Sabtu, 19 November 2011

BELAJAR MENULIS DARI LAN FANG

Sutejo
Ponorogo Pos

Pada tanggal 8 Desember 2007 di Unesa Surabaya kampus Lidah adalah acara Seminar Nasional Sastra Pop untuk mengiringi pelepasan Prof Budi Darma yang purna sebagai guru besar. Pada saat itu hadir, sederetan penulis, penyair, cerpenis macam: Lan Fang, Yati Setiawan, Mashuri, Audex, Kurnia Fabiola, dan Budi Darma sendiri. Rencana, Saparto Broto juga hadir sebagai pembicara. Tapi saat itu tidak dapat hadir karena ada kepentingan keluarga di Jakarta.

Acara itu, di samping berbicara bagaimana Budi Darma, juga berbicara masing-masing proses kreatif para nara sumber. Satu yang dapat dipelajari dalam tulisan pendek ini adalah bagaimana proses kreatif Lan Fang sebagai seorang novelis dan cerpenis. Ketika peluncuran bukunya berjudul Kota Tanpa Kelamin (2007) di Toga Mas Surabaya, dia pun berbicara banyak tentang proses kreatifnya. Pada saat itu, saya bersama Uki (wartawan Antara) bertemu dengan penulis macam M. Shoim Anwar, HU Mardiluhung, Wawan Setiawan, Budi Darma, Syirikit Syah, dan beberapa penulis lainnya.

Dari dua pertemuan itu, apa yang dapat dipelajari dari proses kreatifnya? Beberapa hal berikut menarik untuk dipikirkan (a) bahwa proses kepenulisan itu mengikuti alir sungai (mengalir saja), (b) inspirasi dari karya orang lain, (c) pesan yang ingin dikomunikasikan sampai kepada pembaca, (d) tidak terganggu oleh kategori pop atau serius, dan (e) terus menerus belajar. Lima pesan spiritual yang menggerakkan kita manakala akan memasuki ruang dan peluang kepenulisan.

Pertemuan demikian jika kita mau belajar dan merefleksikannya sebagai sebuah “sekolah alam” tentunya terlalu pendek pertemuan itu jika tidak diabadikan dalam kolom pikiran. Untuk inilah, maka mari kita refleksikan sebagai bahan bincangan menariknya. Pertama, memang benar bahwa proses kepenulisan itu mengalir saja. Jika kita ingin menulis maka “pokoknya menulis”, mengalirkan berbagai pengalaman batin, refleksi kehidupan sosial, bagi tuang hasil bacaan. Sebuah perjalanan karya yang tidak perlu dipikirkan apakah itu nanti masuk karya kategori tertentu. Dengan demikian proses kreatif tidak terkebiri, sebaliknya menemukan jati dirinya yang “luar biasa” alami. Dengan demikian, menulis itu memang sebuah alir pikiran dan perasaan yang sangat dipengaruhi oleh alur dan alir sungai kebahasaan yang dimilikinya.

Permalahan yang sering terjadi di kalangan pemula adalah mereka bingung anak menulis apa dan jenis apa. Mengikuti saran Lan Fang ini, maka ada baiknya kita mengalir, dan jika kemengaliran itu mengantarkan kita di tepiannya atau berakhir di laut mana adalah persoalan hayatan setelah berwujud. Dengan demikian, kadang empirisitas ini kelihatannya naif tetapi sesungguhnya tidak. Pengalaman Andrea Hirata dapat dijadikan contoh. Pengalaman kekagumannya pada guru di SD menginspirasikan dia untuk menulis tulisan-tulisan pendek yang mengalir begitu saja dan dia tidak pernah membayangkan kemudian menjadi novel yang sekarang bestseller. Pertemuan tidak tertuda dengan teman lagi kemudian mengirimkannya ke Bentang adalah lorong rahasia Illahi (semacam karma positif dari gurunya).

Kedua, karena karya hakikatnya sebuah pesan sosial maka seseorang ketika berkarya hakikatnya berkomunikasi pesan dengan orang lain. Dalam konteks ini tentunya adalah pesan penulis (cerpenis) kepada pembacanya. Penting disadari pesan fiksional memang bukan seperti khotbah jumat, maka menemukan pesan karya membutuhkan apa yang di dalam proses pemaknaan karya sastra dikenal pentingnya bekal (a) kode bahasa seorang pembaca, (b) pemahaman akan kode budaya, dan (c) pemahaman akan kode kesastraan. Seorang pengarang maupun pembaca tentunya terikat oleh tiga kode ini yang dalam “proses komunikasi” karya (teks) terjadi interaksi positif dan imajinatif dalam pemaknaan. Sebuah pemaknaan yang khas, karena dalam teori resepsi sastra hal itu sangat tergantung pula pada pengalaman, pikiran, dan imajinasi pembaca. Tugas seorang pengarang, sebagaimana kata Lan Fang, yang penting pesan komunikasi karya dapat sampai pada pembaca.

Isyarat lain dari proses kreatif Lan Fang yang menarik adalah, ternyata icon atau patron guru juga mewarnai proses persalinan karyanya. Budi Darma dalam perjalanan karya-karyanya, tampaknya merupakan apa yang dalam analog cerita Kung Fu cerita Dragon Master, adalah sebuah pergulatan tidak langsung. “Menimba air” dan “mengangkat kayu” adalah bagian dari proses belajar tidak langsung, peselancaran mengarungi laut kepenulisan yang tanpa prasangka.

Di balik pengakuan ini, tentu menerbitkan akuan lain. Ternyata dalam proses berkarya –sebagaimana sering juga saya ungkapkan—tidak terlepas pergulatan guru murid. Budi Darma adalah guru, dan Lan Fang adalah sang murid yang baik. Dalam sebuah ruang kuliah S3, Budi Darma panjang bercerita tentang penulis ini dengan menceritakannya “bagian proses kreatif” dan kebiasaan kecilnya. Sebuah komunikasi positif antara guru murid yang “tidak sadar”. Artinya, pergulatan bawah sadar yang menggetarkan dalam aku kata bahasa. Baik guru dan terlebih muridnya. Dalam ilmu persilatan kata, jika ada murid yang alir jujur, sang guru adalah angguk dan sanjung yang mendorongnya. Di sinilah, maka pengalaman menarik yang penting dipantik jika akan menulis belajar dari Lan Fang ini adalah falsafah proses kreatif yang mendudukkan (termasuk mendudukkan sang guru).

Sifat keguruan (dalam pemodelan ini) tentunya bisa beragam wujud pengaruhnya: (a) kecenderungan karya dan sifatnya, (b) motivasi kekaryaan, (c) penajaman mental kepenulisan, (d) pembangunan networking kepenulisan, dan (e) getar gerak yang terus menghidupkan. Sebuah pembelajaran yang alami karena dalam konteks komunitas demikian hubungan antara guru murid adalah hubungan tanpa batas dan sekat. Sebuah keuntungan yang seringkali tidak kita temukan dalam ruang-ruang formal dinding sekolah (kuliah).

Terakhir, bagaimana dalam merengkuh kepenulisan tidak terjebak pada oreantasi tertentu (kapling-kapling kategorti tertentu) akan banyak membantu kebebasan seorang penulis. Sebagaimana halnya Lan Fang yang tidak terikat apakah ia karya populer atau serius, pokoknya dia berkarya. Mengalir. Hal ini ternyata justru memberikan motivasi besar dalam menulis. Sebab, sebagaimana diungkapkan pula dalam peluncuran kumpulan cerpennya Kota Tanpa Kelamin yang dimoderatori Arif Santosa (redaktur budaya Jawa Pos) dia tidak percaya akan kategori pop dan serius. Yang penting pesannya tersampaikan kepada pembaca.

Di balik itu semua, hal kelima yang menarik dipelajari dari Lan Fang adalah belajar terus menerus. Bagaimana belajar seorang penulis? Dengan membaca yang tidak pernah henti. Karena membaca adalah induk karya maka seorang penulis larangan terbesarnya adalah berhenti membaca. Belajar artinya memahami. Memahami artinya memaknai. Memaknai artinya menjalani proses dialogis. Proses dialogis akan alirkan kematangan. Sebuah kausalitas proses yang tak pernah berhenti yang ujungnya adalah hikmah belajar. Sebuah makna yang tidak selalu formal tetapi proses pemaknaan akan sisi-sisi kehidupan yang elegan (bersisi hati) hingga berpinak falsafi. Di manakah ruang henti belajar? Sebuah metaforik hadis mengingatkan kita bahwa sejulur umur adalah proses belajar itu sendiri yang bersifat wajib. Masalahnya, masyarakat kita belum menjadi ruhul hadis ini sebagai ideologi pemaknaan tetapi baru sebatas jargon khotbah di langgar dan masjid. Sebuah kemunafikan laten yang barangkali pada pantai tertentu akan berbalik jadi hukuman karena manusia tidak amanah dalam kata.

Akhirnya maukah kita berkarya? Jika kita sepakat dengan sindiran Hardjono WS yang pernah mengatakan di SMA Immersion, bahwa ciri manusia yang membedakan dengan makhluk lain adalah menulis; maka marilah kita menulis agar gelar kemanusiaan ini tidak tercabut secara alamiah. Bukankah pengalaman banyak negara maju berhasil karena faktor keberhasilan mereka dalam karya tulis dan intensitas pembacaan mereka? Jika kita sering menghujat realita sosial maka arifnya sudah waktunya kita untuk berbuat, bukan merintih-rintih sebagaimana yang dipesankan oleh Taufik Ismail.

Imaji konseptual tentang kehidupan sosial, misalnya, sebagaimana banyak diungkapkan Taufik Ismail dalam kumpulan puisinya berjudul Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia (2005) menarik untuk direfleksikan dalam kata dan karya. Mudah-mudahan masyarakat kita berubah dan mau berubah keadaan negeri yang berumah pedih ini sehingga kerobohannya terhindar karena warganya adalah pilar dan tembok hidupnya yang kokoh. Marilah kita kokohkan bangsa ini dengan menulis di satu sisi dan membaca pada sisi lainnya.
***

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae