Sabtu, 03 Januari 2009

Dekrit

Putu Wijaya
http://putuwijaya.wordpress.com/

Seorang bapak punya kesulitan besar ketika hendak mati. Ketiga anaknya ternyata tidak punya kesepakatan terhadap warisan. Yang pertama ingin menjual habis seluruhnya.

“Sawah, tegalan, kebun kelapa, hutan jati dan tambak lele sudah tidak cocok lagi dengan kita,”katanya. “Kita bukan petani lagi meskipun Bapak orang tani. Kami semua bukan tarzan tapi wiraswastawan. Kalau dipaksa bertani, kita akan bangkrut. Jual semua, kita perlu kapital untuk bersaing dalam era industri. Sekarang kita tidak hanya butuh makan, tapi hidup layak di atas garis kemiskinan!

“Tapi itu warisan leluhur, anakku!”

“Warisan adalah harta untuk menyambung nafas kita agar darah terus mengalir. Sawah dan tegalan itu hanya wujud, bisa digantikan dengan pabrik dan barang-barang lain yang lebih produktif. Bapak jangan memberhalakan barang. Kalau warisan diartikan sempit, anak-cucu kejepit. Kuper, tidak berkembang padahal zaman sudah berubah. Jangan mensakralkan warisan, itu hanya benda mati untuk menolong hidup, bukan tujuan yang harus dibela dengan hidup-mati”

Anak yang keuda mendebat.

“Tidak bisa! Warisan tidak boleh diganggu gugat. Warisan harus tetap sebagaimana aslinya. Siapa yang berani mengubah kuwalat. Satu senti pun tidak bisa digeser, sacuil pun tidak bisa ditambah atau dikurangi. Harus tetap persis mutlak sebagaimana aslinya. Warisan bukan benda tetapi sabda, di baliknya ada pesan moral yang menjelaskan kepribadian dan jati diri kita. Kalau sampai warisan diabrak-abrik, berarti bunuh diri. Kalau mau dibagi bukan warisannya yang dibelah-belah, tetapi kewajiban mengawalnya yang harus digilir dengan adil! Itu hakekat dari mewarisi adalah mempertahankan sampai tidik darah penghabisan!”

“Jadi kamu tidak mau dibagi?”

“Jangan salah! Mau sekali! Tapi bukan berbagai hak, kita berbagi kewajiban mengawal!”

Anak ketiga tidak peduli.

“Warisan dijual supaya bisa kulakan atau dipertahankan sampai titik darah penghabisan, sama saja. Yang penting warisan harus bisa membuat hidup kita lebih sempurna. Kalau tidak, itu namanya bukan warisan tapi penindasan. Segala sesuatu yang menindas, apa pun namanya, tidak perlu diwarisi tapi dihabisi. Sebaliknya, segala sesuatu yang bisa mengangkat derajat kehidupan lebih baik, apa pun namanya, dari mana pun datangnya, harus diwarisi.”

Perbedaan yang meningkat jadi pertentangan itu, membuat Pak Tua tidak jadi mati. Nafsu hidupnya jauh lebih besar dari kewajiban untuk mati yang pada dasarnya datang dari hasrat memberikan kesempatan anak-anak berkembang. Lalu dia bertapa. Seperti Arjuna yang pergi ke gunung Indrakila ketika mencari panah Pasupati setelah dapat job membunuh Niwatakawaca.

Bukan hanya tujuh tetapi tujuh juta bidadari datang menggoda imannya. Mereka merayu dengan segala macam cara.

“Apa salahnya membagi warisan menjadi tiga, supaya semua anak-anak senang, bukankah sepertiga masih luas dan sama-sama punya potensi untuk menghidupi? Apa salahnya membiarkan anak-anak memilih masa depan mereka sendiri. Orang tua tidak boleh selamanya menggondeli!”

“Apa artinya kamu gembar-gembor negeri ini sudah merdeka kalau kehendakmu yang tua bangka masih terus hidup menyiksa keturunanmu sehingga mereka tak punya kebebasan untuk memaknakan kemerdekaan sendiri. Itu zalim. Penjajahan yang dilakukan oleh bangsa sendiri, lebih mengerikan dari penjajahan bangsa asing, karena disertai keinginan untuk memusnahkan! Kamu tak mencintai putramu, kamu mencintai dirimu sendiri!”

Orang tua itu marah sekali. Ia kontan buka mata dan membentak.

“Diam! Warisan itu bukan milikku dan tidak pernah akan jadi milik siapa pun. Mewarisi itu bukan memiliki, tapi memikul tugas suci untuk mempertahankan, mengembangkan dan meneruskan. Kalau warisan ini dibagi tiga, satu generasi lagi harus dibagi lima, dan limapuluh generasi lagi akan dibagi 250 juta. Tanah yang luas dan kaya raya ini akan menjadi kepingan uang receh yang sepele sehingga hanya akan jadi kutu yang dengan seenaknya diinjak-injak oleh raksasa-rakasasa yang sekarang sudah jelalatan mau menelan kita kembali!”

Serta-merta tapanya gagal. Orang tua itu kembali ke rumah dengann tangan kosong. Naun ia sudah punya tekad bulat. Lalu anak-anaknya dipanggil.

“Kalian semua sudah besar. Sudah waktunya untuk mandiri. Kalian tidak perlu warisan, cari sendiri kehidupanmu. Warisan ini tidak jadi diwariskan, karena ini bukan kue, ini bukan barang tetapi cita-cita. Boleh tidak setuju, boleh marah bahkan boleh menentang, aku akan mempertahankannya. Boleh menyerang, itu berarti kita akan berperang! Tetapi aku tidak akan berkelahi dengan senjata, di dalam usiaku yang sudah tua bangka ini. Tenaga, suara dan urat-uratku sudah lapuk, aku hanya punya kesetiaan dan keteguhan jiwa membela cita-cita! Kalau kamu berani serang aku!”

Orang tua itu menunggu siap untuk dilanda oleh putranya sendiri. Tetapi ajaib. Walau pun putra-putranya semula begitu galak, mendengar suara orang tuanya yang lemah tetapi yakin, tak ada yang beranjak. Dan ketika orang tua itu roboh karena janjinya sudah sampai, ketiga putra itu dengan sigap serentak menyambut. Mereka bahu-membahu mengangkat tubuh almarhum dan memulyakan warisan yang diamanatkan oleh alamrahum sebagai cita-cita.

“Ayah,” bisik salah seorang mewakili yang lain,.”hasrat kami untuk membagi warisan, bukanlah pertanda pengkhianatan kepada cita-cita, sebagaimana yang dituduhkan orang. Itu fitnah. Sebaliknya dari ketidaksetiaan, ulah kami adalah upaya agar engkau memberikan kami suara yang tegas dan bulat. Karena keraguanmu mempertimbangkan terlalu lama keadilan dan kebenaran, bisa menjadi bayang-bayang kegelapan yang menyebabkan setan menggoda. Kita tidak perlu kebijakan dan kelayakan kita memerlukan kecepatan, keberanian dan ketepatan agar tidak mampus. Sekarang kami akan memulyakan hajatmu menyelamatkan warisan cita-cita ini!”

Kini lebih dari setengah abad berlalu. Warisan cita-cita itu terus berkibar dalam gelap dan terang, dalam badai dan taufan. Terus berkibar walau warnanya sudah belel dan compang-camping. Tetapi ketiga putra-putra itu menjadi tua bangka, sementara anak-cicitnya, duaratus duapuluh juta kembali ingin berbagi rizki, berteriak-teriak mau mencacah warisan dipreteli menurut kenyamanan masing-masing. Kembali terjadi keos.

Apa daya? Tidak ada gunung lagi yang layak untuk bertapa. Semuanya sedang meletus. Panah Pasupati pun tidak cukup handal, karena yang diperlukan sekarang adalah duit, hukum dan wibawa. Ada kubu-kubu untuk berlindung tetapi milik kelompok yang cover chargenya mencekek di belakang. Apa daya?

Seruan jangan memperlakukan warisan sebagai kue tart yang boleh dibagi, tetapi sebagai cita-cita, juga sudah terlalu klise. Ketiga putra putra itu pun sudah capek mendukung, mereka juga ingin menikmati sebelum terlanjur uzur. Apa daya?

Masihkah keberanian, kecepatan dan ketepatan lebih berharga dari kebijakan dam kelayakan?

Almarhum tiba-tiba hadir di depan kita dan berkata:

“Keberanian, ketepatan dan ketepatan itulah kebijakan dan kelayakan?”

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae