan bukunya dalam proses cetak ulang “#2,” dan Limapuluh (kumpulan puisi) segera hadir. Selain menulis, juga berkebun, dan mengelola Rumah Semesta Hikmah, dengan kajian dibidang sastra, agama dan budaya, di dusun Juwet, Doyomulyo, Kembangbahu, Lamongan. Blog pribadinya https://syauqisumbawi.blogspot.com/  https://sastra-indonesia.com/2020/12/sebuah-pilihan-dan-pengakuan-sebatang-pohon-cemara-yang-menderai-sampai-jauh/

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae