Minggu, 13 November 2011

Religiusitas Alam Penyair Mas’ut

Abdul Aziz Rasjid
Koran Merapi, 13 Nov 2011

Saya tak ingat tanggalnya persis, kira-kira dipertengahan tahun 2005, saya menemani seorang teman yang bergiat di Teater Perisai Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) berkunjung ke tempat tinggal seorang pawang hujan. Nama pawang itu Mas’ut. Dia tinggal di area pertokoan getuk goreng H. Tohirin daerah Sokaraja, Banyumas.

Sampai kini, saya masih mengenang perjumpaan pertama saya dengan Mas’ut. Malam itu hujan turun rintik-rintik, Mas’ut menemui kami dengan mengenakan sarung dan kaos oblong. Sopan santun seorang tuan rumah tampak dari caranya tersenyum serta sikapnya yang ramah. Dan seperti kebanyakan orang yang telah memasuki usia baya,  perutnya buncit, uban tumbuh di rambutnya dan kerut-kerut kulit membentuk garis-garis di sekitar dahi dan pipi.

Kurang lebih setengah jam, saya lebih banyak diam di antara percakapan Mas’ut dan kawan saya. Teh hangat yang dihidangkan berkali-kali telah saya teguk dan mulai dingin. Membuang perasaan bosan, saya meraih lalu membaca buku bersampul coklat yang digeletakkan di bawah meja ruang tamu tempat kami bercakap. Lembaran buku itu dipenuhi kliping-kliping kolom-kolom puisi dan artikel budaya dari beberapa surat kabar yang disusun rapi berdasarkan tanggal pemuatan, semuanya tertera nama Mas’ut sebagai penulis. Saat itulah saya tahu, selain dikenal sebagai seorang pawang hujan, Mas’ut adalah salah satu penyair dari Banyumas yang puisi-puisinya cukup produktif dipublikasikan di berbagai surat kabar.

Setelah beberapa kliping puisi saya baca bergantian dengan teman saya, lalu tema perbincangan kami lebih banyak berkaitan dengan sastra, terutama proses kreatif Mas’ut saat menulis puisi. Malam itu, dengan semangat Mas’ut bercerita bahwa suatu hari ketika ia berziarah ke sebuah makam, ia melihat seeekor lebah yang hinggap di ranting kering. Ia bertanya dalam lubuk hati, mengapa ranting yang kering itu tak patah menanggung beban tubuh seekor lebah? Pertanyaan inilah, yang lantas menginspirasinya menulis puisi berjudul “Nyanyian Lebah” (Kedaulatan Rakyat [selanjutnya disebut KR], 16 Januari 2005) yang dua bait terakhirnya berisi begini:

Beribu lebah adalah berkah
bagi tangkai-tangkai zaitun rapuh
yang takkan pernah pupuh

Seharusnya aku malu kepadamu
yang tak pernah memberi berkah
kepada lembah seribu bunga
kepada bunga yang luka
kepada tangkai zaitun yang rapuh
aku malah menjadikannya pupuh
Dari latar belakang situasi penciptaan dan isi puisi “Nyanyian Lebah” itu, mula-mula saya mengira mungkin kepekaannya terpantik karena waktu itu ia sedang berada pada situasi religius (ziarah), dimana indra dan batinnya yang berkontemplasi di tengah alam merangsang kesadaran pekanya untuk memahami diri yang lantas diekspresikannya dalam bait-bait puisi atau dengan kata lain puisi adalah persaksian pengalaman penyair.

***

Maka, ketika puisi diletakkan untuk membaca pribadi penyair yang terbayang, dalam puisi-puisi Mas’ut yang kemudian saya baca di beberapa surat kabar, fenomena-fenomena alam intens hadir sebagai cara penghayatannya terhadap kehidupan yang bersifat konsentrik pada upaya mengingat kebesaran Tuhan yang sekaligus sebuah paradoks untuk mengingatkan keterbatasan manusia. Dalam puisi bertajuk “Mampukah Kau Mengeja Asmamu’ (Minggu Pagi [selanjutnya disebut MP], No 24 Th 59 Minggu II September 2006) penghayatan semacam itu terbayang pada respons penyair terhadap bencana alam yang melanda sedemikian cepat, dimana larik “hanya dalam hitungan detik” direpetisi untuk mempertegas kuasa Tuhan yang mampu berbuat apa saja, sedang di sisi lain mempetegas keterbatasan manusia untuk senantiasa mengingat Tuhan di tengah alam yang porak-poranda dan kecamuk hati yang diliputi kesedihan. Simak bait-bait berikut:
Tatkala gelombang pasang lautmu mampu mengeja
apa yang ada dan meluluh lantakkan
hanya dalam hitungan detik

Mampukah kau mengeja asma-Mu
pada yang tersisa dari porak-poranda
hanya dalam hitungan detik?

Mampukah kau mengeja asma-Mu
ketika kau mampu terisak
tanpa air mata…?
Penghayatan terhadap bencana yang direspons untuk mengingat kebesaran Tuhan juga nampak pada puisi-puisi Mas’ut yang lain misalnya pada puisi “Elegi Bagi Korban Tsunami” (KR, 16 Januari 2005). Bahkan bencana juga menampung penghayatan Mas’ut secara personal utamanya tentang idealnya bentuk solidaritas sosial dimana sikap dermawan selayaknya terwujud sebagai laku ketulusan untuk memberi tanpa terselubungi niat dipuji seperti yang terungkap dalam potongan bait puisi “Siapa Orang Kaya di Negeri Gempa” (KR, 15 Oktober 2006) yang berkata begini:
Ternyata jemari tanganku kananku hanya mau memberi
bila jemari tangan kiriku tahu, apa yang ada dalam
genggaman tangan kananku
Alam memang tampak intens hadir dalam puisi-puisi Mas’ut, bahkan menjadi dialog pertanda kedaifan yang konsisten menyuarakan kebesaran Tuhan untuk melengkapi keterbatasan makhluk. Pada puisi bertajuk “Kesunyian Pantai Ketapang” (MP, no 27 Th 60 Minggu V September 2007) semisal, pasir sebagai latar material pantai menjadi pertanda keberluasan Tuhan atau pada puisi “Mawar yang Luruh” (KR, 22 Juli 2007) material alam merupa sebagai aku lirik yang merepresentasikan suara hamba yang selalu membutuhkan pertolongan Tuhan:
Aku adalah mawar yang luruh
sujud dalam bumi-Mu yang gaduh

wahai rob, tolong bisikkan kata-kata cinta
kepada musim yang berlabuh

dan kepada awan yang gemuruh,
agar mengucurkan air mata

membasahi bumimu yang gaduh

agar kelopak bungaku tidak kelu
tatkala menyebut asma-Mu
***

Dalam puisi-puisi Mas’ut, material alam tak hanya dioptimalkan sebagai tanda. Mas’ut juga memposisikan material alam sebagai makhluk otonom dimana eksistensinya perlu terus tetap ada dan perlu dijaga. Maka, tak mengherankan memang jika pada puisi bertajuk “Hijau” (KR, 15 Februari 2009), Mas’ut  memadahkan doa bagi kebahagian bunga Gladiol:
Selamat pagi Gladiol
semoga hari-harimu
angin timur yang mengelus
embut kelopakmu, menyerbukkan
serbuk sari benang-benangmu
amin
Mungkin alam begitu intens dalam puisi Mas’ut karena ia percaya bahwa pada mulanya dan pada akhirnya bentuk asali manusia adalah debu seperti yang ia tulis dalam bait terakhir puisi “Debu” (KR, 24 April 2011): 
Seperti juga kau dan aku yang berasal
dari debu tanah
suatu saat nanti pada gilirannya akan jatuh ke bumi
kembali menjadi debu
teramat debu
Tampaknya, Mas’ut punya minat utama untuk mengotimalkan alam dan materialnya sebagai kekhasan religiusitasnya yang terbahasakan sebagai perambahan ucap kepenyairan. Tapi, ini bukanlah pandangan final sebab masih banyak puisi-puisi Mas’ut yang belum sempat terbaca, terlacak diakibatkan publikasi yang sampai hari ini tersebar di media-media massa. Saya hanya bisa berharap, peluang pembacaan secara utuh suatu saat terwujud jika ada upaya pendokumentasian puisi-puisi Mas’ut dalam sebuah buku. Kehadiran buku puisi Mas’ut di satu sisi akan memperkaya pembacaan perkembangan perpuisian di Banyumas, dan di sisi lain melengkapi referensi buku-buku puisi yang hadir di wilayah kreatif Banyumas setelah Bambang Set menerbitkan buku puisi Kata Di Padang Tanya (ed. Abdul Wachid B.S. 1997), Badruddin Emce menerbitkan Binatang Suci Teluk Penyu (2007) atau yang terbaru Dharmadi menerbitkan Aura (2011). Semoga harapan pribadi ini segera menjadi kenyataan.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae