Nurel Javissyarqi*
http://pustakapujangga.com/?p=197
Pribadimu lenyap dalam pergumulan perasaan, sewaktu angin merangsek
mengumpulkan awan bimbang, diulur daya tarik layang bumi menjelajah (XIX: I).
Menjelang senja, berbondong merangkul cium jubah kemerah,
ada memberi cawan berisi madu, persembahkan cangkir penuh airmata,
ialah rupawan di atas ketinggian kepatuhanmu berkasih sayang (XIX: II).
Magrib menutup senjakala, hujan turun rintian mesrah, senyum berpadu
menyatukan dada bergetar, sebesar kerinduan terpelihara (XIX: III).
Merestui perjalananmu di kala gerimis bersemangat ribuan keringat,
kalimah berhamburan selaksa taburan mayang musim semi (XIX: IV).
Nikmatilah kedekatan basah kuyup menelusup,
melewati parit-parit nuranimu menyuburkan tanaman (XIX: V).
Pertimbanganmu memberi atau menunda keadaannya,
menentukan harapanmu seiring laguan tropis menghijau (XIX: VI).
Tapakan kaki di tanah basah lereng kalbu, terdengarlah
pengaduan masa lalumu menggedor punggung langit kelabu (XIX: VII).
Kidunganmu menghuni lembah dari ketinggian kota cemara,
cahaya purnama melipat-lipat gerimis membentangkan gemintang (XIX: VIII).
Keraguanmu mendekat lenyap, pandanganmu mengerti hakekat (XIX: IX).
Kerahasiaan bayang kasih sayang, sejauh penglihatan kelembutan,
sedalam kefahaman, dalam merasakan kuluman bibir kesunyian (XIX: X).
Yang mengunjungi kekasih dengan tertatih,
mendaki dan lunglai mencari wajah baku (XIX: XI).
Ketika mentari terbit, ia berpegangan pohon sembari tersenyum
merasakan dekapan hangat kesadaranmu selagi tak utuh (XIX: XII).
Yang senantiasa merasai ketidakadaan, teruskanlah walau hujan
memenjara indra, dan bebaskan jiwamu mengejawantah (XIX: XIII).
Air hujan menyemai bumi sebagai rahim paling sunyi,
nyanyian serangga menghampiri tebing seusia pebukitan selatan
yang menyenandungkan ombak ke pantai setiap malam (XIX: XIV).
Mustinya sampai ujung-ujung malam penantian kembang,
melihat kelopakan merekah, atas serpihan kabut fajar kemerah jingga (XIX: XV).
Mentari terbit kemewah, menawan hamparan timur raya,
ada citraan di tiap gerak manusia menghadirkan ada (XIX: XVI).
Seiring masa menyeret langkah kaki ke hadapan samudra,
deburan ombak mengabadikan busa menggaram,
secepat limpahan doa di dada bergairah (XIX: XVII).
Bulir-bulir pasir di pantai, permenungan sebening kaca menguap,
dan jari-jemari bayu mengusap kening kalbumu beruapan rindu (XIX: XVIII).
Berimbang lautan penyadaran, seluruh pelajaran datangnya awan
membawa seruan senyawa tubuh cinta, menggelegakkan hayat (XIX: XIX).
Di saat menyadari pandangan, masuk dalam bilik hati,
yang tunggal terhempas berbulir-bulir kehidupan lain (XIX: XX).
Seperti kelepakan laron, jantung berdegup nadi berderit,
menimang sayap-sayap mungil, lebur dalam cahaya lentera (XIX: XXI).
Begitu ranum bola matamu di saat menatap,
gigi-gigi terlihat bersih, kala senyuman berharap (XIX: XXII).
Tangisan segar dibuai serbuk sari alam,
terciptanya kasih beredar di poros sayang (XIX: XXIII).
Tampak benar wajah serupa, bayangan mata kekasih dalam sangkar mata,
menanti waktu tempat kelahiran, atau gugur mencium aroma kamboja (XIX: XXIV).
Bisikan cahaya di dadanya, para malaikat menghiasi matanya bercelak,
sekuntum bunga mengajak ke taman kabut membayangkan masa ( XIX: XXV).
Ia mendekati sifat kebimbangan ganjil,
sewaktu ketakutannya merengkuh (XIX: XXVI).
Yang mendatangkan dirinya tersebab kekuasaan menyamudra,
kesadarannya terpanasi, sejauh bentangan pasir pantai (XIX: XXVII).
Ternyata menjadikan diri begitu payah,
mengikuti cara berhitung di depan cermin manusia (XIX: XXVIII).
Yang berperangai melati, kelopakan mewangi setiai tangkai,
kembang tak habis harum dalam percumbuan putih (XIX: XXIX).
Sebuah apel di meja, segenggam kurma berbukah,
ada kesegaran zam-zam dalam lambung sehabis puasa (XIX: XXX).
Kidungan awan selaksa lukisan tiada menjemukan,
selalu bergerak menawan setiap dipandang (XIX: XXXI).
Bocah-bocah menebarkan senyuman, para gadis berkerumun
perbincangkan ketampananmu, dipuja di bumi diagungkan di kerajaan
langit, serta dijunjung seribu cahaya terang matahari (XIX: XXXII).
Kalian berbondongan-bondong melewati penjaga gerbang,
meramaikan alun-alun kepastian di hari kesaksian (XIX: XXXIII).
Meninggalkan legenda bergegas renungan melampaui wengi gerilya
menghaluskan tempat waktu, sejauh kepasrahan mengekalkan kesejatian rasa (XIX: XXXIV).
Abad-abad harum menawan kepakan ruh tercipta, jangan taruh penalaran,
kepercayaan ditebar di muka bumi, demi belajar temukan hakekat (XIX: XXXV).
Ketinggiannya di atas bangsa-bangsa, dan diagungkan sebagai utusan,
memberi jalan kembara, oleh cintainya sepenuh jiwa dahaga (XIX: XXXVI).
Ia membagi-bagikan upah, kedamaian hati ketenangan jiwa,
sebab pelepasan cinta, demi jalan kepada tercinta (XIX: XXXVII).
Isyarat membungkuk menata buku-buku saksi sejarah,
terambili kemudahan pelajar mencium sekar kedaton (XIX: XXXVIII).
Demi keinginan lebih istirahnya jasad-jiwa menguatkan batas usia,
rasa sakit berdemaman, berserta kantuk meringankan ruh menjelajah (XIX: XXXIX).
Bercerita kekekalan, menerbangkan sukma di kedalaman malam (XIX: XL).
Ujaran-ujaran atas ketinggian kesadaran (XIX: XLI).
Kekal dalam perbincangan agung,
mengajarkan bagaimana menerbangkan sayap nurani mencintai,
dan siapa yang abai panggilan, lalai jiwa mandiri (XIX: XLII).
Ia bersemangat melihat para pemuda gandrung kepadanya,
yang setiap hari persembahkan harum puja dari petamanan mimpi,
jati dirinya bermanfaat, bagi tak setia sedikit pun awalnya (XIX: XLIII).
Kepenuhan dilengkapi ganjil, mengerti kurang-lebihnya,
keangkuhan binasa, terakhir terlahir bersumber daya ketulusan (XIX: XLIV).
Rumah laba-laba serupa jala-jala perangkap menebarkan magnit,
mendatangi keluguan serta kesenangan hasrat jiwa (XIX: XLV).
Inilah permainan berayun, bagaikan penari tambang berlenggangan,
percik jiwanya bergerak sendiri, ke batas kuasa inti bumi (XIX: XLVI).
Inti ruh ilmu, inti ruh revolusi,
begitu tentram di antara tembang-tembang pewarnaan (XIX: XLVII).
Ke mana pun bersembunyi, masih batas tangkapannya,
ketaktenangan depan cahaya, mendapati bayang bergetaran (XIX: XLVIII).
Mengapung di lautan uap, kekupu menari menghirup jambangan hati,
berkecup syair dikokohkan niat atas nafas-nafas (XIX: XLIX).
Bacalah penuh sungguh menyadari jembatan diri, tersebab tiada ilmu
langsung ditetapkan, berbijak masa keteguhan menerima kedamaian (XIX: L).
Bukannya bimbang tercipta setelah memahami,
namun tatapan hikmah dari mempelajari kesalahan (XIX: LI).
Telah terketahui dulu pada langit rahasia mewaktu,
hadir merayu awan, bersenggol pucuk-pucuk cemara sewu (XIX: LII).
Kehormatanmu membaca bulir embun, butiran pasir keemasan,
ketika kemanusiaanmu, menuruni pantai kabut semesta bathin (XIX: LIII).
Yang tepati janji diberikan pulau cantik,
berhias pohon kebijakan, batu mulia bertata nilai (XIX: LIV).
Sebelum memukul bongkahan batu, sabar memanasi masa, malu-malu
matangkan tersembunyi, rasa abadi dalam jiwa merindu kedamaian (XIX: LV).
Belum dijumpai manisnya perasaan, kesibukan atau nganggur,
merentangkan sayap berlapis doa, meniupkan kehendak pembebasan (XIX: LVI).
Setidaknya bisa jual pebekalan jika kehabisan di tengah jalan,
namun bagaimana peristiwa serupa, dalam satu kota berbeda masa? (XIX: LVII).
Yang mendekat diam-diam makin akrab, ini kejujuran sungguh tanpa
pamrih sangat anggun, bukan berbedak angan terjemahkan diri (XIX: LVIII).
Memanggil bersegala kebesaran rindu, laron menumbuhkan sayap baru,
yang gelimpangan berkali-kali hidupnya atas kehendak (XIX: LIX).
Ia memberi kedalaman sunguh, bersayap mendekati pijar lampu,
berkasih dalam ketinggian, laksana awan dipanasi unggun (XIX: LX).
Sebagian buta sebab tak sabar juga tiada sadar,
tentang kabut yang sanggup membutakan mata (XIX: LXI).
Ia kekang gairah dipertaubatan, naluri mendewasa
adalah satu dari beberapa tangga tingkatan (XIX: LXII).
Memberi lebih bagi penilik sudut ruang peribadatan, planet-planet
serupa batu digantungkan, sebagian kalian memuja deretan bintang (XIX: LXIII).
Ia membenci kepicikan, tiada tertarik kebanggaan, sebab nantinya
memberi ruang-waktu siksa jiwa, penyayat daging bathin (XIX: LXIV).
Ialah raja di balik hati manusia, menyiarkan daun-daun muda terjatuh,
maka duduklah di segumpal batu, segenggam sepi ia warisi (XIX: LXV).
Siapa mengukur kepakan pantas dibenci,
merasa lebih tinggi dari bayu angan di masa kini (XIX: LXVI).
Wujud kehadirannya kau fahami untuk dipercayakan,
dicipta berpasangan, sebagaimana lelaki berarus pada perempuan (XIX: LXVII).
Ombak berkejaran tambah gemerincing di kakimu menjelma garam,
kasihnya diberkati bau harum kuntum-kuntum melati (XIX: LXVIII).
Kadang cepat waktu berlari, amat lamban suatu masa atas renungan diri,
syukur diberi lupa serta lelah, hingga mengetahui baik selepasnya (XIX: LXIX).
Ia lebih di hadapanmu tak lenyap atas spesiesmu,
kecuali kelemahan mengutuki diri, membunuh berputus-asa (XIX: LXX).
Suatu ketika, penjaga kabut bertanya, siapa tuan cintai di antaranya?
Hanya yang selalu mempelajari sesuatu, dari asal ketentuan waktu (XIX: LXXI).
Kalian mulai mengerti batas lemparan jala, maka naik dan duduklah,
senyum tentramkan jiwa, sedang kebengisan membuyarkan tanya (XIX: LXXII).
Berjalan kelelahan tidak memandang yang lain, jika marah terjebloskan
dalam kebimbangan, ujung pena meluruskan gugusan gugatan (XIX: LXXIII).
Bagi mengira bergundik, buyarlah pemahaman, kau tidak melihat dirinya
mengerami watas, amat kasihan yang mengikuti kebebasan arus (XIX: LXXIV).
Yang menyinggung aturan, akan dituntun denyutan air di kedalaman
gua tanjung karang, manusia unggul mencari pemahaman (XIX: LXXV).
Hadir bukan mencipta belas kasih angan, meski bersekutu
takkan mampu, ini wujud pengertian tak terkira sedurungnya (XIX: LXXVI).
Hembusan angin menyemai, ikan-ikan dalam sungai, sedang serangga
bersenandung, pada pergumulan bencah tanah liat (XIX: LXXVII).
Kuasannya bukan berasal penelitian semata, dan ia tak ambil alih
meminta, sebab jumlah akhir lebih dulu terfahami (XIX: LXXVIII).
Sang penjelajah diberi tongkat menyebrangi titian arus deras (XIX: LXXIX).
Masa mendatang bertepat-waktu, menetapkan larikan lembut hatimu
berkaca, tak sekadar penghias jemari manismu, cincin itu terbaca (XIX: LXXX).
Ialah bukan melunturkan kefanatikan, tapi guratan terindah di taman
sepi igauan, ia gemburkan tanah, serupa cacing di kedalaman (XIX: LXXXI).
Bagi menyusuri sungai kerelaan sanggup kemari, ia ombak perwakilan
demi suara tercinta, lautan kodrat jangkauannya bertepi (XIX: LXXXII)
; lahirnya pemikiranmu bersayap harum melati, atas celupan
pena bulu merak, yang menunggu malam merindu (XIX: LXXXIII).
Teramat anggun kedekatan, tunduk nafas-nafas membimbing sampai,
memberi jalan kabut di padang rumputan (XIX: LXXXIV).
Ia melewati dengan jubah berhias butiran embun kesegaran,
pengembala itu meneguk air sumur ketentraman (XIX: LXXXV).
Dengan memakai sabit kembang turi menuju bukit pencarian,
tentramkan jiwamu menghampiri dingin cahaya (XIX: LXXXVI).
Mari duduk di bangku, nanti ia bisikkan telingamu tentang kedalaman,
ketajaman pena menggurat pahatan ombak lautan (XIX: LXXXVII).
Ia suguhkan anggur bagi penyair, para filsuf dengan kesuntukan,
seyogyangan semua meminum bertampungan kalbu (XIX: LXXXVIII).
Gubahan syair memikat,
perdengarkan malam bagi anak-anak kelaparan (XIX: LXXXIX).
Ia usap rambutmu dengan perasan santan, kebaikan menyelimuti terpilih,
yang mendekat penuh kasih sayang, berpeluk keabadian hayat (XIX: XC).
-----------------------
*) Pengelana asal Lamongan, JaTim
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar