Teguh Winarsho AS
http://www.infoanda.com/Republika
Senja yang indah telah lama lewat disusul gelap merayap. Gelap yang selalu mengingatkanku pada seseorang yang pergi diam-diam kala gerimis turun pada suatu malam. Gerimis yang menyerupai jarum-jarum tajam berdenting di atas genting bagai petikan gitar seorang musafir di hamparan padang luas menyuguhkan kesunyian dan kekosongan. Membuat perasaanku cabik, ngilu dan perih, seperti ada luka lama yang kembali menganga, menjemput resah segenap kenangan.
Ketika malam bergetar di tangan anak-anak pulang mengaji. Membawa obor. Mendekap kitab suci. Berceloteh riang sembari sesekali mencuri pandang di antara semak ilalang, pohon-pohon tua dan temaram cahaya bulan. Tapi, ah, betapa cepat semua itu berlalu. Betapa cepat waktu melesat. Membuat hidup menjadi terasa singkat seperti laju pesawat.
Dan malam itu, mungkin empat tahun berlalu, untuk kesekian kalinya aku mimpi bertemu seorang gadis cantik yang senang menyembunyikan senyum di balik jilbab putihnya. Berjalan malu-malu menyibak rumput ilalang seperti menahan banyak keinginan dan harapan. Betapa sudah lama aku mendambakan dirinya menjadi pendamping hidupku, membangun keluarga sakinah, melahirkan anak-anak shaleh-shalehah. Aku kemudian kerap mengingau, memanggil-manggil namanya, meski saat terjaga yang kutemui hanya kesunyian belaka. Tanganku menggapai-gapai ruang hampa. Sementara tubuhku seolah terhempas jauh ke angkasa.
Lalu, aku termenung sendiri membuka jendela menyaksikan malam: bintang, bulan dan angin yang bisu. Dan begitulah, malam kembali mengalirkan kesunyian panjang seperti lorong penjara bawah tanah. Membuat diriku perlahan-lahan hanyut dalam keasingan purba yang terasa kian jauh tak terjamah. Sejauh mata memandang hanya kegelapan dan kesunyian. Hingga dunia di mataku mendadak menjadi hitam, pekat, seperti malam yang tua dan rapuh.
Ya, di kamar itu, aku selalu dicekam mimpi-mimpi menakutkan pada seorang gadis yang sangat kudamba. Seorang gadis yang diam-diam pergi pada suatu malam menorehkan kesedihan. Terlalu banyak kesedihan di hatiku hingga aku tidak yakin apakah kesedihan perlu dinamai?
Dan, malam itu, entah untuk ke berapa kalinya, aku kembali mimpi bertemu gadis cantik itu. Ia, gadis cantik yang senang menyembunyikan senyum di balik jilbab putihnya. Berjalan malu-malu mendekap kitab suci, seperti mendekap rindu dalam hati. Tapi, ah, ia terasa begitu jauh untuk bisa kurengkuh.
“Fatimah, untuk apa kamu mesti pergi ke Jakarta?”
“Tante Uli yang menyuruhku. Katanya ada pekerjaan buatku.”
“Masih belum cukupkah setiap pagi dan sore kamu mengajar anak-anak
mengaji di surau dan madrasah?”
“Aku ingin bekerja. Aku ingin tahu Jakarta.”
“Tapi bagaimana dengan anak-anak? Siapa nanti yang akan mengajar mereka mengaji?”
“Aku sudah janji sama Tante Uli. Aku harus berangkat ke Jakarta. Aku tak mungkin membatalkan rencana ini.”
“Apakah kamu juga tega meninggalkan diriku?”
“Aku akan selalu menulis surat untukmu.”
“Surat?”
“Ya. Aku akan selalu mengabarimu. Kamu tidak perlu mencemaskan diriku. Aku akan baik-baik saja.”
“Aku tidak terlalu mencemaskan dirimu. Aku cemas dengan anak-anak yang
mengaji di surau dan madrasah? Kamu tega meninggalkan mereka?”
“Suatu saat aku akan kembali untuk mereka.”
“Kapan?”
“Entahlah.”
Ya, ya, sejak itu hampir setiap malam aku selalu mimpi bertemu gadis cantik itu. Seorang gadis cantik bersahaja yang senang menyembunyikan senyum di balik jilbab putihnya. Apalagi ketika hari-hari terus berlalu dan berlalu menyuguhkan rentetan kesunyian di hadapanku. Aku kembali seperti memasuki lorong panjang dan kelam. Di sana aku mencium keasingan demi keasingan. Membuat aku merasa takut setiap kali malam datang. Malam yang selalu melemparkanku pada kenangan masa silam tak berkesudahan. “Kami tidak mau mengaji lagi kalau bukan ibu guru Fatimah yang mengajar!” “Ya. Kami hanya mau dengan ibu guru Fatimah?”
“Kenapa?”
“Pak guru tak sepandai ibu guru Fatimah.”
“Tapi bukankah ibu guru Fatimah ada di Jakarta?”
“Makanya, kami tak mau mengaji lagi.”
“Jangan begitu, mau jadi apa kalian nanti?”
“Ah, masa bodoh! Kami hanya mau diajar ibu guru Fatimah.”
“Kapan lagi kalian belajar mengaji kalau tidak sekarang?”
“Tapi kami ingin ibu guru fatimah yang mengajar. Bukan pak guru!”
“Besok ibu guru Fatimah akan datang ke sini. Sekarang kita belajar mengaji lagi. Ayo!”
“Bohong! Kemarin pak guru juga bilang begitu, tapi ternyata bu guru Fatimah tidak datang. Pak guru bohong!”
Kepalaku tiba-tiba berdengung dan berputar seperti ada baling-baling kipas angin yang perlahan-lahan tumbuh. Tubuhku kemudian terhempas pada sebuah ketinggian. Melayang-layang mengarungi kekelaman malam. Bumi semakin jauh kutinggalkan. Jauh sekali.
Dan, begitulah, surau dan madrasah sepi. Anak-anak mengaji di depan layar televisi. Menghitung iklan dan lagu. Menghafal sinetron dan film yang tak bosan-bosan menawarkan kemewahan semu. Juga kekerasaan dan kebohongan. Ya, ya, kemewahan semu dan kekerasan telah menjadi serentet narasi yang tak rampung-rampung dibacakan. Terus direkam dan tumbuh berbiak subur di kepala anak-anak, seperti jamur di musim hujan.
Empat tahun berlalu. Kini aku termangu di beranda surau. Menatap malam yang kian pekat, tua dan rapuh. Di langit kulihat sebuah bintang melayang tenang, cahayanya berkerlip sebentar. Saat itulah hatiku terbetik memanggil nama seseorang. Tapi sepi. Bahkan desah angin pun tak terdengar. Lalu, kuputuskan pulang.
Keesokan hari aku kembali ke surau. Ada banyak kenangan yang luruh di sana. Tentang suara anak-anak mengaji, senja, dan seraut wajah di balik ilalang. Ya, ya, kini aku telah duduk di beranda surau menunggu senja yang sebentar lagi bakal turun mengepakkan sayap keemasannya sambil membayangkan seorang gadis cantik yang senang menyembunyikan senyum di balik kerudung putihnya, ketika tiba-tiba di hadapanku benar-benar berdiri seorang gadis cantik mengenakan kaos dan celana jeans ketat. Rambutnya dibiarkan terurai panjang, sebagian dicat merah. Mungkin aku lupa. Tapi, ah, tidak. Tidak! Senyum gadis itu masih bisa sedikit kuingat.
“Kapan kamu pulang, Fatimah?”
“Kemarin. Dua hari yang lalu.”
“Syukurlah. Bagaimana kabarmu?”
“Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik saja.” Ada senyum tipis merekah di bibir Fatimah yang merah. Tapi tiba-tiba aku seperti berhadapan dengan orang asing.
“Kudengar sekarang sudah tak ada lagi anak-anak yang mengaji di surau dan madrasah. Kenapa?”
“Sejak kamu ke Jakarta, mereka tak mau mengaji lagi.”
“Tapi bukankah kamu bisa mengajar mereka?”
“Anak-anak hanya ingin kamu yang mengajar. Mereka sangat mencintaimu, Fatimah.”
“Aduh, sayang sekali. Aku hanya punya waktu beberapa hari di sini. Lusa aku harus kembali ke Jakarta. Aku tak mungkin meninggalkan pekerjaanku. Oya, ini ada oleh-oleh buatmu, sarung, kopiah dan sajadah. Terimalah.”
“Terimakasih, Fatimah. Berikan saja pada orang lain. Mungkin ada yang lebih membutuhkan….”
“Kalau begitu aku pulang dulu. Hari sudah mulai gelap. Bapak dan Ibu tentu cemas menungguku.”
“Kapan kamu akan kembali dan menetap di kampung ini lagi, Fatimah?” “Entahlah.”
Senja benar-benar telah turun bersama cahaya keemasan. Sebentar lagi malam akan tiba. Malam yang selalu menorehkan kesedihan dan keperihan. Membuat aku selalu merasa gamang dan asing. Hingga kadang aku sering tidak yakin dengan apa yang kujalani. Termasuk pertemuan dengan Fatimah barusan. Apakah semua itu masih mimpi? Tapi, ah, tidak. Tidak! Kali ini aku tidak sedang tidur dan mimpi. Samar-samar aku masih dapat melihat kelebat bayangan punggung Fatimah berjalan tergesa-gesa kian menjauh. Menjauh. Dan, hilang di tikungan jalan.
Aku ingin mengejar Fatimah. Ada sesuatu yang ingin kusampaikan padanya. Tapi sayang, sebentar lagi waktu maghrib tiba. Aku harus mengumandangkan adzan. Aku berharap Fatimah datang ke surau, setidaknya kali ini saja.
Depok, 2005
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar