Minggu, 14 November 2010

Pemberontakan Seru Sepanjang Waktu

In Memoriam ”Si Burung Merak”
Triyanto Triwikromo
http://suaramerdeka.com/

SEPANJANG 1989-1990 wartawan Suara Merdeka, Triyanto Triwikromo tinggal di rumah milik WS Rendra dan mengintip latihan Bengkel Teater. Setahun terakhir Rendra bekerja sama dengannya untuk menerbitkan Maestro Sastra dalam Seni Rupa dan mengajak menjadi ”pemberontak”. Berikut kisah-kisah pertemuan-pertemuan terakhir mereka sebelum Si Burung Merak wafat.

”Sungguh, kita harus menyelamatkan Mas Willy. Bagaimana pun caranya kita harus ke Singapura. Saya tak bicara sebagai istri...saya bicara sebagai orang Indonesia yang harus menjaga makna Mas Willy bagi bangsa ini,” kata Ken Zuraida, istri Rendra dalam percakapan lewat telepon, 30 Juni lalu.

Saya terhenyak menerima berondongan kata-kata Mbak Ida yang kedengaran panik itu. ”Ke Singapura?” tanya saya sambil membayangkan kerepotan-kerepotan yang bakal terjadi jika pria bernama lengkap Willibrodus Surendra Broto Rendra itu harus tinggal dalam waktu lama di negeri yang memang memiliki banyak rumah sakit bermutu itu. ”Ya, ke Singapura. Tolonglah ikut mengatur penyelamatan ini. Jika bisa harus berangkat hari ini. Kita tak mungkin menunda lagi.”

Sekali lagi saya bengong mendengar rentetan permintaan Mbak Ida. Namun meskipun demikian, saya segera meyakinkan Mbak Ida bahwa tokoh sebesar Mas Willy akan ditolong oleh siapa pun. ”Jangan khawatir...segera saya hubungi siapa pun yang bisa kita ajak untuk terlibat dalam penyelamatan Mas Willy.”

Tak lama kemudian, saya pun mencoba menelepon beberapa teman. Syukurlah dalam situasi yang tidak menentu itu, pengusaha-Nugroho Suksmanto dan Slamet Widodo, sahabat-sahabat Mas Willy bereaksi. ”Okelah. Segera saja dilakukan pengurusan ke Singapura. Soal biaya bisa kita tanggung bersama.”

Mendapat respons semacam itu, lewat percakapan telepon, saya meminta Mbak Ida agar segera mengatur keberangkatan ke Singapura. Setelah itu, saya mencoba menelepon teman-teman dekat Mas Willy agar segera bergerak berbuat apa pun untuk kesembuhan penyair yang antara lain moncer dengan antologi puisi Balada Orang-orang Tercinta itu.

Mendadak Mbak Ida menelepon. ”Alhamdulillah, Mas Willy tidak harus dibawa ke Singapura. Kami akan membawa dia berobat ke Rumah Sakit Harapan Kita. Di sini pun dokter-dokternya hebat-hebat...”

Karena pada siang hari masih ada beberapa urusan penerbitan buku saya, Pertempuran Rahasia, dengan Penerbit Gramedia Pustaka Utama di Jakarta, saya tidak segera membezuk budayawan yang pada 1995 memperoleh SEA Write Award dari Kerajaan Thailand itu. Baru pada pukul 19.00 meluncur ke tempat penerima Anugerah Federasi Teater Indonesia Award pada 2006 tersebut.

”Saya akan sembuh...saya akan sembuh,” kata dia sambil mengelap sisa makanan yang disuapkan oleh Clara Shinta, salah satu putri yang lahir dari rahim Sunarti Suwandi, istri pertama Rendra.

Beberapa pembezuk terbungkam. Saya yang sebelum masuk ke kamar Mas Willy sudah mendapatkan informasi tingkat keparahan sakit jantung koroner dan kemungkinan gagal ginjal dari Mbak Ida, tak berani menatap mata Si Burung Merak yang dalam sakit masih tampak ingin menjadi aktor yang berusaha melawan sakit dengan bercerita, bercanda, dan banyak gerak itu.

Yang tak terduga, Mas Willy dengan sangat detail menceritakan penyakit yang diderita sebagaimana dengan cermat di telepon ia membahas segala biaya yang harus ditanggung. Semua tak ada yang ditutup-tutupi. Semua dibeberkan tanpa tedheng aling-aling.

Sungguh menyesal saya tak banyak bercakap-cakap dengan Mas Willy hari itu. Sungguh menyesal saya tak bisa mendapatkan ungkapan-ungkapan penting berkait dengan ”proyek” yang sedang kami kerjakan bersama.

***

APAKAH ”proyek” yang sedang kami rancang? Semula Mas Willy dan kawan-kawan dari Anugerah Sastra Pena Kencana hanya ingin membuat sebuah gawe besar berupa respons perupa terhadap para sastrawan bertajuk Maestro Sastra dalam Seni Rupa. Namun belakang, ia menawari saya menjadi pemberontak.

”Kalau Dik Tri ingin jadi pemberontak, temui saya di Yogya,” kata penulis Blues untuk Bonnie itu.

”Pemberontak?” kata saya sambil mengenang keinginan saya menjadi murid Rendra pada 1990-an.

”Ya, temui saya segera..nanti saya jelaskan detailnya...”
Tertarik dengan istilah ”pemberontak” dan didorong oleh kenangan saat tinggal di rumah Mas Willy bersama penyair Sitok Srengenge di Mangga Raya Depok dan mengintip latihan Bengkel Teater Rendra di Cipayung Jaya, sepanjang 1989-1990, dari Semarang saya meluncur ke Yogyakarta. Saya membayangkan pemeroleh Bakrie Award (2006) ini akan mengajak saya terlibat dalam urusan-urusan yang berkait dengan perlawanan terhadap pemerintahan. Anggapan saya sangat beralasan karena dalam berbagai kesempatan Mas Willy menyatakan sikap mendukung Prabowo Subianto.

Kecurigaan saya semakin memuncak karena dia juga mengundang perupa S Teddy D dan Ugo Untoro, para perupa underground itu, bertandang ke hotel tempat Si Burung Merak menginap.

”Apa pun harus kita berontaki sekarang ini. Pemerintahan kita harus diguncang pemimpin muda yang bisa membawa setiap manusia yang tinggal di negeri ini memiliki harga diri. Kesenian kita juga makin ‘dikotori’ modal asing. Modal asing itu kelak akan mengatur arah kesenian dan peradaban kita. Kita harus melawan para seniman pemuja modal asing. Kita tentang mereka. Sebaliknya kita harus membantu anak-anak muda yang dengan modal sendiri mampu menggerakkan daya kesenian. Nah, Dik Tri siap bergabung dalam gerakan penyadaran ini bukan? Mari kita mulai gerakan ini dari pinggiran...dari Magelang...Salatiga, Semarang.”

”Tentu...tapi....”
”Ya...tak perlu harus masuk partai politik untuk menjadi pemberontak. Dengan menentang kezaliman kebudayaan yang dilakukan lembaga-lembaga kesenian yang dibantu oleh luar negeri, Anda sudah jadi pemberontak.”

Olala...ini to yang dimaksud dengan ”gerakan pemberontakan” itu. Andai tahu sejak awal, saya tak perlu membayangkan bakal menjadi sosok yang akrab dengan kosa kata jihad, pistol, dan penculikan aktivis. Pemberontakan ala Rendra pada akhirnya adalah pemberontakan kreatif.

Tentu saja Rendra tak membaiat saya untuk menjadi kawan seiring untuk melakukan pemberontakan. Meskipun demikian, berkali-kali dalam berbagai kesempatan dia bilang, ”Kalau kita diam saja, negeri ini akan tambah remuk. Kalau kita tak melawan kelaliman dan kezaliman, kita lebih baik tak jadi seniman. Kita sekarang butuh surga baru. Tanpa tangan kita kotor kita tidak bisa ciptakan kembali itu firdaus.....”

Ya, Tuhan, pertemuan malam itu, ternyata merupakan perjumpaan panjang terakhir. Saya menyesal menolak keinginan Mas Willy agar saya menginap di hotel itu. Saya menyesal tidak memberi kesempatan Mas Willy mewedarkan gagasan-gagasan pemberontakannya lebih lama. Kini ia telah pergi. Ia tak mungkin mengajak saya bercakap-cakap tentang rakyat yang tertindas dan pemerintah yang masa bodoh lagi. Kini setiap ingat Mas Willy, terngiang-ngiang sajak ”Kupanggili Namamu” yang seakan-akan menujum situasi macam apa yang akan dihadapi Mas Willy pada saat ia lelah bertempur dan melakukan pemberontakan tak kunjung habis itu.

Keheningan sesudah itu sebagai telaga besar yang beku dan aku pun beku di tepinya. Wajahku. Lihatlah, wajahku. Terkaca di keheningan. Berdarah dan luka-luka dicakar masa silamku.

Hmm, apakah kepergian Mas Willy akibat dicakar oleh masa lalu yang penuh pemberontakan? Saya yakin masa silam justru menjadi humus indah bagi kehidupan dan perjuangan penulis ”Suto Mencari Bapa” ini. Selamat jalan ke keheningan dan keabadian. Tidak dengan berdarah dan luka-luka. Tidak dengan kehancuran di telaga yang beku dan besar.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae