Selasa, 15 November 2011

Mengenang Eskoda

Olanama *
http://olanama.blogspot.com/

Tak ada yang ingat persis, kapan ia melenceng dari jalan dan membentur pagar tembok di jalan Eltari. Isi kepalanya terburai. Rekan-rekannya di Flores Pos, harus membolak-balik koran lama, untuk mengingat tanggal kematiannya. Dia hanyalah lelaki dekil yang tidak sempat menikah. Hidup di kamar darurat. Merokok. Melukis. Sesudah itu mati. Dan tentang kematian, ia menulis:

Kuusung jenasahku sendiri
Menyinggung tepian samodra
Angin yang mengawal pantai
Menebar bau kematian ini

Kumakamkan diriku sendiri di sini
Tanpa kembang seribu janji
Tiada pula syair-syair kebangkitan…

Puisi yang tercatat di seri Buku Vox ini, ditulis Eskoda tahun 1999 ketika masih belajar di Ledalero. Waktu itu ia masih berkemauan menjadi seorang imam. Tapi idealisme membawanya pergi dari biara, dan mengabdikan hidupnya hanya kepada seni. Lihat saja berbagai karikatur yang pernah menghiasi halaman Dian dan Flores Pos antara tahun 2000-2003. Lihat saja berbagai lukisan yang tergantung, baik di Nita Pleat, Maumere, semasa masih kuliah, maupun di Biara santu Yosef, Ende, semasa menjalankan orientasi pastoralnya. Om Sius teman kosnya di jalan Eltari seperti masih mencium bau cat dari sisa lukisan Eskoda. Tapi tidak banyak yang tahu, bahwa selain mati sebagai pelukis, Eskoda yang mantan wartawan Flores Pos itu, juga adalah seorang penyair. Puisi-puisinya tersebar di setiap terbitan majalah dinding kampus, maupun di halaman seri buku Vox. Tesisnya tentang Chairil Anwar menunjukkan besarnya minat pada puisi. Bahkan cara ia merokok, tak ubahnya Chairil Anwar dalam kumpulan puisi: Aku Ini Binatang Jalang.

Apa pentingnya Eskoda? Idealismenya. Ketika sama-sama bekerja di dapur majalah Vox, Eskoda telah menyatakan niatnya untuk menggali sastra Flores, yang menurutnya, masih seperti lahan tidur. Para pegiat sastra Flores masih bisa dihitung dengan jari, itu pun hanya sekedar memenuhi hobi. Kita hanya bisa mencatat Dami N. Toda yang mendunia. Selebihnya, tak seorangpun benar-benar terjun ke dunia sastra. Ada John Dami Mukese dengan Doa-Doa Semesta dan Puisi-Puisi Jelatanya. Mukese, sehari-harinya adalah seorang pastor. Ada Maria Matildis Banda, juga tidak benar-benar purna waktu. Dan ada puluhan penulis lainnya yang menyebarkan tulisan secara temporal di koran lokal. Satu-satunya terobosan, telah dibuat oleh Ledalero lewat festival yang menghasilkan kumpulan Cerpen dan Puisi: Tapak-Tapak Tak Bermakna.

Idealisme yang ditawarkan Eskoda, masih berupa mimpi yang telah coba diterjemahkan dalam hidupnya. Dalam pembicaraan suatu hari di tahun 2000, ia sempat ragu antara memilih jalan imamat dan jalan sastra. Saya meyakinkannya dengan sebuah surat dari Rusia. “Tentu, teman menyisakan pertanyaan tentang bagaimana tugas pokok sebagai imam. Tapi imamat adalah suatu tamasya yang menyenangkan. Kapal yang membawamu pergi akan menyinggahi seribu tempat untuk melahirkan puisi yang tidak akan kau ciptakan bila kau diam di rumah dan mengurus anak-istrimu. Kau hanya akan sedikit direpotkan dengan doa untuk menyenangkan penderma dan para pemimpin agamamu, dan tentunya merayakan misa seperti apel bendera di senin pagi. Tapi ada beda, bahwa dulu pada setiap hari senin kita menggerek sepotong kain kumal untuk mendengar amanat inspektur upacara yang klise dan membosankan. Sedangkan kini dalam khotbahmu, engkau menggerek beribu-ribu lembar Kitab Suci yang isinya penuh muatan sastra, lebih-lebih Perjanjian Lamanya yang mempesona.

Di kemudian hari ketika Eskoda meninggalkan biara, saya tahu, surat itu tidak mempan. Dia tidak membalasnya. Tapi dengan tekun saya mengikuti setiap investigasinya di Flores Pos. Ia memburu berita. Ia Melukis. Ia menulis puisi dan artikel. Sendirian. Tidak menikah. Mati. Tak seorang pun peduli idealisme apa yang pernah Eskoda usung. Tapi dari produktivitasnya yang tercecer di sana sini, dia telah menyumbang sesuatu yang berharga bagi seni.

Lalu bagaimana dengan sastra Flores yang pernah sesumbar untuk ia gali? Sepertinya kematian memenggal segala. Ia yang sendirian di liang kuburnya, telah memproklamirkan kesedihan itu. “Kuusung jenasahku sendiri menyinggung tepian samodra. Angin yang mengawal pantai menebar bau kematian. Kumakamkan diriku sendiri di sini.Tanpa kembang seribu janji. Tiada pula syair-syair kebangkitan.

Eskoda telah berjuang untuk mengusung idealismenya. Lilin yang coba ia nyalakan tak kuat melawan angin. Ia memakamkan kegagalannya sekaligus memadamkan lilin yang coba ia nyalakan. Ia juga seperti ragu akan kebangkitan. Hingga ajalnya, tak pernah ada perbincangan tentang sastra Flores. Jika sekali kelak Flores mewujudkan diri sebagai provinsi, kita pun harus bicara tentang tradisi kebudayaan dan khasanah sastra daerah. Tapi jejaknya tidak pernah kita tahu dari mana. Tidak juga dari Eskoda.

Sedianya saya menulis lagi sebuah surat untuk menantang. Di catatan harian, tertulis 14 April 2003. Siapa mengira kalau tanggal itu adalah hari kematian Eskoda? Surat itu tak jadi dikirim setelah mendengar berita kematiannya. Membaca ulang surat itu terasa seperti menggali potongan mimpi yang terpenggal.

“Eskoda….

Gairah untuk memperistrikan sastra menggebu-gebu di sini, ketika kita mendapati hampir semua orang amat gemar membaca. Di ruang-ruang tunggu, di bangku-bangku metro dalam kepadatan penumpang, bahkan di atas jambangan selagi mencemplungkan tinja, orang tak berhenti membaca. Tentu tidak semua membaca sastra. Tapi menilik kenyataan bahwa para sastrawan besar Rusia sangat dimanjakan oleh apresiasi masyarakatnya, kita bisa memastikan bahwa karya mereka tidak tinggal diam di rak-rak buku berdebu. Kita bisa dengan gampang menemukan satu bait puisi Aleksander Pushkin pada sesobek kertas. Kita bisa menjumpai patung Gorki atau Tolstoi atau Destoyevski yang tegak di setiap kota kelahiran mereka. Dan kita bisa mendengar karya mereka dibacakan pada setiap peringatan hari ulang tahun. Satu langkah lagi kita harus memindahkan gairah ini ke sebuah pulau kecil, Flores, tempat di mana sastra akan dikawinkan dengan tradisi budaya kita yang kaya namun belum terjamah.

Kini, setelah empat tahun kematiannya, tak ada tanda kebangkitan yang berarti. Seperti ingatan yang kabur tentang kapan meninggalnya seorang Eskoda.
_________________
*) Olanama, Lahir di Horinara, Adonara, Flores Timur, NTT. Belajar Filsafat di Ledalero Maumere. Menyenangi sastra. Pernah magang di Institut Sosial Jakarta bersama para pemulung di Bantar Gebang-Bekasi. Sejak 2001-2005 tinggal di Rusia. Sekarang bekerja sebagai editor pada Penerbit Nusa Indah dan mengasuh Majalah Anak Kunang-Kunang

Dijumput dari: http://olanama.blogspot.com/2008/04/mengenang-eskoda.html

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae