In Memoriam ”Si Burung Merak”
Triyanto Triwikromo
http://suaramerdeka.com/
SEPANJANG 1989-1990 wartawan Suara Merdeka, Triyanto Triwikromo tinggal di rumah milik WS Rendra dan mengintip latihan Bengkel Teater. Setahun terakhir Rendra bekerja sama dengannya untuk menerbitkan Maestro Sastra dalam Seni Rupa dan mengajak menjadi ”pemberontak”. Berikut kisah-kisah pertemuan-pertemuan terakhir mereka sebelum Si Burung Merak wafat.
”Sungguh, kita harus menyelamatkan Mas Willy. Bagaimana pun caranya kita harus ke Singapura. Saya tak bicara sebagai istri...saya bicara sebagai orang Indonesia yang harus menjaga makna Mas Willy bagi bangsa ini,” kata Ken Zuraida, istri Rendra dalam percakapan lewat telepon, 30 Juni lalu.
Saya terhenyak menerima berondongan kata-kata Mbak Ida yang kedengaran panik itu. ”Ke Singapura?” tanya saya sambil membayangkan kerepotan-kerepotan yang bakal terjadi jika pria bernama lengkap Willibrodus Surendra Broto Rendra itu harus tinggal dalam waktu lama di negeri yang memang memiliki banyak rumah sakit bermutu itu. ”Ya, ke Singapura. Tolonglah ikut mengatur penyelamatan ini. Jika bisa harus berangkat hari ini. Kita tak mungkin menunda lagi.”
Sekali lagi saya bengong mendengar rentetan permintaan Mbak Ida. Namun meskipun demikian, saya segera meyakinkan Mbak Ida bahwa tokoh sebesar Mas Willy akan ditolong oleh siapa pun. ”Jangan khawatir...segera saya hubungi siapa pun yang bisa kita ajak untuk terlibat dalam penyelamatan Mas Willy.”
Tak lama kemudian, saya pun mencoba menelepon beberapa teman. Syukurlah dalam situasi yang tidak menentu itu, pengusaha-Nugroho Suksmanto dan Slamet Widodo, sahabat-sahabat Mas Willy bereaksi. ”Okelah. Segera saja dilakukan pengurusan ke Singapura. Soal biaya bisa kita tanggung bersama.”
Mendapat respons semacam itu, lewat percakapan telepon, saya meminta Mbak Ida agar segera mengatur keberangkatan ke Singapura. Setelah itu, saya mencoba menelepon teman-teman dekat Mas Willy agar segera bergerak berbuat apa pun untuk kesembuhan penyair yang antara lain moncer dengan antologi puisi Balada Orang-orang Tercinta itu.
Mendadak Mbak Ida menelepon. ”Alhamdulillah, Mas Willy tidak harus dibawa ke Singapura. Kami akan membawa dia berobat ke Rumah Sakit Harapan Kita. Di sini pun dokter-dokternya hebat-hebat...”
Karena pada siang hari masih ada beberapa urusan penerbitan buku saya, Pertempuran Rahasia, dengan Penerbit Gramedia Pustaka Utama di Jakarta, saya tidak segera membezuk budayawan yang pada 1995 memperoleh SEA Write Award dari Kerajaan Thailand itu. Baru pada pukul 19.00 meluncur ke tempat penerima Anugerah Federasi Teater Indonesia Award pada 2006 tersebut.
”Saya akan sembuh...saya akan sembuh,” kata dia sambil mengelap sisa makanan yang disuapkan oleh Clara Shinta, salah satu putri yang lahir dari rahim Sunarti Suwandi, istri pertama Rendra.
Beberapa pembezuk terbungkam. Saya yang sebelum masuk ke kamar Mas Willy sudah mendapatkan informasi tingkat keparahan sakit jantung koroner dan kemungkinan gagal ginjal dari Mbak Ida, tak berani menatap mata Si Burung Merak yang dalam sakit masih tampak ingin menjadi aktor yang berusaha melawan sakit dengan bercerita, bercanda, dan banyak gerak itu.
Yang tak terduga, Mas Willy dengan sangat detail menceritakan penyakit yang diderita sebagaimana dengan cermat di telepon ia membahas segala biaya yang harus ditanggung. Semua tak ada yang ditutup-tutupi. Semua dibeberkan tanpa tedheng aling-aling.
Sungguh menyesal saya tak banyak bercakap-cakap dengan Mas Willy hari itu. Sungguh menyesal saya tak bisa mendapatkan ungkapan-ungkapan penting berkait dengan ”proyek” yang sedang kami kerjakan bersama.
***
APAKAH ”proyek” yang sedang kami rancang? Semula Mas Willy dan kawan-kawan dari Anugerah Sastra Pena Kencana hanya ingin membuat sebuah gawe besar berupa respons perupa terhadap para sastrawan bertajuk Maestro Sastra dalam Seni Rupa. Namun belakang, ia menawari saya menjadi pemberontak.
”Kalau Dik Tri ingin jadi pemberontak, temui saya di Yogya,” kata penulis Blues untuk Bonnie itu.
”Pemberontak?” kata saya sambil mengenang keinginan saya menjadi murid Rendra pada 1990-an.
”Ya, temui saya segera..nanti saya jelaskan detailnya...”
Tertarik dengan istilah ”pemberontak” dan didorong oleh kenangan saat tinggal di rumah Mas Willy bersama penyair Sitok Srengenge di Mangga Raya Depok dan mengintip latihan Bengkel Teater Rendra di Cipayung Jaya, sepanjang 1989-1990, dari Semarang saya meluncur ke Yogyakarta. Saya membayangkan pemeroleh Bakrie Award (2006) ini akan mengajak saya terlibat dalam urusan-urusan yang berkait dengan perlawanan terhadap pemerintahan. Anggapan saya sangat beralasan karena dalam berbagai kesempatan Mas Willy menyatakan sikap mendukung Prabowo Subianto.
Kecurigaan saya semakin memuncak karena dia juga mengundang perupa S Teddy D dan Ugo Untoro, para perupa underground itu, bertandang ke hotel tempat Si Burung Merak menginap.
”Apa pun harus kita berontaki sekarang ini. Pemerintahan kita harus diguncang pemimpin muda yang bisa membawa setiap manusia yang tinggal di negeri ini memiliki harga diri. Kesenian kita juga makin ‘dikotori’ modal asing. Modal asing itu kelak akan mengatur arah kesenian dan peradaban kita. Kita harus melawan para seniman pemuja modal asing. Kita tentang mereka. Sebaliknya kita harus membantu anak-anak muda yang dengan modal sendiri mampu menggerakkan daya kesenian. Nah, Dik Tri siap bergabung dalam gerakan penyadaran ini bukan? Mari kita mulai gerakan ini dari pinggiran...dari Magelang...Salatiga, Semarang.”
”Tentu...tapi....”
”Ya...tak perlu harus masuk partai politik untuk menjadi pemberontak. Dengan menentang kezaliman kebudayaan yang dilakukan lembaga-lembaga kesenian yang dibantu oleh luar negeri, Anda sudah jadi pemberontak.”
Olala...ini to yang dimaksud dengan ”gerakan pemberontakan” itu. Andai tahu sejak awal, saya tak perlu membayangkan bakal menjadi sosok yang akrab dengan kosa kata jihad, pistol, dan penculikan aktivis. Pemberontakan ala Rendra pada akhirnya adalah pemberontakan kreatif.
Tentu saja Rendra tak membaiat saya untuk menjadi kawan seiring untuk melakukan pemberontakan. Meskipun demikian, berkali-kali dalam berbagai kesempatan dia bilang, ”Kalau kita diam saja, negeri ini akan tambah remuk. Kalau kita tak melawan kelaliman dan kezaliman, kita lebih baik tak jadi seniman. Kita sekarang butuh surga baru. Tanpa tangan kita kotor kita tidak bisa ciptakan kembali itu firdaus.....”
Ya, Tuhan, pertemuan malam itu, ternyata merupakan perjumpaan panjang terakhir. Saya menyesal menolak keinginan Mas Willy agar saya menginap di hotel itu. Saya menyesal tidak memberi kesempatan Mas Willy mewedarkan gagasan-gagasan pemberontakannya lebih lama. Kini ia telah pergi. Ia tak mungkin mengajak saya bercakap-cakap tentang rakyat yang tertindas dan pemerintah yang masa bodoh lagi. Kini setiap ingat Mas Willy, terngiang-ngiang sajak ”Kupanggili Namamu” yang seakan-akan menujum situasi macam apa yang akan dihadapi Mas Willy pada saat ia lelah bertempur dan melakukan pemberontakan tak kunjung habis itu.
Keheningan sesudah itu sebagai telaga besar yang beku dan aku pun beku di tepinya. Wajahku. Lihatlah, wajahku. Terkaca di keheningan. Berdarah dan luka-luka dicakar masa silamku.
Hmm, apakah kepergian Mas Willy akibat dicakar oleh masa lalu yang penuh pemberontakan? Saya yakin masa silam justru menjadi humus indah bagi kehidupan dan perjuangan penulis ”Suto Mencari Bapa” ini. Selamat jalan ke keheningan dan keabadian. Tidak dengan berdarah dan luka-luka. Tidak dengan kehancuran di telaga yang beku dan besar.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar