Aprinus Salam*
http://www.kr.co.id/
Beberapa kalangan menggelisahkan arah perkembangan kritik sastra. Kegelisahan tersebut antara lain disebabkan kritik sastra dianggap tidak mampu mengakomodasi perkembangan karya sastra. Kegelisahan itu juga disebabkan karena saat ini tidak ada kritikus sastra seberwibawa HB Jassin. Di samping itu, kritik sastra dianggap tidak mampu menjelaskan arah perkembangan karya sastra, yang kita tahu, akhir-akhir ini karya sastra terbit dengan cara yang cepat dan sangat beragam. Terdapat beberapa hal yang perlu diletakkan dalam porsi persoalan yang lebih pas. Pertama, apa yang sebenarnya terjadi dalam perkembangan studi-studi sastra. Kedua, mengapa kewibawaan kritik sastra model HB Jassin sekarang tidak berkembang. Ketiga, bagaimana studi sastra melihat arah perkembangan karya sastra.
Hingga tahun 1970-an, bahkan hingga tahun 1980-an, istilah dan konsep kritik sastra memang masih sangat populer. Istilah dan konsep itu dimaksudkan sebagai satu telaah yang berkaitan dengan ‘analisis-analisis intrinsik’ berkaitan dengan penjelasan struktur karya, dan kemudian diikuti semacam penghakiman tentang ‘kualitas estetis’ karya sastra bersangkutan.
Pada umumnya, teori yang cukup dominan pada waktu-waktu itu adalah teori-teori struktural, dalam berbagai versinya, sehingga mutu estetis perkembangan karya sastra dapat dilacak dan diketahui. HB Jassin, dan beberapa pengikutnya, ada dalam koridor kritik sastra ini.
Akan tetapi, kelemahan umum kritik sastra semacam itu adalah bahwa karya sastra dilepaskan dari konteks sosial masyarakatnya. Itulah sebabnya, banyak kajian sastra pada waktu itu seolah asyik dengan dirinya sendiri. Memang, mungkin kajian seperti itu berguna bagi para sastrawan dalam mengembangkan teknik-teknik penulisan karya sastra. Akan tetapi, belum tentu berguna bagi masyarakat.
Tentu HB Jassin memang kritikus sastra besar. Hal itu bukan saja karena beliau sangat tekun dan menulis banyak kritik sastra, tetapi karya sastra pada waktu HB Jassin berkiprah tidak banyak seperti sekarang. Dan lagi, HB Jassin pada waktu itu berdiri sebagai ‘pusat’ ketika proses perkembangan teknologi penerbitan tidak seperti sekarang. Hampir seluruh sastrawan Indonesia mengirimkan karya ke HB Jassin dan menunggu ‘baptis pusat’ untuk mendapatkan legitimasi kepenyairan atau kesastrawanan seseorang.
Pada tahun 1990-an, karena perkembangan teknologi dan globalisasi, juga wacana desentralisasi dan demokratisasi mulai menguat, maka ‘kegunaan pusat’ mulai diragukan dan dianggap tidak penting. Maka mulai banyak sastrawan dan penyair tidak merasa perlu mendapatkan legitimasi dari pusat, dan kritik sastra HB Jassin pun mulai tidak diperlukan. Setiap orang bisa dan dapat menerbitkan karyanya tanpa harus mendapatkan kritik model HB Jassin. Bukan saja para sastrawan dan penyair juga mulai ‘risih’ jika dihakimi tentang mutu karyanya, tetapi memang terdapat pergeseran tentang asumsi karya sastra itu sendiri.
Senyampang dalam perubahan di atas, orientasi studi sastra sudah lebih dahulu mengalami pergeseran. Hingga tahun 1980-an awal kajian-kajian sastra masih didominasi studi-studi bernuansa kritik ala HB Jassin. Juga pernah muncul polemik antara kritik sastra akademis dan kritik sastra nonakademis. Kritik sastra model HB Jassin, walaupun sangat dekat dengan teori struktural intirinsik, dianggap mewakili kritik berupa analisis-analisis kesan tanpa pretensi dan pertanggungjawaban akademis. Cara kerja seperti itu mulai diragukan kadar keilmiahannya.
Dalam perkembangan sosial, ekonomi, dan politik yang mengharu biru, banyak ahli sastra menjadi inferior dibanding ahli politik, ahli ekonomi, bahkan ahli olahraga dan kecantikan. Hal itu terjadi karena ahli sastra dengan bawaan struktural intrinsik seolah mengasingkan diri dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Karya sastra ditempatkan bukan sebagai data sosial, politik, ekonomi atau data tentang persoalan ketimpangan gender, masalah kebudayaan, dan sebagainya. Sastra dilihat sebagai persoalan sastra itu sendiri.
Hal penting yang ingin disampaikan adalah bahwa studi-studi sastra mulai mengalami pergeseran dari dominasi teori struktural ke teori-teori semiotik, sosiologi sastra, resepsi, feminisme, wacana, poskolonial, posstrukturalisme atau posmodernisme, dan sebagainya, yang setiap teori secara keseluruhan menempatkan sastra sebagai persoalan dan teks sosial. Teori-teori sastra itu juga tidak lagi menghakimi mutu karya, tetapi menempatkan karya sastra sebagai data, dokumen, atau monumen sosial. Secara dialektis karya sastra ditempatkan dan difungsikan dalam konteks sosial masyarakatnya. Dalam konteks itu, praksis kritik (yang menghakimi) semakin tidak dipakai. Studi atau kajian sastra menjadi lebih terintegrasi dengan kajian-kajian sosial, politik, dan budaya.
Sekarang, kajian seperti itu tentu sudah cukup banyak. Masalahnya memang tidak seluruh karya sastra (baik novel, puisi, cerpen, maupun naskah drama) dapat dikaji. Pertama, terdapat beberapa pertimbangan akademis mengapa sebuah karya sastra harus diteliti. Sebagai satu penelitian kualitatif, tidak seluruh karya sastra harus diteliti, apalagi jika karya tertentu memperlihatkan kecenderungan yang sama dengan karya yang lain. Itulah sebabnya, terdapat kategori chicklit dan atau teenlit, untuk satu kategori kecenderungan. Untuk meneliti kecenderungan teenlit atau chicklit, tidak seluruh novel dalam kategori itu diteliti karena tentu jumlahnya ratusan.
Kedua, setiap kajian memberikan kesimpulan sendiri-sendiri yang berbeda sesuai dalam koridor dan paradigma teoretis kajian bersangkutan. Akan tetapi, hal yang perlu dipahami adalah bahwa kecenderungan teoretik kajian menempatkan karya sastra sebagai bagian yang terintegrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Teks sastra ditempatkan sebagai ‘informan’, sebagai ‘tanda-tanda sosial’ yang ditinjau secara bolak balik, baik berdasarkan karya sastra melihat masyarakat, atau sebaliknya, melihat masyarakat berdasarkan karya sastra.
Ketiga, di fakultas-fakultas yang memiliki Program Studi Sastra Indonesia hingga kini masih secara konstan melakukan penelitian dan kajian sastra khususnya untuk skripsi dan tesis. Secara reguler juga ada pertemuan ilmiah sastra, baik HISKI (Himpunan Sarjana Kesusastraan Indonesia) atau PIBSI (Pertemuan Ilmiah Bahasa dan Sastra Indonesia), yang membicarakan perkembangan sastra dari berbagai sisi. Berdasarkan itu, karya-karya sastra paling mutakhir pun, jika dianggap perlu, akan mendapat perhatian untuk dijadikan skripsi, tesis, atau paper-paper. Novel atau teks-teks seperti Ayat-Ayat Cinta, Ketika Cinta Bertasbih, Laskar Pelangi, atau Edensor sudah mendapat perhatian dan mulai dikaji untuk dijadikan skripsi atau tesis.
Persoalannya, memang tidak seluruh skripsi, tesis, atau paper-paper memberikan kajian yang kuat dan memadai. Kecenderungan skripsi, tesis, atau paper untuk terjebak dalam stereotip merupakan penyakit akademis yang sulit diatasi. Cukup banyak skripsi atau tesis dikerjakan oleh mereka yang malas berpikir dan bekerja keras. Ada beberapa persoalan dalam kasus ini. Pertama, calon ahli atau sarjana sastra pada mulanya tidak menempatkan pilihan sebagai ahli sastra sebagai pilihan utama. Hal itu menyebabkan SDM yang mempelajari sastra bukan berdasarkan motif yang kuat.
Hal itu disebabkan, kedua, hingga hari ini menjadi ahli sastra belum menjadi profesi yang menjanjikan dibanding ahli politik, ekonomi, atau sosial. Akan tetapi, mengingat terjadi beberapa pergeseran teoretis tersebut, sangat mungkin pada waktu-waktu yang akan datang, akan muncul ahli sastra yang bisa menjelaskan problem dan arah perkembangan masyarakat, negara, dan bangsa ini, dan sastra itu sendiri, dengan melihat karya sastra sebagai data, dokumen, atau monumen sosial.
*) Dosen Fakultas Ilmu Budaya UGM.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar