Rabu, 14 Januari 2009

Budaya Melayu dan Otonomi Daerah

Abdul Malik
http://batampos.co.id/

Kebudayaan Melayu merupakan salah satu kebudayaan yang relatif tua. Persebaran dan pengaruhnya meliputi wilayah di antara Pulau-Pulau Madagaskar di sebelah barat sampai dengan Pulau Pas di sebelah timur, dan dari Formosa di sebelah utara sampai dengan Selandia Baru di sebelah selatan. Oleh sebab itu, kedudukan kebudayaan Melayu di Indonesia ini menjadi sangat penting dan menjadi salah satu kebudayaan utama yang memberikan kontribusinya dalam pengembangan kebudayaan nasional Indonesia.

Puncak kejayaan kebudayaan Melayu, seperti yang diberitakan oleh Yi Jing (I-tsing), bermula dari kegemilangan dan kecemerlangan Melayu Jambi-Sriwijaya (abad ke-7—12) yang dikenal sebagai kebudayaan Melayu-Budha. Masa Jambi-Sriwijaya itu dikenal sebagai Melayu tua.

Setelah kegemilangan Sriwijaya meredup, kejayaannya dilanjutkan oleh kerajaan-kerajaan Melayu yang berdiri di sepanjang Selat Melaka. Wilayahnya meliputi Pulau Sumatera, Kepulauan, dan Semenanjung Malaysia. Di antara kerajaan-kerajaan itu ialah Bintan-Tumasik, Kerajaan Melaka, Kerajaan Riau-Lingga-Johor-Pahang, dan Kerajaan Riau-Lingga. Begitulah kerajaan-kerajaan Melayu itu berkembang dan masyhur antara abad ke-12 sampai dengan akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, yang mengangkat harkat, martabat, dan marwah Melayu dalam naungan tamadun Melayu-Islam (sejak Melaka).

Pada masa kekuasaan kerajaan-kerajaan Melayu itu tamadun Melayu berkembang pesat. Hal itu dimungkinkan karena pelaksanaan pemerintahan atau penadbiran negeri diintegrasikan dan disebatikan dengan nilai-nilai Melayu dalam Kanun Kerajaan. Tak heranlah bila implementasi tamadun Melayu dilakukan dalam semua aktivitas kehidupan masyarakat di Tanah Melayu.

Invasi kekuatan asing, politik kolonialismenya (Portugis, Inggris, dan Belanda), tak dapat tiada menjejas keberadaan tamadun Melayu. Nilai-nilai budaya Melayu lama-kelamaan mulai berkurang perannya menuntun perilaku hidup masyarakat. Akibatnya, orang Melayu banyak yang kehilangan hubungan produk dan nilai-nilai budaya Melayu itu sendiri, kalau tak dapat dikatakan kehilangan jatidiri sama sekali.

Alam Indonesia merdeka ternyata belum membawa pencerahan kultural di kawasan ini. Orde Lama dan lebih-lebih Orde Baru yang otoriter dan sentralistis, kebudayaan Melayu tak dapat melanjutkan kecemerlangan masa lalunya. Pembinaan dan pembangunan kebudayaan—kalaupun dapat disebut begitu—dipusatkan di Jakarta tak memberi peluang luas bagi kebudayaan Melayu. Malah, ada kesan, eksistensi kebudayaan Melayu lebih baik pada zaman penjajahan Belanda dibandingkan pada masa rezim Orde Baru. Pasalnya, walaupun tak sepenting zaman keemasan kerajaan-kerajaan Melayu, pada masa penjajahan Belanda, hukum adat (hak ulayat, misalnya) masih diakui. Sebaliknya, oleh Orde Baru hak-hak adat seperti itu dicuaikan sama sekali.

Politik pemerintahan yang otoriter, sentralistis, hanya mementingkan pertumbuhan ekonomi tak hanya menyebabkan terjadinya tragedi degradasi ekologis dan ekonomis, juga degradasi kultural di tengah-tengah masyarakat. Generasi muda Melayu kehilangan hubungan batin dengan budaya nenek-moyangnya, padahal masyarakat dunia diakui sebagai salah satu kebudayaan penting. Sebagai akibatnya, generasi Melayu sekarang kurang mampu mengapresiasi nilai-nilai budayanya sendiri sehingga tak dapat mengimplementasikannya dalam aktivitas kehidupannya sehari-hari.

Dari nukilan sejarah serbaringkas di atas, dapatlah dipahami sisa keberadaan kebudayaan Melayu di Kepulauan Riau masih dijunjung tinggi pendukungnya setakat ini lebih banyak kontribusi dari kerajaan-kerajaan Melayu masa lampau. Di era otonomi ini, pembinaan dan pengembangan budaya Melayu itu harus dilakukan intensif lagi dalam mewujudkan masyarakat madani.

Sebagai bagian bangsa Indonesia, saat ini masyarakat Kepulauan Riau sedang terlibat konteks pembangunan persaingan industri global. Membawa serta budaya secara bersamaan. Budaya Melayu akan berhadapan dengan budaya asing, yang memang semakin dirasakan saat ini. Karenanya, perlu diupayakan peningkatan peran budaya Melayu di masyarakat Kepulauan Riau kini dan ke depan, agar penetrasi budaya asing yang negatif dapat dicegah.

Era otonomi daerah ini memungkinkan daerah-daerah, termasuk Kepulauan Riau, menegakkan supremasi kebudayaannya, budaya Melayu. Perlu dilakukan bukan demi kepentingan kebudayaan Melayu itu sendiri, tetapi sangat diperlukan masyarakat menuntun kelanjutan perjalanan hidupnya. Pasalnya, hanya berpedoman pada nilai-nilai budaya Melayu (sumber utamanya Islam) dibancuh serasi dengan nilai-nilai budaya luar yang positif, barulah pembangunan Kepulauan Riau dilakukan secara benar, baik, dan canggih sehingga memenuhi keperluan zahir dan batin masyarakatnya. Jika tidak, pembangunan tak akan pernah menyentuh keperluan masyarakat paling hakiki sehingga hasilnya hanyalah semu.

Kebudayaan anugerah Allah. Kepulauan Riau ditakdirkan menjadi wadah kebudayaan Melayu. Itulah sebabnya, Tuhan menempatkan orang Melayu penduduk asal kawasan ini. Sistem nilai utama seyogianya dianut di sini tak ada lain: sistem nilai Melayu. Jika dipaksakan dengan sistem nilai lain, kita menunggu detik-detik kemusnahan. Generasi Melayu hendaklah mengambil berat masalah ini.

Untuk mencapai matlamat itu, semua komponen Kepulauan Riau harus memiliki komitmen dan menjalankan fungsinya masing-masing. Eksekutif jujur dan ikhlas mengupayakan pengembangan kebudayaan Melayu kebijakan pembangunan yang dilaksanakan. Bahkan, nilai-nilai budaya itu harus tercermin di semua karya pembangunan dilaksanakan. Legislatif menggesa dan mendukung program kebudayaan Ilmuwan, budayawan, dan praktisi seni-budaya mengadakan pengkajian, melakukan kegiatan, dan menghasilkan karya seni-budaya dalam upaya pencerahan dan pencerdasan masyarakat. Organisasi kemasyarakatan, kepemudaan bernaung di bawah payung panji Melayu berusaha keras memajukan masyarakatnya secara arif dan bertamadun. Alhasil, rakyat melibatkan diri secara aktif di semua program pembangunan cinta dan damai. Barulah masyarakat merasakan mereka memang hidup di bumi Melayu, yang mereka adalah ahli waris sahnya. ***

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae