Selasa, 21 Oktober 2008

Kisah Cinta Nima

Dari Suara Karya Online
Teguh Winarsho AS

PAGI masih dingin. Embun masih menggantung di dedaunan. Nima membuka pintu rumah majikannya. Ia akan memulai pekerjaannya menyapu halaman rumah itu. Memang masih terlalu pagi. Tidak biasanya ia bekerja sepagi ini. Ada sesuatu yang menganggu pikirannya, beberapa hari terakhir ini. Apa lagi, kalau bukan laki-laki yang baru tinggal di rumah sebelah? Seorang laki-laki muda yang beberapa kali mencuri perhatiannya.

Nima mulai menyapu. Ini pekerjaan rutin setiap hari. Pekerjaan yang membuat tubuhnya tetap kelihatan sehat dan bugar. Tubuh ranum seorang gadis dewasa yang penuh gairah. Tapi rumah sebelah masih sepi. Lampu teras rumah masih menyala. Mungkin laki-laki itu masih tidur. Diam-diam Nima kecewa jika sampai tak ketemu laki-laki itu. Ia sudah telanjur bangun pagi.

Sambil terus menyapu halaman, sesekali Nima memperhatikan rumah sebelah. Berharap pintu rumah sebelah terbuka dan laki-laki itu keluar, seperti biasa mengenakan sarung kotak-kotak dan kaus putih. Nima mendengar selentingan kabar, laki-laki itu tak pernah tidur malam. Begadang dari sore sampai pagi di depan komputer. Laki-laki itu konon seorang penulis. Nima ingin sekali berkenalan dengan laki-laki itu. Atau… ah, mungkin tidak hanya sekadar itu…

Baru satu bulan laki-laki itu menempati rumah sebelah. Sebelumnya rumah itu lama kosong. Nima tidak tahu laki-laki itu tinggal bersama siapa. Hanya sesekali Nima melihat seorang laki-laki setengah baya berperawakan tinggi besar datang ke rumah itu dengan mobil bagus. Kadang laki-laki itu menginap. Tapi yang lebih sering, ia pulang subuh atau tengah malam.

Aha! Laki-laki di rumah sebelah akhirnya keluar. Tak urung Nima gugup dan salah tingkah. Wajahnya mendadak bersemu merah. Laki-laki muda itu membawa cangkir minuman mengepul asap tipis. Sesaat laki-laki itu berhenti di depan pintu, tersenyum menatap Nima lalu menghampiri kursi di teras. Nima membalas senyum laki-laki itu sambil membetulkan ikatan rambutnya. Jantung Nima berdegup keras.

Beberapa hari belakangan ini laki-laki itu sering duduk di kursi teras rumah. Diam-diam Nima menikmati perhatian laki-laki itu pada dirinya. Ia hanya sering merasa tak kuasa menahan gugup dan gemetar tubuhnya. Setidaknya sampai pagi ini, ketika ia masih merasa asing dengan laki-laki itu. Sebab setelah sekian hari laki-laki itu hanya berani menatapnya dari teras rumah, baru dua hari lalu laki-laki itu memberanikan diri menyapa dan mengajak kenalan. Laki-laki itu namanya Irwan. Muda dan tampan.

“Kamu cantik sekali. Siapa namamu?” tanya Irwan setelah mengenalkan namanya. “Nima…” jawab Nima gugup dan pelan. Nima tahu laki-laki di depannya terus menatap dirinya. Tatapannya lembut dan dalam. Membuat Nima semakin gugup ingin cepat-cepat mengakhiri pekerjaannya.

Tapi halaman rumah itu terlalu luas. Ada beberapa pohon besar yang tumbuh di situ membuat halaman cepat kotor. Dedaunan dan ranting kering berserak di mana-mana. Tentu bukan pekerjaan mudah menyulap menjadi bersih dalam waktu singkat. Perlu tenaga ekstra. Tapi tangannya terus gemetar memegang sapu, tak punya tenaga ekstra untuk segera mengakhiri pekerjaannya. Bukan. Bukan karena ia belum sarapan. Ia sudah biasa sarapan di atas pukul sembilan ketika semua pekerjaan selesai dan majikannya berangkat kerja. Itu pun tidak banyak. Ia lebih suka ngemil, makan kue-kue kecil sambil nonton televisi. Laki-laki di teras rumah sebelah itulah yang telah menyedot energi dan perhatiannya.

Esok paginya laki-laki itu sudah duduk di teras rumah. Laki-laki itu langsung menghampiri Nima saat keluar ingin menyapu halaman. Nima sedikit terkejut melihat kemunculan laki-laki itu. Nima berusaha tenang. Tapi tetap saja jantungnya berdebar-debar. Senyum laki-laki itu tampak begitu menawan. Laki-laki itu kembali mengajak ngobrol. Nima menjawab seperlunya dan sesekali mencuri lihat wajah laki-laki itu. Sejak itu Nima sering memikirkan laki-laki itu. Nima bisa merasakan laki-laki itu memberi perhatian lebih pada dirinya.

Tetapi, ah, kadang Nima merasa ragu dengan kesimpulannya. Jangan-jangan itu hanya perasaannya yang berlebihan saja. Sebab laki-laki itu terlalu tampan untuk dirinya. Nima sadar dirinya hanya gadis tamatan SMP. Gadis desa yang baru empat bulan tinggal di Jakarta menjadi pembantu rumah dengan gaji tigaratus limapuluh ribu rupiah setiap bulan. Ya, ya, Nima menyadari semua itu meski ia juga tak bisa membohongi hati kecilnya, ada sesuatu yang menggeliat dan berdesir di hatinya setiap kali berhadapan dengan laki-laki itu.

Tiba-tiba Nima mendengar suara batuk-batuk kecil. Semakin lama semakin keras. Meski tidak melihat, Nima tahu laki-laki itu sedang berjalan menghampirinya. Jantung Nima semakin berdegup kencang. Dahinya berkeringat. Dari tadi Nima memang berharap bisa ketemu laki-laki itu. Tapi entah kenapa begitu ketemu ia tak kuasa menahan gugup.

“Selamat pagi, Nima…” Benar. Laki-laki itu tersenyum menyapa. Kedua tangannya berpegangan pada pagar besi. Wajahnya terlihat bersih dengan kumis tipis di atas bibirnya. Sejurus kemudian laki-laki itu mengeluarkan sebatang rokok lalu menyulutnya. Aroma asap rokok segera mengalir ke hidung Nima.

Sapu di tangan Nima hampir lepas mendengar sapaan laki-laki itu. Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya. Nima ingin membalas, tapi mulutnya tiba-tiba tertutup rapat seperti pintu penjara. Nima terus menyapu sambil menjaga keseimbangan tubuhnya yang entah kenapa tiba-tiba goyah. Tanah yang ia pijak seperti bergelombang tidak rata. Meski begitu Nima berusaha mati-matian untuk tetap tenang, meredam hatinya yang rusuh. Sesekali ia menatap laki-laki itu, ketika pada saat yang sama laki-laki itu juga sedang menatap dirinya. Tatapan keduanya bertemu. Membuat perasaan Nima melambung semakin jauh.

“Saya lihat kamu masih punya banyak waktu luang. Kalau pekerjaamu sudah selesai, maukah kamu membantu pekerjaan di rumah saya? Tidak banyak kok. Paling cuma mengepel lantai, mencuci dan menyetrika baju…” kata Irwan sopan dan ramah. “Lumayan bisa untuk menambah penghasilanmu. Nanti akan saya bicarakan dengan majikanmu, kalau mereka mengizinkan….”

Nima tak membalas ucapan laki-laki itu. Nima terus menyapu. Ia tidak keberatan bekerja di rumah Irwan. Dengan begitu ia malah bisa lebih sering ketemu dengan laki-laki itu. Diam-diam Nima menyesal tadi tak sempat menyisir rambutnya. Membedaki wajahnya. Ah, seperti apakah wajahnya kini? Batin Nima gelisah. Nima berjanji lain kali akan memperhatikan lagi penampilannya. Ia tak mau kelihatan buruk di depan laki-laki itu. Ah…
* * *

ATAS izin majikannya, Nima mulai bekerja di rumah Irwan. Rumah Irwan tampak luas karena tidak banyak perabotan di dalamnya. Rupanya Irwan memang hanya tinggal sendirian di rumah itu. Nima sering heran kenapa Irwan tidak merasa kesepian. Padahal tidak ada temannya yang datang kecuali laki-laki setengah baya berperawakan tinggi besar itu. Laki-laki yang terkesan dingin dan angkuh. Belakangan Nima baru tahu laki-laki itu namanya Reno. Irwan sendiri nyaris tidak pernah keluar rumah karena untuk keperluan makan, ia sudah menggunakan jasa katering.

Hubungan Nima dan Irwan semakin lama semakin dekat. Irwan mulai berani menggoda Nima ketika sedang bekerja. Membuat Nima sering tersipu malu dan merah padam mukanya. Tidak salah jika Nima punya pikiran bahwa Irwan suka dengan dirinya. Nima sendiri sudah lama suka dengan laki-laki itu. Tapi sejauh ini ia hanya memendam perasaannya itu seorang diri.

Suatu hari Irwan menghampiri Nima yang baru selesai menyetrika. Wajah Irwan terlihat tegang. Nima tidak tahu apa yang akan dilakukan Irwan hingga laki-laki itu perlahan-lahan membuka mulutnya mengatakan ingin menikahinya. Nima seperti tidak percaya mendengar ucapan itu. Perasaannya langsung melambung tinggi. Ia tidak hanya akan menjadi pacar Irwan, tapi istrinya! Makanya Nima menurut saja ketika Irwan meraih tubuhnya dibawa ke dalam kamar. Termasuk ketika Irwan mulai melepas pakaiannya satu per satu. Nima benar-benar terlena. Untung, Irwan tidak berbuat lebih dari itu. Laki-laki itu justru menangis dan minta maaf.

Sorenya Nima menyampaikan keinginan Irwan pada majikannya. Majikan Nima tidak keberatan meski mereka masih belum begitu percaya dengan kesungguhan Irwan. Meski tidak kenal dekat dengan Irwan, tapi dari penampilan kesehariannya mereka bisa menilai seperti apa laki-laki itu. Irwan tidak hanya tampan tapi juga berpendidikan. Rasanya tidak masuk akal jika Irwan suka dengan Nima dan bahkan mau menikahinya. Akhirnya Irwan datang sendiri menemui majikan Nima. Kali ini majikan Nima baru percaya.

Beberapa hari kemudian Reno datang ke rumah Irwan. Awalnya mereka ngobrol di ruang tengah sambil nonton televisi. Tapi larut malam keduanya beranjak ke kamar. Bukan untuk tidur. Reno menatap lekat wajah Irwan yang rebahan di atas ranjang. “Jadi kamu serius mau menikah dengan pembantu sebelah?” tanya Reno tiba-tiba.

Irwan menghela nafas berat. “Aku tak punya pilihan. Orang tuaku menuntut agar aku segera menikah.”

Reno tak langsung menjawab. Malam terasa sunyi. Hanya detak jam dinding yang terdengar. Reno mengganti lampu kamar menjadi temaram lalu menjatuhkan tubuhnya di samping Irwan. Wajahnya terlihat gelisah dan gusar. “Tapi….”

Belum sempat Reno meneruskan kalimatnya, Irwan lebih dulu memotong. “Kamu tidak usah khawatir. Aku hanya butuh pengakuan orang lain bahwa aku adalah laki-laki normal. Aku menikah seperti orang-orang itu juga menikah. Kamu sendiri punya istri kan? Kenapa aku tidak boleh?” Irwan memiringkan tubuhnya menghadap Reno.

“Aku ngerti. Tapi….” Lagi-lagi Reno tak sempat meneruskan kalimatnya karena tiba-tiba Irwan menutup mulut laki-laki itu dengan jari tangannya. Sesaat keduanya saling tatap dalam hasrat yang terus menggeliat. Sejurus kemudian malam terbadai. Bantal, sprei dan guling berhamburan di lantai.

“Besok aku akan menemui orang tua Nima di kampung untuk melamar…” kata Irwan pelan sambil mengusap peluh di wajahnya.

Malam hening. Sunyi. ***

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae