Nurel Javissyarqi*
http://forum-sastra-lamongan.blogspot.com/
Terlepas bapak presiden penyair Indonesia, Sutardji Calzoum Bachri berpendapat; “sebuah puisi besar pernah tercipta dalam sejarah bangsa ini.” Yakni teks Sumpah Pemuda, yang diumumkan pada tanggal 28 Oktober 1928 itu. Dan terlepas sebelum adanya istilah sumpah serapah, sumpah pocong atau lainnya. Telah bergaung kokoh keagungan Sumpah Palapa, yang dikumandangkan patih Gajah Mada, dari kerajaan Majapahit tanah Dwipa, yang tidak mungkin terhapuskan di bumi Nusantara.
Untuk menyatakan Bung Tomo sebagai Pahlawan Penyair Indonesia, ataupun Pahlawan Sastra Indonesia, di sini dihadirkan teks pidato beliau, ketika membakar semangat perjuangan rakyat di Surabaya. Yang tidak kalah mendagingnya dengan puisi-puisi besar yang berdarah-darah.
Maka semua pintu bisa dibuka, semua telinga boleh menyimaknya, tak ada istilah hanya penyair yang dapat jatah, semuanya dapat bagian serupa. Kecuali para pecundang yang membawa kabur harta negara, kecuali para koruptor yang tak jera-jera menimbun api neraka.
Waktu itu, menyambut Ultimatum Jendral Mansergh pada tanggal 10 November 1945, Bung Tomo membacakan teks pidatonya dengan jiwa berkobar, di depan radio Pemberontak, dengan suaranya yang lantang menggelegak, memekik langit, mencahayai kemerdekaan berbangsa dan bernegara Indonesia:
Bismillahi rokhmanir rokhim**
Merdeka!
Saudara-saudara rakyat jelata di seluruh Indoneisa
terutama saudara-saudara penduduk kota Surabaya.
Kita semua telah mengetahuai, bahwa hari ini
tentara Inggris telah menyebarkan pamflet-pamflet
yang memberikan suatu ancamana kepada kita semua.
Kita diwajibkan untuk dalam waktu yang mereka tentukan,
menyerahkan senjata-senjata yang telah kita rebut
dari tangan tentara Jepang.
Mereka telah minta supaya kita datang pada mereka itu
dengan mengangkat tangan.
Mereka telah minta supaya kita semua datang pada mereka itu
dengan membawa bendera putih
tanda bahwa kita menyerah pada mereka.
Saudara-saudara
di dalam pertemputan-pertempuran yang lampau,
kita sekalian telah menunjukkan
bahwa rakyat Indonesia di Surabaya:
pemuda-pemuda yang berasal dari Sulawesi,
pemuda-pemuda yang berasal dari Bali,
pemuda-pemuda yang berasal dari Kalimantan
pemuda-pemuda yang berasal dari Sumatera,
pemuda Aceh, pemuda Tapanuli
dan seluruh pemuda Indonesia
yang ada di Surabaya ini.
Di dalam pasukan-pasukan mereka masing-masing
dengan pasukan rakyat,
yang dibentuk dikampung-kampung
telah menunjukkan suatu pertahanan
yang tidak bisa dijebol,
telah menunjukkan satu kekuatan
hingga mereka itu terjepit di mana-mana.
Hanya karena taktik yang licik dari mereka itu saudara-saudara,
dengan mendatangkan presiden
dan pemimpin-pemimpin lainnya ke Surabaya ini,
maka kita tunduk untuk memberhentikan pertempuran.
Tetapi pada masa itu, mereka telah memperkuat diri,
dan setelah kuat, sekarang inilah keadaannya.
Saudara-saudara,
kita semuanya – kita bangsa Indonesia
yang ada di Surabaya ini
akan menerima tantangan tentara Inggris itu,
dan kalau pimpinan tentara Inggris yang ada di Surabaya
ingin mendengarkan jawaban seluruh pemuda Indonesia
yang ada di Surabaya ini, dengarkanlah ini tentara Inggris!
Ini jawaban kita!
Ini jawaban rakyat Surabaya!
Ini jawaban pemuda Indonesia!
Kepada kau sekalian hai tentara Inggris!
Kau menghendaki bahwa kita ini
akan membawa bendera putih
untuk takluk kepadamu!
Kau menyuru kita membawa senjata-senjata
yang telah kita rampas dari tentara Jepang
untuk diserahkan kepadamu.
Tuntutan itu, walaupun kita tahu
bahwa kau sekalian akan mengancam kita
untuk menggempur kita
dengan seluruh kekuatan yang ada!
Tetapi inilah jawaban kita:
“Selama banteng-banteng Indonesia
masih mempunyai darah merah
yang dapat membasahi secarik kain putih,
merah dan putih,
maka selama itu,
tidak akan kita mau menyerah
pada siapapun juga”
Saudara-saudara rakyat Surabaya bersiaplah.
Keadaan genting.
Tetapi saya peringatkan sekali lagi
jangan mulai menembak,
baru kalau kita ditembak,
maka kita akan ganti menyerang mereka itu!
Kita tunjukkan bahwa kita ini
adalah benar-benar orang yang ingin merdeka!
Dan untuk kita saudara-saudara,
lebih baik hancur lebur daripada tidak merdeka!
Semboyan kita tetap!
MERDEKA ATAU MATI!
Dan kita yakin saudara-saudara,
pada akhirnya pastilah
kemenangan akan jatuh kepada kita.
Sebab Allah selalu berada di pihak yang benar.
Percayalah saudara-saudara,
Tuhan akan melindungi kita sekalian.
Allahu Akbar. Allahu Akbar. Allahu Akbar!
MERDEKA!
Teks pidato tersebut tidak sekadar berbau puisi, pun hanya mengandalkan bunyi-bunyian sastrawi, namun telah melampaui peristiwa puitika. Teks yang berbau puisi maksud saya, yang mudah disadap tanpa berkeringat otak memeras hati. Saya rasa jika bunyi-bunyian semata, itu baru menuliskan lirik puitik, dan belum pada taraf hakekat puisi, apalagi peristiwa makna puitika.
Saya yakin, puisi di atas memiliki daya mangfaat yang tidak kalah heroiknya dengan teks Hikayat Perang Sabil yang panjang itu,*** dalam membakar semangat jihat kepada musuh dalam peperangan. Di sinilah letaknya, fungsi karya sastra yang sesungguhnya, bukan sekadar permainan kata sehabis berleha, tetapi kaki-kaki realitas perjuangan-lah yang melahirkannya.
Karya seni bukanlah sejenis rakitan tehnologi yang memudahkan orang-orang dalam kehidupan, jikalau menganggap kata-kata bukan sekadar pipo ledeng. Kata-kata hadir dari kesadaran, kepercayaan, keyakinan yang menderukan rupa. Maka bentuk-bentuk keisengan, menggigil di sudut-sudut jauh, terlempar dari permukaan cahaya, jika tak menginsafi kebodohan langkah pertama.
Apalah yang didapat, dari pelesiran jauh selain nikmat? Membaca buku-buku misalnya. Sungguhlah banyak kenangan serta mendapati saripati ilmu. Dan orang-orang menganggap menulis puisi itu mudah, lainnya tidak, lebih sulit daripada mencipta buku dengan gagasan serupa. Banyak penghayat puisi itu repot mencari padanan makna. Yang lain terdiam, sambil merasakan pergulatan bathin kesadaran kata-kata, bersama waktu-waktu menafaskannya.
Sebuah apel ialah buah apel, bukan pepaya. Adam diberikan kesadaran kata-kata oleh tuhan, beserta benda-benda yang disebutkan-Nya. Jadi hakekatnya, tidak ada kebebasan makna kata-kata, ketika menyadari setiap kata memiliki makna. Adalah paradok, jikalau yakin setiap kata mengemban makna, namun lantas membebaskannya.
Adalah setiap batok kepala menyimpan peristiwa berbeda. Andaipun bacaannya serupa, tidaklah lantas otomatis satu warna, itulah kebebasan tafsir. Bolelah manusia ugal-ugalan menafsirkan, namun yang patut diingat, tinta Keilahian telah mematri; “di manapun menghadap, wajah kebenaran tetaplah sama”.
Tidak ada hakim penentu, ketika kata-kata merasuk dalam kalbu. Hanya keyakinan itulah yang menentukannya, yang telah menanam kesadaran kata-kata bersama wujud-wujudnya. Keseluruhan bacaan, pengalaman yang mematangkan jiwa, saling memantul memaknai kata-kata. Inilah kesungguhan tafsir, membuka segala organ diri dalam merangkul memahami puisi, atau diri yang terejawantah syair-syinair hayati.
-----------
*) 4 Nov 2008, Pengelana asal desa Kendal-Kemlagi, Karanggeneng, Lamongan, JaTim.
**) Surabaya di Akhir Tahun 1945, disusun; Mohammad Moestadji, BA. Penerbit Bina Pustaka Tama Surabaya, cetakan pertama 1994.
***) Sastra Perang, Sebuah pembicaraan mengenai Hikayat Perang Sabil, oleh Prof Ibrahim Alfian, Penerbit Balai Pustaka, 1992.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar