Rabu, 12 November 2008

Bhineka Tunggal Ika dalam Prosa

Dwi Fitria
http://jurnalnasional.com/

Pengarang kita memaknai keindonesiaannya dengan cara masing-masing.

Max Lane, penerjemah karya-karya Pramoedya pernah mengatakan bahwa sejarah dan sastra adalah dua alat paling andal untuk membentuk konsep kebangsaan dalam diri individu sebuah bangsa. Dalam bukunya Bangsa yang Belum Selesai, Max Lane menekankan bagaimana pentingnya memelajari ulang sejarah dan sastra untuk membentuk karakter bangsa Indonesia.

Kondisi suatu bangsa dapat dilihat dari karya sastranya. Oleh karenanya kualitas pemahaman seorang pengarang mengenai makna jati dirinya sebagai bagian dari sebuah bangsa akan tercermin dalam karya-karyanya. Para pengarang mutakhir memiliki cara masing-masing untuk memaknai keindonesiaan mereka.

Sebagai seorang pengarang, Puthut EA berusaha melihat permasalahan yang sedang dihadapi bangsa dengan cara kritis dan kemudian mengolahnya dalam medium sastra. “Concern saya lebih di cerpen, meskipun tidak utuh, saya menggambarkan segi-segi kecil wajah Indonesia dengan cara sendiri,” ujar pengarang kelahiran Rembang, 28 Maret 1977 itu.

Dalam kumpulan-kumpulan cerpennya Sebuah Kitab yang Tak Suci (2001), Dua Tangisan pada Satu Malam(2003) dan Sarapan Pagi Penuh Dusta (2004), Puthut mengangkat hal-hal yang berbeda sesuai dengan perhatiannya pada masalah sejarah, kebudayaan, perempuan juga agama.

Puthut sendiri percaya bahwa sastra adalah representasi dari kondisi Indonesia. Apa pun bentuknya, karya setiap pengarang adalah kepingan-kepingan yang secara keseluruhan membentuk wajah Indonesia saat itu.

Kearifan lokal
Ia mengambil contoh Laskar Pelangi dan Ayat-Ayat Cinta yang laris manis bak kacang goreng di pasaran. Dua karya itu menggambarkan Indonesia dari sudut pandang yang amat bertolak belakang. “Saya memandang kedua karya itu dalam konteks keindonesiaan. Yang satu sarat dengan gagasan modernis, sementara yang lain memperlihatkan adanya kecenderungan laki-laki sentris,” ujarnya. Meski bertolak belakang kedua buku itu menggambarkan apa yang sedang terjadi di dalam masyarakat saat ini.

Lain Puthut, lain Cok Sawitri. Penulis perempuan kelahiran Sidemen, Karangasem, Bali 1 September 1968 itu melihat keindonesiaan sebagai penghormatan terhadap keragaman yang ada di nusantara. “Kekuatan bangsa Indonesia terletak kepada keberagamannya. Oleh karena itulah menurut saya keindonesiaan maknanya adalah rasa hormat kepada martabat juga semua kearifan lokal yang ada di seluruh pelosok Indonesia.”

Sehingga menurut Cok, saat bertemu orang-orang dari berbagai daerah yang berbeda dipertemukan, tidak akan ada yang merasa lebih atau kurang, karena sesungguhnya semuanya adalah puncak-puncak tersendiri dari kebudayaan yang jika dipersatukan akan membentuk apa yang dimaksud dengan Indonesia.

Sayangnya kesadaran akan kebhinekaan ini semakin lama menurutnya semakin menurun. “Perkembangan bangsa Indonesia saat ini, melenceng jauh dari cita-cita awalnya. Sehingga kelompok minoritas cenderung terpinggirkan. Padahal yang disebut Indonesia sekarang berhutang budi pada semua elemen yang membentuknya.”

Ketidaksadaraan akan kebhinekaan ini dikhawatirkan Cok akan berakibat buruk terpecah belahnya Indonesia di masa mendatang. “Mungkin belum kita rasakan, tapi tak mustahil perpecahan semacam itu bisa terjadi dua puluh tiga puluh tahun ke depan. Jika kesadaran mengenai kebhinekaan ini tak juga dipulihkan,” katanya. Penawar satu-satunya bagi kondisi ini adalah ditegakkannya Pancasila dalam berbagai aspek kehidupan. Termasuk juga dalam sisi sosial budayanya.

Kesadaran inilah yang kemudian mendorong Cok untuk mengeksplorasi legenda serta kekayaan folklore lokal dalam banyak karyanya. Janda dari Jirah, Karyanya yang teranyar diterbitkan oleh Gramedia pada 2007 lalu, mengangkat kembali sosok Calonarang, dengan menggunakan sudut pandang yang lebih positif. Bertolak belakang dari penggambaran Calonarang selama ini, pada Janda dari Jirah, sosok itu digambarkan sebagai perempuan sakti yang bijaksana.

Saat ini Cok juga sedang membuat rekonstruksi kitab Sutasoma. “Itu cara saya untuk mengapresiasi keindonesiaan saya. Dengan tidak membiarkan kekayaan budaya leluhur lenyap begitu saja,” kata perempuan yang juga aktif bergelut di dunia teater itu.

Sayangnya usahanya ini kerap tak mendapatkan apresiasi yang semestinya. “Buku saya yang terakhir misalnya. Penerbit menuntut untuk mengedit isinya. Padahal reinterpretasi semacam itu jika diedit tanpa pemahaman yang memadai tentang Sutasoma, malah akan merusak isinya,” kata Cok.

Dalam sebuah diskusi mengenai Globalisasi Ekonomi dan Kebudayaan Francis Fukuyama pernah mengatakan bahwa Globalisasi akan berjalan lurus dengan homogenisasi di bidang-bidang ekonomi, politik juga budaya. Namun ekonomi dan politiklah yang akan bersentuhan langsung dengan proses ini. Sebab untuk menjadikan dirinya maju, sebuah masyarakat haruslah berbentuk demokrasi, dan harus terkoneksi ke pasar global. Oleh sebab itulah homogenisasi terjadi lebih cepat pada institusi dan ideologi.

Dinamis dan terbuka
Sementara dalam level budaya, proses ini tak bisa dikatakan berlangsung sama cepatnya. Bahkan menurut Fukuyama, ada semacam resistensi terhadap homogenisasi budaya. Budaya adalah salah satu aspek yang tidak akan dengan mudah mengalami proses ini. Budaya dinamis dan terbuka tapi dengan mengacu pada nilai-nilai yang sudah terbentuk budaya akan menyeleksi dengan sendirinya hal-hal yang dianggap cocok atau tak cocok menjadi bagiannya.

Arus globalisasi memperderas aliran informasi yang masuk ke Indonesia. Tak terkecuali bagi para sastrawan, kemudahan akses ini tentulah membuat para pengarang semakin banyak terekspos pengaruh luar. Kondisi ini menurut Puthut EA bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan. ”Keindonesiaan kita sejak dulu adalah sesuatu yang dinamis, dan masuknya pengaruh luar bukanlah sesuatu yang perlu ditakutkan,” ujarnya.

Yang perlu mendapatkan perhatian justru mental terjajah yang telah sedemikian lama menjadi momok dan seolah-olah terinternalisasi pada karakter banyak orang Indonesia. “Memandang segala sesuatu yang datang dari Barat sebagai sesuatu yang wah, padahal sesungguhnya hal-hal yang datang dari budaya kita amat sarat imajinasi dan nilai-nilai. Cara pandang inilah yang harus dibalik,” kata Puthut lagi.

Hal ini juga berlaku dalam menilik kiprah sastra Indonesia di dunia internasional. “Kita terlalu naïf memandang kemajuan sastra negara lain. Jika yang dimaksud maju adalah dikonsumsi secara luas oleh masyarakat internasional, maka harus dipertanyakan adalah banyakkah pihak yang mendukung penerjemahan.”

Padahal secara kualitas, sejak dahulu bangsa Indonesia memiliki kekayaan yang sangat kaya. “ Kurang kualitas apa Serat Centhini, karya-karya Budi Darma, atau karya Pram,” ujarnya.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae