Sabtu, 23 Juni 2012

SELIR, OH… SELIR

KRT. Suryanto Sastroatmodjo
http://sastra-indonesia.com/

Omong soal selir, pikiran pastilah langsung istri banyak. Paling tidak lebih dari satu. Tetapi istri lebih dari satu pastilah selir? Inilah yang menarik untuk disimak dan diperhatikan. Itu adalah gejala yang ada di masyarakat, yang kadang mengundang pro dan kontra. Biasa, seperti halnya hidup itu sendiri mengundang pro dan kontra. Lantas bagaimana tentang selir di tanah Jawa ini atau khususnya di seputaran kalangan kerabat raja yang disebut ningrat atau priyayi yang sering dijadikan panutan masyarakat.

Masih ingat Douwes Dekker yang nulis Max Havelaar? Ia menyebutkan, ada empat hal yang dominan dalam kehidupan priyayi. Pertama, bahwa dalam kehidupan lahir-batin bangsa berkulit coklat (pribumi), para priyayi banyak yang ambigous atau mendua. Misalnya, di satu pihak setia terhadap Gubermen van Nederlandsch-Indie, di lain pihak haruslah setia pada raja atau ratu pribumi sendiri yang ketika itu dalam lingkungan Praja Kejawen atau Vorstenlanden (yakni 4 kerajaan Jawa, yakni Kasunanan Surakarta, Kasultanan Yogyakarta, Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman). Ambiguitas dan dualisme ini dibedakan menurut kutub-kutub adat istiadat lokal yang tak lepas dari ikatan etika dan politik, antara setia pada penjajah dan juga loyal terhadap raja sebagai penguasa trah Mataram.

Kedua, masih menurut Dekker, ada perbedaan hakiki dan konvensional antara pejabat yang merasa tentang adanya hak-hak administratif mereka sebagai abdi gubermen yang otomatis selaku priyayi-ambtenar yang feodalistik dan patuh terhadap perangkat yang membawahi mereka selaku pegawai negeri yang memiliki hak-hak istimewa.

Ketiga, dalam hal ini maka tidak hanya lingkungan kerja yang serba berbeda dan serba berkecukupan, namun juga mempunyai kelimpahan dalam berbagai hal yang sifatnya kenikmatan manusiawi termasuk kenikmatan seksual yang hanya mereka yang berhak merasakannya. Sedang lapisan rakyat jelata tak berhak merasakan. Lapisan rakyat jelata tak boleh merasakan dengan pertimbangan bahwa mereka “tak berkelas.”

Keempat, dalam kaitan tentang keharuman yang melimpah tersebut, orang ternyata boleh meresapkan limpahan dan keistimewaan dalam perkawinan yang subtil yang sengaja hendak berlebih-lebihan. Beberapa yang patut dipakai sebagai alasan pemberkatan trah ini:

1. Perkawinan bukan mengambil corak satu lawan satu atau monogami melainkan polygami yang mewartakan bahwa dalam hal ini maka ada banyak pasangan wanita di samping satu pria ada banyak istri diperlukan buat memperkokoh status penguasa tunggal. Ini disebut sebagai suatu warasandamani yang tak boleh diganggugugat.

2. Antara para istri tersebut, harap dibedakan antara garwa padmi atau garwa utama, istri prima bagi sang suami, sementara istri-istri lainnya disebut selir atau garwa ampeyan dan hak-hak istimewa dalam politik, ekonomi, sosial hanya tertuju kepada sang first lady yang begitu kharismatik. Sistem ini disebut “lamdaruwinaya” atau bahwa apa yang dikehendaki istri pinilih tak boleh didesak oleh istri-istri sampingan saja.

Pada hakikatnya konsep perseliran dalam adat priyayi, yang dicontoh adalah teladan dewa, seperti misalnya Raden Panji Inu Kertapati (Asmarabangun) mengikuti teladan Dewa Kamajaya (strirandapalupi), kemudian ide Raden Arjuna yang sanggup berpoligami sempurna (pranundradipta), kemudian teladan Raden Soma tatkala mengawini Dewi Angnyawati (strilaku-tambulinari) dan tak lupa mengikuti jalur kesempurnaan kasih Rama dan Sinta (dwiparandacihna) yang diperteguh kekuatan Dewa Semar Ismaya (datunalajigja) yang potensial.

Dalam hal inilah maka konsep tersebut langsung dibumbui oleh jaminan langkah-laku-asmara menurut Asmaradana dan Kamasutra yang merupakan pasukan klasik India. Asmaradana dipenggal dari ajaran Asmarandana Yadnyatanti dalam ujaran Dwipara Patayadnya Puranasangka yang dalam dasar-dasar poligami yang teratur ini maka orang pun terpacu dalam perimbangan sebagai berikut:

Utara: Devatalistu – maka garwa padmi atau permaisuri dominan tetapi para selir hendaknya bertindak sebagai pelayan. Di sini aroma biologis menjadi pedoman bertindak riil.

Timur: Pradiptamani – maka peranan selir pertama dari para selir diunggulkan, sedang permaisuri jangan terlibat dalam pemainan kamasutra-asmaragama tersebut. Maka, senioritas memegang peranan pada laku-laku.

Selatan: Jalanidiksetra – maka selir kedua dan ketiga mendapat peluang sebagai kreator dalam seni senggama, pria hanya menurut. Harus ada apresiasi dalam melaksanakan kiprah cinta sejati.

Barat: Indivatidevi: selir-selir saling bergantian melayani pria sebagai sentranya.
Sedangkan mengikuti: barat laut (paranidenta), timurlaut (ulayuwideha), barat daya (citraprajeki) dan tenggara (winantuwarih) masih terikat poros unggulan semesta yang disebut: widhisutra wiwaha.

Keyakinan tentang indogami dan eksogami adalah ditentukan oleh nilai-nilai paternalistik Sang Raden – yang kemudian bergelar Tumenggung, Adipati, pangeran dan Susuhunan. Bahwa Selir dan tragedi perseliran sifatnya tantramuni-anjali, bahwa siapa calon istri utama (garwa padmi) siapa selir (ampeyan) itu hak sepenuhnya dan mutlak di tangan pria yang identik dengan Dewa Kama Rajamandala.

Sedang dalam dua buku bergengsi Over de Oorsprong van hey Javaansche Toneel dan Panji, The Cultural Hero, A structuralstudy of Religion in Java, William Huibert Rassers, menegaskan: bahwa selain masalah selir berdasarkan konsep negararatuweni, yakni bahwa potensi dari akar problema kerumahtanggaan berdasarkan pepakem alur-winih-jalanti yang dipetik dari dasar pemikiran sedari zaman Kediri dan Jenggalamanik yang kemudian dileluri oleh Singasari dan Majapahit.

Alur-winih-jalanti tadi termaktub dalam Anglur Estri Wijayanti, yang dasarnya adalah stri-Nareswari yang telah ditulis oleh Raja Erlangga sendiri (948-1003) yang dibantu Mpu Bharada. Pada zaman ketika Jayanegara hendak wafat 9 tahun 1292) maka ia mengirim ekspedisi Pamalyu ke negeri sekitar Selat Malaka dam Lautan Hindia dan kitab “Hariharandaru-murti” telah disebarkan luas antara lain mengatur perkawinan raja-raja Jawa dan Melayu, kepahlawanan Panji dilukiskan saat Raja Kediri Kameswara bertahta, maka Permaisuri bernama Dewi Sekartaji (Kirana Ratu) dan di samping itu terdapat sejumlah istri: Angreni, Waragamit, Tulungtaris dan lain-lain.

Sex Para Selir: Kesepakatan yang diterima oleh para putri yang diatur agar posisi mereka harmonis dan stabil, maka perantara itu bernama: Hannuradikawineya-matik-pranantitis atau bagaimana raja perwira sanggup menempatkan tata letak yang harmonis para istri, dan bagaimana semua itu menjadi hambangun-turut susilastuti adiwiwaha.

Sementara itu di Tanah Jawa yang semula terangkum dalam Javantara, Jambudipa, Swarnadwipa (Sumatra) dan Lokandayawerti (daerah luar jawa) maka kita melihat konsep selir cenderung pada nilai-nilai demokratis yang saling membutuhkan demi terselenggaranya asmaragama (hubungan seksual).

Apabila di atas tersingkap wawasan Douwes Dekker yang melihat bahwa konsep perkawinan (di mana selir-menyelir tak bisa ditinggalkan) maka nilai-nilai kepuasan personal menjadi suatu harapan total dan prinsip buat awetnya program tata sastra yang harus berlangsung secara sempurna.

Dengan demikian, adanya komposisi-komposisi kepuasan hati, kegembiraan sukma dan bukan hanya kenikmatan seksual sudah barang tentu mengikuti bagaimana wacana spiritual haruslah lebih berbobot ketimbang hasrat birahi, hasrat tubuh daging semata. Dengan demikian dikehendaki adanya keselarasan dari sukma, olah tubuh, rasa rindu, regenerasi utuh, otot yang tentunya dapat mengarut arah lajunya poligami ini. Aktivitas apa pun yang didorong oleh sebuah kemuliaan prima insani lebih menonjol, ketimbang hanya persepsi sensasional yang naif semata.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae