Selasa, 19 Desember 2017

DONGENG DAN BAHASA AS LAKSANA

Umar Fauzi Ballah
Kompas, 30 Mar 2014

"Dia menulis dengan cara mendongengkan, bisa juga dengan cara resensi,
atau cara esai. Semua teknik itu menjadi karnaval seperti pelangi."

Ketika berhadapan dengan AS Laksana sesungguhnya kita sedang berhadapan dengan dua rupa, yakni esai dan fiksinya. Selain piawai berbahasa dengan esai, ia juga piawai berbahasa dengan cerpen.

Pengalaman menakjubkan, bahkan jauh lebih menakjubkan dari esai-esainya, adalah ketika berhadapan dengan Murjangkung. Ketika menikmati Murjangkung, mau tidak mau dan tanpa sadar akan ingat pula pada esainya. Cara berbahasanya di beberapa bagian nyaris serupa. Namun, tentu AS Laksana sadar bahwa ia sedang menulis cerpen, bukan esai. Hal terpenting yang perlu dipahami dari cerpennya adalah teknik (men)dongeng sebagai style dan gaya khas AS Laksana. Walaupun demikian, secara interteksutual, gaya cerita AS Laksana dalam khazanah sastra Indonesia mengingatkan saya pada absurdisme fiksi-fiksi karya Budi Darma.

Klausa kau tahu

Jika kita awas pada apa yang menjadi karakter AS laksana, kita akan paham bahwa pengarang ini gandrung dengan klausa kau tahu, tidak hanya dalam esainya, tetapi juga dalam cerpennya. Klausa tersebut selalu muncul dalam setiap cerpennya. Setidaknya, ada 76 klausa kau tahu yang diucapkan narator, 2 klausa kau tahu sebagai bentuk percakapan antartokoh (hlm.71 dan hlm. 160), dan sebuah klausa yang dijamakkan, kalian tahu, yang terdapat pada cerpen “Cerita untuk Anak-anakmu.” Khusus pada cerpen tersebut, klausa kalian tahu memang tepat karena narator sedang berdongeng kepada anak-anak. Namun ternyata, tetap muncul klausa kau tahu pada paragraf yang lain.

Klausa kau tahu adalah pintu masuk bagaimana pengarang sebagai narator menempatkan posisinya dalam cerpen dan pembacanya. Pengarang menggunakan sudut pandang orang pertama yang seolah secara langsung membacakan cerita kepada pembaca dengan sapaan “kau tahu.” Karena itu, penting bagi kita memahami pengarang dan narator. Pengarang adalah AS Laksana. Narator adalah “yang hadir” membacakan cerita. Dialah yang selalu mengatakan kau tahu dan menyapa kau. Karena itu, dalam beberapa cerpen yang seolah menggunakan sudut pandang orang ketiga, menjadi batal karena kehadiran kau yang tak lain disapa sang narator, pendongeng, sebagai aku yang tersembunyi.

Lain dari itu, karena sedang membacakan dongeng, dan sebagaimana umumnya dongeng, narator tak lupa menyampaikan amanat-amanat yang disampaikan secara tersurat. Dalam hal ini, narator menyampaikannya dalam berbagai nasihat. Amanat (baca, nasihat) dalam cerpen-cerpennya bertaburan seperti bintang. Ada yang baik dan ada yang sinis. Perhatikan petikan cerpen “Seorang Utusan Memotong Telinga Raja Jawa” ini.  Karena itu, kau tak perlu cemburu jika suatu saat berpapasan di jalan dengan lelaki buruk rupa yang sedang menggandeng tangan perempuan jelita. Perlu kutegaskan nasihat ini karena kau mungkin pernah memaki dalam hati ketika melihat lelaki buruk rupa berpasangan dengan perempuan cantik. Ingatlah bahwa pada tengah malam nanti, ketika si perempuan mencium kening lelaki itu, si buruk akan menjadi tampan.

Karnaval

Bahasa AS Laksana yang satire dan sinis itu tidak lain adalah efek sebuah karnaval. Dalam bahasa yang lebih sederhana, karnaval dalam sastra, sebagaimana dikatakan Letche, adalah canda tawa, seperti parodi, ironis, dan satiris. Ia tidak memiliki objek. Karnaval bersifat struktur ambivalen. Logikanya bukan benar atau salah, melainkan logika ambivalen. Dengan perkataan lain, karnaval adalah hakikat karya sastra sebagai kirab, struktur pawai, tokoh-tokoh secara bebas bersembunyi di balik topeng, parodi terhadap bentuk, dan konvensi yang sudah stabil. Karya sastra memberikan kemungkinan terhadap hal-hal yang dalam kehidupan sehari-hari takmungkin terjadi (Ratna, 2007:264).

Karena itu, dalam Murjangkung kita bisa menjumpai berbagai anakronisme seperti kisah nabi, mitos, dan dongeng-dongeng yang ditabrakkan dengan kondisi kekinian dan dengan caranya yang parodis. Tokoh-tokoh yang ganjil dengan nama-nama yang antonomasia seperti si cacing, si belatung, Kadal, Kondom dan sebagainya. Nasihat-nasihat pun bisa dicomot berdasarkan mitos-mitos.

Karena AS Laksana pada saat yang lain adalah seorang esais ternama, sesungguhnya cerpennya pun menjadi bias antara bahasa fiksi dan nonfiksinya. Barangkali inilah bentuk karnaval yang lain. Ia bisa mencampur adukkan hal itu. Namun, pada saat itu, lahirlah ornamen baru yang mengakibatkan bahasa dan ceritanya menjadi gemerlap.

Keterampilan dan kerajinan berbahasa dalam Murjangkung, bahkan sampai pada tataran diksi. Kata-katanya berkilauan. Mungkin, cerita bisa kita dapati. Namun, dalam Murjangkung, diksi adalah unsur tersendiri yang tidak bisa dilewatkan begitu saja. Di dalamnya kita bisa memetik sesuatu yang membuat kita tercengang, tersenyum, dan tertawa lebar seperti petikan ini, Begitulah, pagi itu, sebelum para pemalas turun dari tempat tidur, sebuah persekongkolan telah terbangun… pada saat-saat tertentu ia sengaja memperlihatkan kepada ayahnya betapa dekat ia dengan ibunya, menggelendot-gelendot manja, menyerempet-nyerempet bahaya.. (“Seto Menulis Peri, Pelangi, dan Para Putri”)

AS Laksana tidak punya pretensi untuk menuliskan “sejarah” dalam cerita-ceritanya. Namun, hal itu mengalir dengan sendirinya. Ia juga tidak hendak dengan sengaja mencantumkan secara tersurat unsur amanat dalam cerpennya.Namun, hal itu muncul laiknya seorang pendongeng dalam tuntutannya mendongeng.

Satu hal yang pasti bahwa AS Laksana menulis dengan cara satire yang membuat pembaca bisa tersenyum sekaligus terhenyak. Dia sangat pandai mengolah itu semua menjadi hiburan dan perenungan. Karya sastra, sebagaimana pada teori yang cukup purba, bertujuan seni untuk seni atau seni untuk masyarakat. AS Laksana mampu merengkuh itu semua. Karena itu, dia menulis dengan cara mendongengkan, bisa juga dengan cara resensi, atau cara esai. Semua teknik itu menjadi karnaval seperti pelangi. Semuanya menjadi sebuah anekdoke yang mengasyikkan.

*) Umar Fauzi Ballah, kritikus dan pengajar di Ganesha Operation, Sumenep. Twitter @uf_ballah
http://www.aslaksana.com/2015/05/dongeng-dan-bahasa-as-laksana.html

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae