Rabu, 18 Agustus 2010

1876, Ruh Puisi Arthur Rimbaud di Salatiga

Nurel Javissyarqi
http://pustakapujangga.com/?p=464


Ruh puisi sebelum dituangkan penyairnya, masih mengawang di langit-langit bathin penciptaan. Betapa menggumuli cahaya rasa itu amat payah. Laksana air direbus di atas tungku dengan nyala api keabadian.

Mematangkan zat-zat pengalaman hingga tiada bakteri tersisa. Dari sana hadir kejelasan awal, tersugesti jiwanya sendiri demi memuntahkan gejolak terkandung lama. Sekelahiran musti, sesudah rindu tak tahan terbebani.

Kepercayaan terbit memusnahkan pekabutan was-was, tenggelamkan keraguan. Sirna bayang ketakutkan selama ini menghantui percintaan. Dalam peleburan ruang-waktu yang selalu digembol bersama kesadaran.

Tercapailah kata-kata dari mulut pena, menggambar di lelembaran kertas, memahat kayu kesaksian. Takdirnya melayarkan sampan nurani demi pelita umat manusia.

Kala raga bathin sukmanya dibuncahkan kepenuhan, menjalarlah dinaya kepenyairannya melalui jari-jemari cekatan menari dan terus-menerus bergetar.

“Putra Shakespeare” julukan dari Viktor Hugo (1802-1885) kepada Arthur Rimbaud. Menatap bayang dirinya tertimpa cahaya silam. Berbinar-binar matanya diruapi ruh nenek moyang terdekat. Membimbing jiwa-jiwa tidak jerah, kian kukuh beriktiar dalam pencarian.

Sampai titian akhir dirampungkan karyanya, dipelototi berulangkali di sana-sini. Dipangkas disesuaikan lebih manusiawi atau indrawi dari keadaan sebelumnya. Disimpan dalam kotak rapi, sebelum jarak penantian mempelajari yang berkisaran antara dirinya selama ini.

Kesungguhan berlanjut setelah keraguan menghantui balik, kecemasan diangkat kewaspadaan. Diambilnya catatan lalu, dibacanya keras-keras dalam bathin dan bersuara lantang. Di sinilah penyesuaian akhir terjadi.

Penggalan tiada ampun pada diri sendiri, pilihan kata melebihi jatuhnya hukum pancung. Warna diselaraskan melodi diseiramakan. Mematangkan hembusan perubahan yang selalu dikendarai. Jika ragu disimpan lagi, kalau dirasa purna diyakini berkesaksian akhir seperti awal kelahiran.

Bernard Dorléans dalam bukunya “Les Français et I’Indonésie du XVIe au Xxe siécle” menyebutkan Arthur Rimbaud berada di Jawa tahun 1876 sebagai anggota tentara Belanda. Kini izinkan diriku menafsirkan salah satu puisinya bertitel “Chanson De La Plus Haute Tour” dari buku Sajak-Sajak Modern Prancis Dalam Dua Bahasa, disusun Wing Kardjo, Pustaka Jaya, 1972:

LAGU MENARA TERTINGGI
Arthur Rimbaud

Datanglah, ya datang
Saat bercinta.

Aku sudah begitu sabar
Hingga semua kulupa.
Derita dan gentar
Ke langit musnah.
Dan haus maksiat
Membuat darahku pucat.

Datanglah, ya datang,
Saat bercinta.

Bagai padang
Terbengkalai lupa,
Belukar dan kemenyan
Tumbuh dan berbunga
Dalam dengung liar
Lalar-lalar kotor

Datanglah, ya datang
Saat bercinta.

Rimbaud, membangkitkan masa-masa penuh gairah dari dasar dirinya. Dinayanya diangkat melambung memenuhi panggilan jauh. Atau pribadinya yang menyerukan sebab musabab.

Lantas wajah-wajah berdatangan, berduyun-duyun mendapati kemungkinan. Kasih sayang menggebu dilumati rindu terdalam. Bersamanya segala ucapan mencipta atmosfer besar dalam rahim semesta.

Menebali keyakinan pada semua insan, laksana takdir digariskan. Tidak goyah meski seluruh penjuru dunia hendak menggagalkan. Itu ruh bathin mematangkan suara-suaranya menuju relung terdalam, kalbu jaman.

Kesabarannya menanti melululantakkan bangunan sejarah silam di atas timbunan kenangan pedih. Bebunga karang ingatan disapu hantaman gelombang atas luka-luka menggaramkan diri.

Hingga rasa gentar jua was-was, hanyut terseret arus hasratnya tak terjamah kembali. Musnah kecuali kehendak sah dan peleburan nafsunya memucatkan wajah-wajah ayu seampas tebu.

Atau kekelopak kembang layu oleh angin sayu mendadak menuakan waktu. Buah apel keriput sebelum terjamah jemari halus. Rimbaud memanggil kedatangan bayu bukan kemanjaan, namun pesona sumringah seasmara maut.

Datang angin purba membentur-benturkan mata anak-anaknya, pada bebatuan tebing meruncing legam. Di sana lelempengan waktu bersimpan hikayat kerinduan.

Tanah longsor menimbuni suara-suara lama, kini tergerus bayu pantai meniup tulang-belulang ribuan tahun silam. Yang terpendam menjelma batuan kapur, sepucat getir hujan dini hari.

Melupakannya kesadaran akan berpindah atau telah muksa. Kematian kekasih membayangi tercinta, terus mengharumkan percumbuan lekati bibir mengatup bergetaran.

Beterbangan seawan hitam melahirkan masa-masa menggoyang rerimbun kekokohan. Menara tertinggi kehadiran kala percintaan: maut selalu dirindu para pencari jalan keabadian.

Menjalarkan api abadi ke lorong-lorong buram. Hantu-hantu dibangkitkan bukan kangen, tapi petaka menimpa lama tersia.

Ngeri derita luput ke langit merah. Di padang-padang binasa berlipat amarah, datang sewaktu bercinta penuh gairah.

Demikian tafsiranku kali ini. Untuk riwayatnya aku petik dari buku Puisi Dunia, jilid I disusun M. Taslim Ali, Balai Pustaka, 1952:

Jean Nicolas Arthur Rimbaud (20 Oktober 1854 - 10 November 1891) penyair Perancis lahir di Charleville, Ardennes. Seorang berpendidikan agama, mula pendiam tapi tiba-tiba berontak meninggalkan sekolah dan ibunya, muncul di Paris pada usia 15 tahun. Langsung mendapatkan Paul Verlaine bersama sekumpulan sajak yang menggemparkan penyair-penyair di Paris. Yang kelihatan sajaknya berpandangan hayali dramatis. Fantasi serta perasaan halus melamun. Sajak bebasnya lincah, kata-kata yang dipergunakan sewarna bunyi bergeraknya gambar, asosiasi di sekitar satu metafor sebagai pusat.

Dari kumpulan ini mengalir arus simbolik masuk kesusastraan Prancis. Dalam beberapa hal Rimbaud dianggap pelopor aliran surealis, menulis sajak antara usia 15 dan 19 tahun. Himpunannya yang terkenal “Poésies”, “Une Saison En Enfer” , “Illuminations.” Sajak tersohornya “Le Bateau Ivre” penuh lambang peristiwa nasib-nasiban serta lukisan daerah-daerah jauh yang aneh.

Rimbaud tidak normal ini seakan sanggup melihat dengan mata bathinnya. Paul Claudel (1868 –1955) menganggapnya penyair terbesar yang pernah hidup. Setelah hampir ditembak mati oleh Verlaine, tiba-tiba menghilang. Menempuh hidup nasib-nasiban, berbakat di lapangan yang kurang cocok dengan pembawaan sastrawan. Menjadi pedagang gading, menjual senjata kepada Negus. Rimbaud meninggal di Merseille karena jatuh dari kudanya. Kakinya terpaksa dipotong, radang darah menamatkan riwayatnya.

Petikan http://en.wikipedia.org/wiki/Arthur_Rimbaud: tertulis, Mei 1876 mendaftar prajurit Tentara Kolonial Belanda demi berjalan bebas biaya ke Jawa (Indonesia), melakukan desertir dan kembali ke Perancis dengan kapal. Di kediaman walikota Salatiga, sebuah kota kecil 46 km selatan Semarang, Jawa Tengah, ada piagam marmer yang menyatakan Rimbaud pernah tinggal di kota.

Rimbaud dan Verlaine bertemu terakhir, Maret 1875 di Stuttgart, Jerman, setelah bebasnya Verlaine dari penjara. Saat itu Rimbaud menyerah menulis, memutuskan bekerja atau sudah muak kehidupan liarnya. Ada yang menyatakan berusaha kaya agar mampu hidup satu hari sebagai sastrawan independen. Terus bepergian secara ekstensif di Eropa, sebagian besar jalan kaki.

Di rumah sakit di Marseille, kaki kanannya diamputasi. Diagnosis pasca operasi ialah kanker. Setelah tinggal sebentar di kediaman keluarganya di Charleville, melakukan perjalanan kembali ke Afrika. Di jalan kesehatannya memburuk, dibawa ke rumah sakit yang sama. Pembedahan dilakukan dihadiri saudarinya Isabelle. Rimbaud meninggal di Marseille, dimakamkan di Charleville.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae