Minggu, 18 Juli 2021

FESTIVAL SENI SURABAYA; Gaungnya Nyaris Tak Terdengar

Abdul Lathief
cetak.kompas.com
 
Hari Sabtu (13/11) malam berbarengan dengan pentas ”Rumah Pasir” oleh Teater Koma Jakarta dalam rangkaian Festival Seni Surabaya 2010 bertajuk ”Surabaya Experience” di Gedung Cak Durasim, di Gedung Utama Balai Pemuda Surabaya yang semula dipakai untuk aktivitas FSS justru menjadi tempat penyelenggaraan acara perkawinan.
 
Panggung FSS dengan segala perlengkapan pendukung seni pertunjukan sudah disiapkan di dalam gedung utama. Namun, sejak Jumat (12/11) sudah mulai dibersihkan karena hendak dipakai untuk hajatan dan pesta perkawinan yang sudah mengikat kontrak dengan pengelola Balai Pemuda Surabaya.
 
Ironis, itulah yang terjadi sepanjang sejarah Festival Seni Surabaya. Sebab, selama ini tatkala perhelatan berlabel FSS, kompleks Balai Pemuda nyaris berubah wajah menjadi oase sekaligus etalase seni dan budaya selama aktivitas festival berlangsung.
 
Realitas itu setidaknya mengindikasikan persiapan panitia FSS tidak terprogram dengan baik. Adapun pihak panitia mengaku sudah berupaya maksimal bisa memanfaatkan Gedung Utama Balai Pemuda selama ajang tahunan ini berlangsung.
 
”Soal tempat, murni soal teknis. Awalnya mau pakai gedung Mitra baru. Tapi tidak bisa karena belum selesai direnovasi dan memang sudah terikat kontrak. Jadi tidak bisa dipaksakan,” kata Ketua Umum FSS ”Surabaya Experience” Basuki Babussalam.
 
Fakta lain yang amat mengganggu eksistensi FSS yang sudah berjalan lebih dari satu dasawarsa, sejak tahun 1996, adalah tampilnya Teater Koma dengan lakon ”Rumah Pasir”.
 
Penampilan teater dari Jakarta itu oleh sebagian seniman dianggap kesalahan panitia yang wajib dipertanggungjawabkan ke pada khalayak.
 
”Event seni FSS kacau, rusak, dan amburadul. Teater Koma ditanggap gede-gedean, sementara seniman lokal tidak diberi kesempatan seperti Teater Koma. Semakin runyam pentas Teater Koma tidak lebih dari garapan proyekan (HIV-AIDS),” kata Saiful Hadjar, seniman penggerak Kelompok Seni Bermain Surabaya.
 
Kelompok seni ini pernah menggegerkan jagat kesenian di Surabaya bersama seniman Mulyono asal Tulungagung dengan aksi seni rupa Marsinah, aktivis buruh yang ditemukan meninggal di kawasan hutan di Jatim pada 1990-an.
 
Penghormatan atas Teater Koma pun terkesan overdosis. Semua orang pasti mafhum dengan eksistensial, kebesaran, kepopuleran, dan keprofesionalan Teater Koma yang tanpa harus bersikap berlebihan tentu akan menyedot perhatian khalayak.
 
Kenyataan itu tersirat saat Teater Koma hendak geladi bersih dan pentas, Jumat dan Sabtu (12-13/11), panitia pun tampak antusias menghubungi media massa. Sebaliknya, tatkala kelompok-kelompok lain taraf lokal hendak tampil, nyaris panitia bungkam.
 
Bahkan, tatkala Kompas diundang meliput geladi bersih pentas tari pada Minggu (7/11), tak banyak panitia yang hadir hingga akhirnya geladi bersih pun molor tanpa kejelasan. Hal itu pun kembali terulang manakala geladi bersih pentas kolaborasi musik-puisi pada hari berikutnya.
 
Kacau sejak awal
 
Dari balik keruwetan, kekacauan, dan perlakuan yang overdosis yang mewarnai FSS tahun 2010, tebersit sebuah upaya yang layak mendapat apresiasi saat giliran pentas teater lakon ”Rembulan di Atas Kremil” oleh Bengkel Muda Surabaya bekerja sama dengan teater Berdaya, Bangunsari (Kremil), Surabaya.
 
Tim produksi teater lakon ”Rembulan di Atas Kremil” mengambil cara efisien, efektif, dan komunikatif dengan menerbitkan dan membagikan buku kecil naskah seputar pementasan.
 
Sekalipun tanpa mendapat perlakuan yang berlebihan dari panitia, media pun meresponsnya dengan antusias.
 
Ritus tahunan FSS yang telah menjadi ikon Surabaya kini telah usai berbarengan dengan pentas kesenian ludruk ”Karya Budaya” Mojokerto, Minggu (14/11) di Pelataran Balai Pemuda, Surabaya.
 
Kehadiran kesenian tradisional dalam ajang FSS kali ini sesungguhnya mencederai eksistensi festival. Prosesnya telah menasbihkan sebagai ruang kekaryaan seni kontemporer, futuristik dan eksperimental, entah seni tari, seni musik, seni rupa dan sastra.
 
Berdasarkan catatan Kompas, dalam perhelatan FSS tahun 2003, Sekretaris Panitia Henry Nurcahyo secara tegas menyatakan, Festival Seni Surabaya berbeda dengan Festival Cak Durasim, Taman Budaya Jawa Timur, yang lebih kepada kesenian tradisi. ”Framenya FSS adalah kontemporer, futuristik, dan eksperimental,” katanya kala itu.
 
Menilik waktu penyelenggaraannya pun, tahun ini berbeda dengan kesejarahan FSS yang momentumnya bersamaan dengan peringatan hari jadi Kota Surabaya pada Mei-Juni.
 
Alasan panitia menghelat FSS tahun ini dalam bulan November karena persoalan teknis setelah FSS vakum tahun 2009 dengan adanya pemilihan presiden.
 
”Setelah vakum di tahun 2009 karena pilpres, perlu persiapan yang cukup dan pilihan jatuh di November. Namun, tahun depan direncanakan kembali ke bulan Juni,” kata Basuki.
 
Adapun soal penampilan tampilnya kesenian ludruk, panitia FSS berargumen, hendak menyatukan budaya modern dan tradisi. ”Karena FSS punya semangat budaya itu, selain tampil karya mutakhir, kita juga ajak menikmati ludruk. Apalagi tema tahun ini adalah ”Surabaya Experience” dan ludruk menjadi bagian perjalanan panjang kota ini,” katanya.
 
Saiful Hadjar menyatakan, sampai sekarang manajemen FSS tidak pernah lahir. Walaupun mereka yang menangani kepanitiaannya sudah berulang kali terlibat, terkesan masih berjalan sendiri-sendiri. Panitia tampak sekadar menjalankan kerja, tidak berinisiatif dalam berpikir dan bersama-sama membangun strategi kesenian sehingga penyaji yang diundang pun tidak selektif.
 
”Sudah seharusnya yang terlibat FSS paham kesenian. Kesenian itu ideologi dan dialogis. Mereka katanya tahu manajemen kesenian, tapi tidak menerapkan sehingga aplikasinya nol,” ujarnya.
 
Mencermati perjalanan FSS dari tahun ke tahun, tidak semakin berkarakter yang membuat khalayak merindukan kehadirannya kembali.
 
Konsistensi pencapaian sebuah festival amat menentukan jati diri, bahkan menjadi sebuah peristiwa fenomenal yang akan terus ditunggu masyarakat seni pertunjukan.
 
Apa yang pernah dilontarkan oleh komponis kesohor arek Surabaya Slamet Abdul Sjukur, tampaknya masih relevan untuk direnungkan. ”Indonesia memang hebat dalam konsep, namun amat lemah dalam pengejawantahannya. Hal itu tercermin di negeri ini yang tidak pernah bagus,” katanya.
 
Festival Seni Surabaya tahun ini terkesan sekadar ada, setidaknya tercermin dari kurang matangnya panitia mengelola event besar itu, seperti tanpa baliho dan poster di sudut kota.
 
Dari awal penyelenggaraan hingga berakhir, tak ada kesan yang mendalam dalam FSS 2010, kecuali sebuah kekecewaan.
 
FSS tak dikelola secara profesional sehingga insan media pun nyaris luput dari kegiatan seni itu. Malang FSS 2010 yang nyaris tak terdengar gaungnya.

15 November 2010. http://sastra-indonesia.com/2011/10/festival-seni-surabaya-gaungnya-nyaris-tak-terdengar/

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae