Rian Sindu
Bila suatu saat engkau bertandang ke kotaku. Cobalah mampir sejenak. Sekedar melepas penat sambil menikmati indahnya malam di sana. Kotaku selalu ramai. Apalagi di sebuah pertigaan yang terletak tepat beberapa meter dari alun-alun. Tempat berjajar-jajar perempuan menjajakan nasi boran.*) Makanan bercita rasa asli resep daerahku. Engkau belum pernah merasakan nikmatnya nasi boran, kan? Makanya, mampirlah dulu ke kotaku!
***
Bulan merangkak naik. Malam makin redup. Namun kotaku belum juga lelap. Apalagi di pertigaan ini. Tempat keramaian malam tertumpah. Terlihat beberapa lelaki lesehan di atas tikar pandan. sekadar mengendurkan ketegangan akan rutinitas. Juga yang sengaja berniat merasakan nikmatnya ikan sili, puh dan rempeyek sebagai lauk nasi hangat yang dibalur dengan sambal. Membuat kombinasi yang pas dilidah setiap orang. Sambalnya pedas mengigit dan terasa agak sengak, namun itulah yang membuat nasi boran ini begitu digemari. Anak-anak kecil bergelayut di lengan ibunya yang tegak dengan mulut komat-kamit bertransaksi dengan perempuan-perempuan penjual nasi boran. Bapak-bapak lahap memakan nasi hasil kepalan tangannya sambil ndodok di atas tikar pandan. Ramai sekali pertigaan ini persis seperi biasanya.
Seperti biasanya juga perempuan tambun yang punya tahi lalat persis di bawah dagunya itu terdiam. Di saat penjual yang lain sibuk dengan pincuk demi pincuk nasi melayani pembeli. Ia sibuk mengulur angan-angan. Matanya menerawang tinggi, menerobos pekat, memilah-milah memori masa yang telah lama berlalu. Ya, tepat di bawah lampu jalan pertigaan ini, ia dan tole sering sering menghabiskan malam berdua. Mengais rupiah dari sebakul nasi yang selalu mereka bawa sehabis senja.
Pertigaan ramai ini terasa sepi bagi perempuan itu. Nampaknya ada sesuatu yang telah hilang dari kehidupannya. Ia tak lagi bergairah berjualan. Seakan-akan yang ia lakukan sekarang hanya rutinitas yang harus ia jalani setiap malam. Bahkan ia tak pernah menghitung berapa rupiahkah yang telah masuk ke kantong setiap hari. ” Kalau begitu untuk apa mbok berjualan tiap malam?” Seperti itulah kata-kata yang selalu ditanyakan orang pada perempuan itu. Lalu hampir selalu ia menjawab ” Untuk mengenang Tole.”
” Siapa Tole, Mbok?” Tanya seorang lelaki pembeli.
”Dia putra kesayanganku, Tiap malam ia membantuku berjualan.”
”Lalu kenapa malam ini ia tak ikut jualan?” Lelaki itu nampaknya begitu tertarik dengan tokoh kebanggaan perempuan itu. Tentu, ia tak mengenalnya sama sekali.
"Putraku sekarang sudah bekerja. Nak”
"Di mana tempat putramu bekerja, Mbok?”
”Di sana, di kantor bupati.”
”Sebagai apa?”
”Sebagai abdi negara. ”
”Oh pemelihara gedung negara...?” Lelaki itu pasti tak menyangka dari rahim perempuan itu telah lahir seorang pemimpin.
”Tapi nampaknya, Mbok tak suka ia kerja di sana?” Lelaki itu terus bertanya-tanya.
Perempuan itu mendesah. Kegundahan terselip dari nanar matanya.
”Ada benarnya omongan sampean.... Karena itulah, kini tole tak bisa membantuku lagi berjualan.”
”Ia kan putra mbok, Mustinya ia membantu mbok! Dasar anak tak tahu balas budi!” Kata lelaki itu tersungut-sungut serasa ikut merasakan kesedihan perempuan itu.
Perempuan itu tiba-tiba mengeram geram. Matanya nyalang. Seketika wajah lelaki itu pias. Ia mengambil beberapa lembar ribuan dari saku celananya. Mengucapkan kata maaf dan terimakasih sekenanya. Lalu ngeloyor meninggalkan perempuan itu sendiri. Di hati perempuan itu. Malam terasa begitu sepi.
Sejauh apapun ia dariku. Tole tetap putraku. Walaupun ia telah lupa dengan ibunya tapi aku takkan pernah lupa dengannya. Tak seorangpun kuijinkan menghinanya. Gumam perempuan itu mencericau sendiri. Ia mencium syal yang selalu ia kenakan. Ketika melihat benda itu, hatinya tiba-tiba menjadi haru. ” Mak pakai saja syal ini! Emak lebih butuh dari pada tole.” Ia teringat tole memakaikan syal itu melingkar di pundak perempuan itu. Meski akhirnya tole terbatuk-batuk dan ingusnya deras keluar. Anak itu benci sekali dengan udara dingin. Ia teringat begitu besar semangatnya untuk membantu emaknya. Perempuan itu terbatuk-batuk. Telah lama paru-parunya terserang radang. Makin parah saja semenjak tole tak di sisinya. Tak ada yang merawat perempuan itu lagi.
***
Walaupun dulu penjual nasi boran sangat banyak dibanding sekarang. Namun perempuan itu tak pernah sepi pembeli. Masakannya memang khas. Itu yang sering dikatakan pelanggannya. Terlebih kekhasan itu dibumbui dengan cerita-cerita heroik jaman perjuangan dulu. Ya, masa mudanya dihabiskan dari satu dapur ke dapur lain. Menyediakan makan bagi para pejuang kemerdekaan. Kadang harus merangkap jadi perawat kadang juga harus berani memanggul senapan. Cerita-ceritanya membuat para pembeli betah berlama-lama lesehan di samping bakul nasi boran miliknya. Biasanya Tole kebagian bersih-bersih sendok dan membuangi pincuk-pincuk bekas wadah nasi boran. Mereka terlihat sangat kompak.
Dan kekompakan itu seakan sirna semenjak Tole menang dalam PILKADA tahun lalu. Karena kesibukan tugas. Tole sekarang semakin jarang bersua dengan ibunya. Mungkin hanya sebulan sekali. Itupun tak lama. Bahkan telah empat bulan tole tak datang mengunjungi ibunya. Bulan ini hampir habis. Namun tak ada tanda-tanda tole akan datang bertandang. Kadang perempuan itu masygul dan mulai berpikir bahwa putranya benar-benar telah lupa dengannya.
Walaupun rasa sedih selalu membuncah ketika mengingat Tole. Namun Perempuan itu bangga dengan anak satu-satunya itu. Telah dari balita ia yatim. Namun ia tak pernah manja. Semangatnya untuk terus maju dan merubah kehidupan miskin yang melilitnya tak pernah padam. Suatu ketika perempuan itu kehabisan ide untuk mendapatkan uang, Tole sangat membutuhkan uang untuk biaya studinya. Sedang untung menjual nasi boran tak begitu banyak. Namun Tole dengan gigih nekat bekerja sebagai kuli panggul di pasar. Saat itu tubuhnya kurus kering tak berotot seperti kuli panggul yang lainnya. Namun semangatnya untuk terus sekolah mengalahkan keterbatasan yang ia punyai.
Tole tumbuh jadi pribadi tangguh dan kuat. Otak yang cerdas ditunjang dengan kegigihan untuk terus maju membuatnya pantas untuk membuat keputusan penting dalam hidupnya. Maju sebagai calon bupati periode kedepan. Membuat banyak orang terkejut karena ia hanyalah anak seorang rakyat biasa. Tak ada silsilah kaum berada pada hirarki moyangnya. Lebih terkejut lagi ketioka akhirnya dia menang. Padahal pesaingnya adalah orang-orang bernama dan berkantong tebal. Tak aneh jika ada yang nyeletuk. ” Dia , pasti menang karena langganan nasi boran emaknya banyak!” Mungkin juga benar. Karena rata-rata penggemar makanan itu di kota ini memang mengenal emaknya.
***
Bila suatu saat engkau bertandang di kotaku. Cobalah mampir sejenak di pertigaan ramai itu. Sekedar melepas penat perjalanan atau turut merasakan nikmatnya menyantap nasi boran di pinggir jalan. Sambil melihat kesibukan perempuan-perempuan penjual nasi boran atau lalu lalang kendaraan beraneka jenis. Mungkin juga ingin menikmati malam yang temaram dan damai seperti malam itu. Terlebih jika engkau ingin mendengar langsung cerita seorang perempuan penjual nasi boran yang kesepian karena telah lama ia tak melihat putranya.
Perempuan itu masih saja terpekur di atas sandaran tangannya. Matanya nanar dawarnai keharuan. Lalu beberapa bulir air meleleh dari kelopak matanya. Lampu jalanan yang terang membuatnya bias. Ia masih larut dalam lamunan bahkan ketika ada sebuah avanza berplat merah berhenti tepat di depan bakul nasi borannya.
Seorang lelaki kurus turun dari mobil. Langkahnya wibawa sahaja mendekati perempuan itu. Nampaknya ia bukanlah laki-laki biasa. Di belakangnya, beberapa orang sangar berbadan kekar menguntit laju jalannya lelaki kurus itu.
” Emak!”
Perempuan itu terkesiap. Ia begitu mengenal suara itu. Belum lama perempuan itu bangkit dari duduknya tubuhnya limbung karena sebuah pelukan telah meremas tubunya. Aroma tubuh itu tak asing lagi. Kehangatan seketika melumuri badannya. Dan air mata perempuan itu mengalir makin deras.
”Maafkan Tole, Mak! Telah lama tole tak mengunjungi emak.” Laki-laki itu terisak-isak. Tangannya menyeka air mata yang deras keluar dari mata perempuan itu.
”Ndak papa, Le. Gimana kabar kamu, Le? Sehat?
”Sehat, Mak.”
”Bagaimana pekerjaan kamu?”
”Itulah mak kadang tole menyesal menjadi sekarang. Kenikmatan menjadi orang besar kadang membuat lupa bahwa kita pernah jadi kecil.”
”Ndak boleh begitu, Le, Bagaimanapun itu adalah amanah rakyat.”
Beberapa orang yang lain sedang tersihir dengan situasi yang amat mencengangkan itu. Mereka seperti sedang melihat episode akhir sebuah sinetron. Siapapun yang mengenal lelaki itu pasti akan berubah sikap. Ada yang serupa budak dengan tuannya. Ada yang ketakutan seperti melihat hantu. ada yang sengaja menjauh. Namun banyak juga yang tak mengenal laki-laki itu. Bisa dimaklumi, karena tak semua rakyat mengenali pemimpinnya. Demikian juga pemimpin sering lupa mengenal rakyatnya.
”Kamu tak lupa dengan nikmatnya nasi boran buatan Mak kan? Perempuan itu menyodorkan sepucuk nasi. Dua bungkus lagi buat pengawal laki-laki itu yang sangar-sangar.
”Pasti Mak. Pasti. Oh ya! Habis ini kita beres-beres lalu boyongan kerumah baru kita ya mak!”
Perempuan itu menghela nafas berat. Bola matanya menangkap bakul nasi dan bertumpuk-tumpuk lauk pauk miliknya.
”Itu bukan rumah kita le. Rumah itu adalah titipan yang sewaktu-waktu diambil lagi oleh pemiliknya! Kita adalah rakyat biasa.”
***
Bila suatu saat engkau bertandang kekotaku. Coba mampir sejenak di pertigaan ramai itu. Sekedar melepas penat perjalanan atau sekedar merasakan nikmatnya menyantap nasi boran di pinggir jalan. Sambil melihat kesibukan jual beli nasi boran atau lalu-lalang kendaraan beraneka jenis. Mungkin juga ingin menghabiskan malam dikotaku yang temaram dan damai.
Namun maaf kali ini aku tak bisa menemanimu. Karena pekerjaanku seperti tak habis-habis. Tapi tak usah khawatir. Akan kutunjukkan penjual nasi boran mana yang menjadi langgananku. Ya, perempuan tambun yang ada tahi lalat di dagunya itu. Dijamin engkau akan rindu bertandang kembali kekotaku. Engaku tak hanya akan disuguhi masakan yang enak saja. Namun juga diceritakan bagaimana gigihnya perempuan itu bertahan sebagai penjual nasi boran. Karena ia hendak membuat nasi boran tak dilupakan rakyat kotaku. Tak kalah dengan masakan-masakan luar negeri yang makin deras berdatangan ke kota ini.
Jangan lupa juga minta diceritakan tentang anaknya yang kini menjadi orang besar. Walau begitu, ia tak pernah sombong dan selalu rendah hati. Ia hebatkan? Ya, perempuan itu memang sangat hebat. Dia adalah ibuku. Aku sangat menyayanginya. Walaupun dia masih belum mau tinggal bersamaku di rumah dinas yang luas ini.
Lamongan, Kota Cahaya Oktober 2007
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar