Senin, 03 Januari 2011

Kenyataan Kelam dalam Orang-Orang Kalah

Musa Ismail
http://riaupos.com/

Karya sastra(wan) dan kenyataan (reality) —oleh sebagian orang—dianggap dua jalan yang ujungnya tak bisa bertemu. Hal ini dikarenakan sebagian orang tersebut hanya menganggap bahwa sastra tidak lebih sekedar batas khayalan atau angan-angan.

Menurut mereka, sastra merupakan benda yang tak berakar ke bumi dan tak berpucuk ke langit. Bahkan, karya sastra hanya dianggap sebagai hiburan dan mengisi waktu luang. Padahal, karya sastra mampu memberi dan mengisi ruang-ruang hampa makna dalam diri pembaca. Teeuw menjelaskan, sastrawan memberikan makna lewat kenyataan yang dapat diciptakannya secara bebas, asal tetap dapat dipahami oleh pembaca dalam rangka konvensi yang tersedia baginya: konvensi bahasa, konvensi sosio-budaya, dan konvensi sastra (2003:203). Selanjutnya, Iser dalam Teeuw mengatakan bahwa rekaan bukan merupakan lawan kenyataan, tetapi memberikan sesuatu mengenai kenyataan.

Hang Kafrawi dalam Orang-Orang Kalah mengungkapkan kenyataan kelam (air mata) dunia universal. Kenyataan tersebut dijalin sebagai suatu kebatan kisah yang didominasi perahan air mata dalam kehidupan manusia, terutama dalam kaitannya dengan kemelayuan. Dunia Melayu memang kaya akan daya tarik untuk dirumuskan dalam bentuk karya sastra. Orang-Orang Kalah ini terdiri atas 12 cerpen dan 1 naskah drama sebabak (Daulat Riau, 2003).

Air Mata Anak Negeri

Dalam kehidupan, siapa pun tidak menginginkan kurasan airmata, kepedihan hidup, kesengsaraan, ketertinggalan, kemiskinan, dan sejenisnya. Kafrawi menyoroti kenyataan-kenyataan tersebut dengan begitu jelas dalam bukunya ini. Naskah drama sebabak bertajuk “Orang-Orang Kalah” (sebagai judul buku ini) mengisahkan tentang pembantaian dan penistaan anak negeri.

Kenyataan tersebut tergambar dengan jelas dalam pembuka naskah drama sebabak tersebut. (Pentas ditata seperti tempat orang-orang yang dibantai. Pompa anggok yang perkasa, hutan yang gundul dan juga perusahaan yang megah. Di pentas juga terlihat orang-orang yang sedang merintih melawan kekajaman). Kenyataan ini bukan cuma berlaku untuk Riau, tetapi juga tanah air Indonesia yang kekayaan alamnya dicengkam oleh perusahaan asing.

Kafrawi seakan-akan ingin menjelaskan bahwa kemiskinan juga menjadi begitu akrab di negeri ini. Akan tetapi, kemiskinan itulah sebagai akibat lahirnya tembok pembatas keserakahan yang merajalela. Dalam cerpen “Ibu”, dia menulis: ’’Seperti inilah kemiskinan itu,” katanya masih dalam keadaan senyum.

’’Gelap, sempit, pengap dan ketika kita berteriak hanya sebatas dinding inilah suara kita.’’ Cerpen ini diakhiri dengan kejutan luar biasa. Kenyataan kemiskinan pun terungkap dalam cerpen “Hari Kamis Sampai Pukul 18.30 WKP”.

Kafrawi menulis: ’’Mana mungkin daerah kalian yang kaya-raya itu masih ada yang kelaparan. Mustahil itu mustahil.’’ Itulah kalimat yang keluar dari salah seorang pemimpin surat kabar terkebal di negeri ini ketika hal mustahak ini kami suguhkan di atas mejanya. Demikianlah sekilas pandang tentang daerah kami yang kaya raya dengan perhiasan kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan (hlm.56).

Gambaran air mata peristiwa Sampit dilukiskan Kafrawi dalam cerpen “Kematian Entan dan Sya’diah”, suatu kisah yang amat tragis. Pembantaian terjadi hanya gara-gara perbedaan kaum pendatang dan pribumi. Cerpen ini juga sebenarnya ingin menyadarkan kita bahwa bumi ini milik Tuhan.

Karena itu, wajiblah kita bersama-sama menjaganya. Namun, kenyataannya tidak demikian. Keterpinggiran anak negeri bisa melahirkan bentrokan fisik yang sadis, melelahkan, dan mengancam persatuan.

Cerpen ini merupakan lakaran untuk memperkuat kenyataan tanah air kita saat ini. Kekerasan, perampasan hak, kebiadaban (barbarisme) seolah-olah merupakan kejadian biasa di negeri ini. Cerpen “Kambing Hitam” juga mengisahkan tentang kenyataan air mata anak negeri. Kekayaan alam dicuri, pejuang dianggap pembangkang sehingga tewas tragis.

Kisah keterasingan yang absurd dilukiskan Kafrawi dalam cerpen “Sangkar dan Warna-warna”, tentang tokoh Aku yang terkurung dalam keinginannya mencari cahaya sebagai simbol pencerahan hidup: Sangkar yang mengurung aku semakin kecil, aku tak dapat bergerak sedikit pun dan otakku yang selama ini berputar di kegelapan yang tidak mempunyai cahaya sedikit pun (hlm. 92).

Tragedi dramatik tentang keterasingan dan keterpasungan lainnya dapat pula kita simak dalam cerpen “Pengaduan Para Mayat”. Ketika memahami cerpen ini, kita akan terkenang peristiwa sepak-terjang rezim Orde Baru 1998. Keterasingan yang terjadi terhadap anak negeri bukan hanya psikis, tetapi juga fisik. Suatu perkampungan yang terabaikan dari keadilan pembangunan jelas sekali diceritakan dalam cerpen “Jembatan”.

Jika kita kaitkan dengan kenyataan sehari-hari, kisah-kisah air mata anak negeri dalam Orang-Orang Kalah, jelas mencerminkan kisah-kisah airmata anak negeri di nusantara ini. Kemiskinan, keterasingan, kesengsaraan hidup, dan keterbelakangan bukan hanya terjadi secara fisik, tetapi juga merambah sampai ke hal-hal ideologi, budaya, dan kejiwaan. Ini suatu gambaran kisah kelam yang memerlukan jalan keluar secara nyata dalam kehidupan realitas.

Airmata Perempuan, Airmata Pertiwi

Kisah-kisah perempuan tidak sedikit diangkat menjadi bahan untuk melahirkan karya sastra. Dalam sastra Indonesia modern, sejak zaman Balai Pustaka hingga kini, nasib dan harapan perempuan tetap menjadi bahan bergizi bagi karya sastra, baik bagi penulis laki-laki maupun perempuan. Feminisme memang selalu menarik hati para penulis.

Tineke Hellwig mengatakan, feminisme bersifat kontekstual, usaha-usaha untuk mengunggulkan peran perempuan pun ada dalam bingkai sistem, baik itu ideologi maupun kebudayaan tertentu yang tidak bisa dirombak begitu saja. Namun bagi saya, penempatan posisi perempuan —sadar atau tidak— selalu saja dalam bentuk dualisme: baik x buruk. Kafrawi merekam bahwa nasib perempuan selalu berada dalam sangkar tragedi penderitaan.

Beberapa karya Kafrawi yang menyoroti derita perempuan terungkap dalam cerpen “Matahari dan Bulan untuk Sari” (MdBuS), “Jangan Sebut Timah Dengan Betina” (JSTDB), dan “Perempuan Telanjang yang Gantung Diri” (PTyGD). Dalam cerpen MdBuS, Kafrawi mengisahkan tentang derita Sari, seorang perempuan yang terpaksa menjadi pelacur karena kemiskinan. Kemudian, tokoh Nurlela yang melacurkan diri karena suaminya tak bisa memberikan apa-apa.

Akibat kemiskinan, manusia bisa gelap mata. Sampai-sampai, perbuatan dosa besar sekali pun sanggup mereka lakukan. Posisi perempuan yang digambarkan Kafrawi dalam cerpen-cerpennya ini memang memilukan.

Secara simbol hemeneutika, posisi derita perempuan dalam karya-karya Kafrawi dapat kita jajaki sebagai pengertian derita “pertiwi” (tanah air/negeri). “Perempuan” dan “tanah air/negeri” yang kita diami ini memang berada dalam posisi yang persis sama: menderita, terjajah, terpasung, terbelakang. Keduanya hanya dijadikan sebagai benda pemuas nafsu serakah dan duniawi.

Sadar atau tidak, Kafrawi mengontraskan kehidupan perempuan dengan keadaan tanah air/negeri ini. Kesengsaraan perempuan adalah kesengsaraan negeri. Airmata perempuan merupakan airmata negeri.

Namun demikian, dalam karya-karya Kafrawi ini masih sempat kita rasakan pesan perjuangan hidup. Meskipun kisah-kisah yang dipaparkan lebih dominan ke arah kurasan air mata dan dunia kelam, tetapi matlamat perjuangan untuk meraih kehidupan bahagia tetap tertangkap dengan baik. Ada kekentalan optimis yang dapat kita ambil dari karya-karyanya. Misalnya, Kita tidak boleh berharap kepada orang lain untuk mengubah nasib kita. Kita sendirilah yang mampu mengubah nasib kita.

Dan menjadi kewajiban bagi kita semua untuk membebaskan diri dari penderitaan. Tak ada satu pun yang dapat menghalang, kalau kita yakin perjuangan kita adalah satu kebenaran dan kita memang benar (Orang-Orang Kalah).***

Musa Ismail adalah guru SMAN 3 Bengkalis. Salah satu kumpulan cerpennya meraih penghargaan Buku Pilihan Sagang 2010. Tinggal di Bengkalis.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae