Maman S. Mahayana*
http://mahayana-mahadewa.com/
Taufiq Ismail, Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 1—4 (Jakarta: Horison, 2008; xlii + 1076 hlm; xxxiv + 801 hlm; xxxii + 880 hlm; xxxviii + 101 hlm).
“Taufiq Ismail tak ingin memperingati usianya, tetapi perbuatannya. Sebab, hidup itu perbuatan,” begitu Fadli Zon, Ketua Panitia Peluncuran Buku Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 1—4 (Jakarta: Horison, 2008; xlii + 1076 hlm; xxxiv + 801 hlm; xxxii + 880 hlm; xxxviii + 101 hlm) menegaskan semangat yang melandasi acara peluncuran keempat buku karya Taufiq Ismail (14 Mei 2008) di Aula Mahkamah Konstitusi, Jakarta. Keseluruhannya, keempat buku itu berjumlah 3004 halaman, termasuk halaman pelengkap dan indeks. Inilah rekor baru ketebalan buku karya seorang penyair.
Meskipun begitu, tentu saja yang jauh lebih penting bukanlah perkara tebal—tipisnya buku, melainkan isinya; kedalaman dan gagasannya dalam mencermati dan memandang berbagai persoalan dan mengungkapkannya dalam berbagai ragam tulisan—prosa, puisi, drama, esai yang sedap dibaca. Meski juga ketebalan itu belum dapat dianggap mewakili kesegenapan kiprah penyair Angkatan 66 itu dalam kesusastraan dan kebudayaan Indonesia, setidak-tidaknya, kita dapat memandang sebuah lanskap yang membentangkan dinamika sosio-kultural bangsa ini dalam bingkai perpsektif perjalanan berkebudayaan 55 tahun Taufiq Ismail.
***
Mencermati keempat buku itu, tak pelak lagi, segera kita akan gagal menyembunyikan decak kita, betapa sangat serius Panitia mempersiapkan segalanya: cover dan kemasan buku yang cantik, pembagian ragam tulisan yang tepat-pas dengan sistematika yang cerdas, dan pengantar yang jernih dan terang-benderang. Jilid 1 misalnya, menghimpun puisi-puisi Taufiq Ismail yang dihasilkannya selama 55 tahun kiprah kepenyairannya (1953—2008). Di sana, ada pengantar Taufiq Ismail yang bersahaja dengan segala kerendahan hatinya; ada pula Pengantar Fadli Zon yang ringkas mengungkap latar belakang dan muatan keempat buku itu. Selepas itu, Prof. Dr. Abdul Hadi WM membentangkan apresiasi komprehensif dan analisis yang tajam—lewat estetika India—atas keseluruhan puisi yang terhimpun dalam buku ini.
Bagi Abdul Hadi, puisi-puisi Taufiq Ismail secara garis besar dapat dibagi ke dalam tiga periode: awal (1950-an—1970-an), tengah (1970-an—1980-an) dan ketiga (1980-an sampai sekarang). Pada periode awal, puisi-puisi Taufiq Ismail hadir bukan sekadar sebagai potret sosial an sich, melainkan juga ekspresi penghayatan dan keharuan hati. Faktor itulah yang kerap menggiring pembaca ikut menggerakkan hati dan imajinasinya. Pada periode kedua, salah satu kekuatannya terletak pada aspek afinitas, pertalian batin lantaran ada pengalaman yang sama yang bersumber pada sikap religiusitas. Adapun periode ketiga, selain ditandai dengan kecenderungan gaya prosaik—naratif dengan pemanfaatan bahasa diskursif yang indah dan memikat, juga menunjukkan kepekaannya pada sejarah dan lingkungan sosial yang ditopang oleh ketangkasan dan kemahirannya berpuisi (hlm. xlii).
Pengantar Abdul Hadi sungguh merupakan jalan terang yang memungkinkan kita dapat mengapresiasi keseluruhan puisi Taufiq Ismail tanpa kecemasan terjerumus ke dalam lorong gelap yang menyesatkan. Tentu saja di sana masih tersedia lautan tafsir sesuai dengan tingkat pengalaman pembaca berkenaan dengan pengetahuannya tentang sejarah bangsa ini, intensitas tindak spiritualitas dalam berdekatan dengan Tuhan, dan kegelisahan atas karut-marut kehidupan sosial—budaya—politik yang kini laksana telah menjadi pemandangan sehari-hari.
Jilid 2 berisi 193 esai –dan beberapa puisi—yang pernah dipublikasikan di delapan media massa dan satu di media lain untuk berbagai keperluan dalam rentang waktu 1960—2008. Beberapa di antara esai itu, ada pula yang dimuat secara bersambung. Kembali, yang lebih penting dari data kuantitatif itu adalah gagasan Taufiq Ismail dengan muara yang sama: kehidupan berkebudayaan bangsa ini yang disampaikan dengan kualitas esai yang setaraf dengan kepenyairannya. Dalam konteks itu, khasnya membaca esai-esai Taufiq Ismail, kita enteng saja diajak pada sebuah dongeng, kelakar, laporan, atau kisah ringan, padahal yang dibincangkan di sana adalah pegunungan masalah kemanusiaan nasional—internasional, yang diteroka, diingatkan, disentuh-sindir, bahkan dikritik pedas.
Dari sana sesungguhnya kita dapat pula mencermati perjalanan intelektual Taufiq Ismail dan konsistensinya dalam memusuhi penindasan. Dengan begitu, secara keseluruhan muatan buku ini tidak hanya memantulkan berbagai gagasan Taufiq Ismail tentang problem manusia dan kemanusiaan (: Indonesia), tetapi juga melengkapkan pemahaman kita pada proses kreatif dan pesan ideologisnya sekaligus.
Jamal D Rahman, Pemred Horison yang menulis Pengantar buku Jilid 2 dan 3, mencermati adanya dua hal berkenaan dengan sikap intelektualitas Taufiq Ismail. Pertama, menyangkut lingkaran masalah besar di sekitar: ideologi, perang, peradaban, dan pendidikan. Kedua, menyangkut kepekaan—kepedulian Taufiq Ismail dalam menjalankan tanggung jawab dan peran sosialnya sebagai sastrawan. (hlm. xxi). Bukankah salah satu tugas sastrawan coba mengolah peristiwa biasa menjadi sesuatu yang luar biasa. “… kegelisahan pada masalah besar dan kepedulian pada masalah sederhana, tampaknya dibangkitkan oleh kesadaran pengarang pada adanya ancaman serius terhadap masalah kemanusiaan.” (hlm. xxii).
Begitulah buku jilid 2 ini pun, pada hakikatnya bermuara pada perlawanan Taufiq Ismail pada siapa, pihak mana pun, wacana apa pun, atau pemikiran dan ideologi macam apa pun yang sengaja merendahkan martabat kemanusiaan atau yang coba menyakitkan hati rakyat. Sumbernya bisa lantaran terjadi pelecehan pada pendidikan, sosial, budaya, bahasa, sastra, atau apa pun. Sekadar contoh, buka saja secara sembarang buku setebal 801 halaman ini—tentu di luar pengantar dan indeks—maka yang segera dapat kita tangkap adalah muara atas sikap perlawanan atau suara pembelaan itu.
Jika Abdul Hadi WM menyebut kepenyairan Taufiq Ismail tidak terlepas pada ketangkasan dan kemahirannya berpuisi, maka dalam keseluruhan esainya, kita pun akan tersihir oleh ketangkasan dan kemahirannya menciptakan narasi. Dalam hal ini, ada semacam kesadaran, bahwa kecantikan esai –seperti juga puisi—terletak pada permainan bahasa. Maka benarlah kiranya adagium: penyair yang baik adalah penulis esai yang baik. Taufiq Ismail telah membuktikan adagium itu. Periksa misalnya, esai “Dongeng-Dongeng Seri Hewan” (Harian Kami, 16 Desember 1967; hlm. 163—5), “Bahasa Indonesia, 2128” (Tempo, 8 November 1980; hlm. 314—8) atau esai mana pun yang termuat dalam buku ini. Jadi, di luar pesan moral atau ideologis yang disampaikannya, buku jilid 2 ini boleh juga kita tempatkan sebagai panduan menulis esai tentang perlawanan dan pembelaan yang dikemas dalam bahasa yang cantik, metaforis, dan menyentuh hati.
Jilid 3 juga berisi Himpunan Tulisan Taufiq Ismail dalam rentang waktu yang sama dengan jilid 2 (1960—2008). Yang membedakannya adalah pengelompokannya. Jika jilid 2 berdasarkan media massa yang memuatnya, jilid 3 berdasarkan ragam tulisannya. Seluruhnya ada 149 tulisan yang dikelompokkan secara tematik. Sambutan untuk buku lain menempati urutan terbanyak (55 tulisan). Berikutnya berasal dari wawancara (24 tulisan), perbandingan pengajaran sastra (23 tulisan), kesan perjalanan di Afrika Selatan (19 tulisan), obituari (18 tulisan), cerpen (tujuh cerpen, tiga di antaranya cerpen terjemahan), tulisan dari buku antologi (tiga) dan sebuah drama yang pernah dimuat Horison, Agustus 1966.
Nada tulisan dalam jilid 3 ini agak berbeda dengan buku jilid 2. Di luar tulisan tentang pengajaran sastra dan karya kreatif, sebagian besar cenderung apresiatif. Meski begitu, kita masih dapat merasakan bahwa keseluruhannya ditulis Taufiq Ismail dengan empati, dengan keharuan hati. Maka, esai-esai obituari (hlm. 259—358) dan pengantar untuk buku lain (hlm. 617—852), tidak hanya memancarkan kearifan dan aroma apresiasi, tetapi juga inspiring. Lalu, masalah apa saja yang diungkap dalam buku ini melalui beragam tulisan itu? Saya jadi ingat tulisan puisi Taufiq Ismail yang berjudul “Dengan Puisi, Aku” (1965) dan “Aku Ingin Menulis Puisi, Yang” (1971).
Begitulah, seperti yang dikatakan Jamal D Rahman dalam Pengantarnya: ”membaca tulisan Taufiq Ismail, terutama esai-esainya (kita) hampir selalu berhadapan dengan kelincahan meramu pikiran, perasaan, imajinasi, dan kenyataan.” Sebuah kepiawaian mengarang yang sudah sampai maqamnya. Maka, membaca buku-buku Taufiq Ismail ini, tak perlu kita berkerut kening, meski kadang kala, nurani kita disentuhnya halus dan menyengat.
Jilid 4 memuat Himpunan Lirik Lagu (1972—2008) yang dibawakan grup musik Bimbo, God Bless, Ucok Harahap, Chryse, Niki Astria sampai ke Armand Maulana. Meski lirik lagu itu juga termuat dalam jilid 1, dua Kata Pengantar Taufiq Ismail: “Panjang Kali boleh Diukur, Panjang Sajadah Siapa dapat Menduga” (xi—xxx) dan “Rindu Menonton Konser Nabi Daud ‘Alayhissalam” (xxxi—xxxv) mengungkapkan sisi lain dari sebuah proses kreatif. Itulah yang kerap diistilahkan para penyair sebagai “wahyu” atau yang diyakini para penulis sebagai “tangan malaikat”.
***
Akhirnya, tak ada kata lain yang pantas disematkan pada keempat buku karya Taufiq Ismail ini: Bacalah! Niscaya kau akan gagal menyembunyikan kebahagian yang menyergap seketika selepas membacanya. Percayalah!
*) Pengajar Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar