Jumat, 11 November 2011

Inovasi dalam Cerpen Koran

Nenden Lilis A *
http://www2.kompas.com/

NIRWAN Dewanto, pada periode 90-an, sempat memuji cerpen koran, “Harus kita akui, bahwa cerpen-cerpen terbaik di Indonesia selama lima tahun terakhir muncul di Kompas dan Matra, bukan di Horison.” (lihat Pengantar Nirwan Dewanto dalam Pelajaran Mengarang, Cerpen Pilihan Kompas 1993). Dalam pengantar yang sama, melihat kondisi cerpen koran pada saat itu, Nirwan pun sempat berkomentar bahwa ruang cerpen di surat kabar, betapa pun terbatas, menyediakan potensi penyegaran sastra yang tidak kecil.

Akan tetapi, dalam tulisan, “Masih Perlukah Sejarah Sastra? (Kompas, 4/3/2000), Nirwan menulis kalimat yang agak mengejutkan, “…penulis yang ada sekarang hanya mampu menghasilkan cerpen koran.” Tersirat pada peremehan terhadap mutu cerpen koran dalam kalimat tersebut.

Sikap Nirwan yang seolah berbalik di atas memang mengherankan. Namun perlu segera disadari bahwa cerpen koran memang telah lama dan telah banyak mendapat kritik yang tidak mengenakkan.

Kritik yang ditujukan terhadap cerpen koran mengarah pada penilaian bahwa cerpen koran mengecewakan dari berbagai seginya, terutama dalam upaya melakukan pencapaian estetika.

Salah satu hal yang dianggap menjadi penyebabnya adalah terbatasnya ruang (jumlah halaman) yang disediakan. Mengenai ruang ini, para pengamat maupun para penulis cerpen sering membandingkannya dengan majalah.

Seperti diketahui bersama, pada awal perkembangannya (1945-1970-an), cerpen tumbuh dalam majalah. Terutama majalah kebudayaan/kesusastraan, seperti Pantja Raya, Zenith, Indonesia, Kisah, Sastra, Zaman Baru (majalah Lekra), Horison, Basis, dan lain-lain. Majalah-majalah tersebut memiliki visi-misi untuk pengembangan kebudayaan/kesusastraan. Dengan karakteristiknya ini, majalah-majalah tersebut memberikan ruang yang leluasa bagi cerpen. Longgarnya ruang ini diyakini merupakan faktor yang menyebabkan cerpen dapat melakukan eksplorasi dalam bidang estetika.

Sekarang, seiring dengan kematian majalah, cerpen tumbuh dalam koran dengan ruangan yang terbatas. Terbatasnya ruang ini menjadi masalah tersendiri bagi para penulis cerpen, terutama penulis generasi cerpen majalah. Pendeknya, dari keterbatasan koran tersebut, para pengarang merasakan berbagai “kehilangan”. Adapun para pengamat merasakan berbagai penurunan kualitas, yang menimbulkan semacam keyakinan bahwa cerpen majalah lebih berhasil melakukan pencapaian estetika daripada cerpen koran.

Harus diakui bahwa tak semua cerpen koran berhasil melakukan pencapaian estetika. Namun juga tak semua cerpen majalah berhasil melakukannya. Karya-karya dari cerpen majalah yang sering disebut berhasil melakukan pencapaian estetik tentunya hanya sebagian atau beberapa saja yang memang merupakan masterpiece. Begitu pula dengan cerpen koran. Tak semua cerpen koran bersifat lugas, topikal, dan permukaan. Banyak pula yang berhasil melakukan pencapaian estetik sekalipun ruangnya terbatas. Bahkan, pencapaian estetika dari cerpen koran, dapat dikatakan telah sampai pada tahap inovasi, seperti yang dilakukan Joni Ariadinata.
***

INOVASI dalam karya sastra sudah terjadi sejak 1942-an tatkala konsep estetika Angkatan Balai Pustaka dan Pujangga Baru dirombak oleh angkatan 1945-an. Inovasi ini terjadi lagi tahun 1970-an, dan terjadi juga sekarang, terutama dalam bidang cerpen.

Idrus adalah salah seorang pengarang yang sering dinyatakan sebagai pembaharu dalam bidang prosa. Ia adalah pemisah antara prosa zaman revolusi dengan angkatan Pujangga Baru. Inovasinya adalah hal isi, gaya dan penggunaan bahasa dianggap revolusioner. A. Teeuw dalam Sastra Baru Indonesia I (1980) pernah mengulas bahwa berbeda dengan angkatan Pujangga Baru yang mementingkan keindahan dan kehalusan, Idrus justru memilih kenyataan yang kejam, kasar, hal-hal yang menyinggung dan kata-kata yang dikemukakan kepada pembaca dengan cara yang agak menentang. Kekterusterangan dan kesederhanaan menjadi norma karya prosanya. Kalimat-kalimat yang digunakan dalam karyanya pendek-pendek dan bersahaja dengan kecenderungan terhadap pembentukan kalimat nominal. Kata dasar banyak menggantikan kata berimbuhan. Ia pun tak segan-segan memasukkan bahasa Jakarta-Jawa sehari-hari, dan bahasa-bahasa asing menggantikan bahasa Melayu resmi.

Pada tahun 1970-an, inovasi terjadi dalam cara melihat kenyataan. Pada waktu itu, meminjam ungkapan Th Sri Rahayu Prihartini (Kompas, 14/6/1998), sastra realis “dirongrong” oleh para inovator seperti Putu Wijaya dan Danarto. Begitu pula segi estetika. Alur tidak harus terikat hukum kausalitas, peristiwa bukan hanya yang masuk akal, latar waktu tidak hanya terikat lampau dan kini, pencerita pun kadang-kadang tidak pasti kedudukannya.

Pada Joni Ariadinata (salah seorang cerpenis yang tumbuh lewat koran), cerpen-cerpennya masih bersifat realis. Inovasinya ini nampak pada bidang bahasa. Dikatakan inovasi karena bahasa yang digunakan Joni berbeda dengan bahasa yang digunakan atau yang terdapat dalam karya-karya sastra sebelumnya dan karya sastra pada umumnya. Inovasi ini tidak tampak sebagai upaya “beraneh-aneh”, tetapi dilakukan dalam upaya untuk mengedepankan, mengaktualkan (foreground) sesuatu yang dituturkan sehingga pas dengan ide yang ingin disampaikan.

Dalam menulis cerpen, Joni sangat mempertimbangkan kepekatan dan efektivitas bahasa. Kesungguhan dalam memperoleh kepekatan tersebut sejajar dengan cara penyair mengeksplorasi kata untuk puisi: mencari kata yang paling pas untuk suatu ide, mengupayakan tumbuhnya berbagai efek dari bahasa yang disajikannya sehingga terdengar bunyinya, terasa iramanya, terlihat bentuknya, dan seterusnya, seperti ini: Kalimas berdengung, lalat menemplek di tiang besi, tembok-tembok: air surut. Pada lumut tersembul, dan lumpur. Para keting -dagingnya tak enak -ikan betok berkecipluk memakan kotoran; bulet-bulet, warna hitam. Gelepok! Keciprak Mak Nil membuang sampah… (cerpen “Rumah Bidadari”).

Selain upaya membuat efek seperti di atas, Joni cenderung tak mau berpanjang-panjang dengan kalimat dalam mendeskripsikan sesuatu. Ia cukup menyimpan satu kata atau satu frasa, tetapi efektif dalam memberi gambaran sesuatu. Bahkan demi efektivitas ini, Joni tak segan-segan melakukan penyimpangan kebahasaan. Pada umumnya berupa pemendekan kalimat, yakni pemenggalan kata-kata yang seharusnya merupakan satu kalimat menjadi beberapa kalimat sehingga terjadilah penghilangan (baca: pelesapan) unsur subjek, predikat atau objek. Pemendekan kalimat tersebut menjadikan bahasa dan informasi yang disampaikan lebih efektif. Kalimat-kalimat pendek (umumnya hanya terdiri atas satu kata atau frasa) ternyata mencapai efek estetis tertentu, yakni sekalipun hanya satu kata/frasa, tapi berbicara banyak. Lihatlah petikan berikut:

Ini rumah. Cuma satu. Atap seng bekas, berkarat, triplek templek-templek, ditambal plastik, ada tikar: tentu, ember buat cebok. Dua ruang: satu untuk Siti, tak boleh diganggu gugat. Yang lain, tempat Mak Nil biasa kerja… Tak butuh jendela. Kalau masuk membungkuk. Sumpek. (Cerpen Rumah Bidadari).

Dalam dialog, Joni pun tak mau berpanjang-panjang dengan kalimat penjelasan. Contohnya seperti ini: “Siti itu anakmu… Kuwalat!! Dasar bajingan. Kalian meniduri anakmu sendiri heh?! Ya Gustiii…” beledek.

atau: “Aku tak ingin Mak diam di sini!” gelisah. “Aku ingin kau segera enyah dari sini,” diam.

Satu kata, seperti beledek, gelisah, diam, bagi Joni cukup menjelaskan situasi/suasana, gerak-gerik tokoh, atau siapa yang bicara.
***

BEGITULAH, ternyata dari tumpukan keluhan dan kekesalan terhadap mutu cerpen koran, kita menemukan mutiara yang terpendam jauh di dasar samudra sastra. Ia tak akan kita temukan jika hanya mencari di atas permukaan. Kita harus menyelaminya terlebih dahulu hingga ke dasarnya untuk menemukan kelebihan dan eksplorasi-eksplorasi yang ada. Di sini pula terlihat bahwa persoalan eksplorasi estetika tidak selalu tergantung pada ruangan. Apalagi kini terlihat tak ada perbedaan mencolok antara cerpen majalah dan cerpen koran. Sastra adalah sastra di manapun ia berada. ***

*) Nenden Lilis A, cerpenis.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae