Jo Pakagula
http://pawonsastra.blogspot.com/
Menakar seorang Pramoedya Ananta Toer tidaklah mudah. Membicarakannya, secara tak sadar juga kerap menyeret kita kepada prasangka keberpihakan. Kesan masyarakat sastra terhadap Pram pada umumnya terbagi menjadi dua kelompok. Satu pihak memujinya selangit dan memujanya bak tanpa cela, pihak lain mencercanya habis-habisan tanpa mau menyelami lebih dalam siapakah sebenarnya Pram. Namun beberapa tahun terakhir nampaknya kian kentara upaya untuk menilai nominator Nobel bidang Sastra dan penerima Hadiah Magsaysay ini secara proporsional, lebih fair dan dengan hati yang jernih. Meski maaf, penilaian semacam ini masih sangat jarang kita dengar.
Memang susah untuk memahami Pram secara utuh sebagai sastrawan. Sudut pandang yang dibidik biasanya disertai balutan sastra yang kendati tipis, masih tercium bau kepentingan-kepentingan yang tak jelas relevansinya.
Bicara soal Pram kasusnya mirip-mirip dengan dua nama besar di Republik ini. Ketika ekonomi menjadi panglima, kebanyakan orang yang anti Soekarno hanya menonjolkan kekurangan, kesalahan dan sisi-sisi negatifnya, serta tak mau menyadari bahwa jasa Soekarno besar – bahkan sangat besar – bagi eksistensi NKRI. Jiwa patriotisme dan nasionalisme yang dikobarkannya dulu, terasa sangat dibutuhkan tatkala kondisi negara makin morat-marit dihantam krisis dan bencana, hingga kini.
Demikian pula dengan sosok Soeharto. Mereka yang tak suka akan cenderung melihat ‘tersangka sampai mati’ ini dari sisi gelapnya saja, sementara ada juga yang merasa yakin, pada zaman Orba pun terselip episode-episode yang terbilang manis bagi mereka. Tak mengherankan apabila pemahaman secara hitam-putih sering mengaburkan sensitivitas kita terhadap detail lain dari sang tokoh yang sedang kita perbincangkan. Pada akhirnya, kepicikanlah yang menyeruak, bukan kejernihan.
Politikus dan sastrawan memang berbeda, walau dalam beberapa tujuan bisa saling memanfaatkan. Begitu pula antara politikus dan intelektual, dua ‘profesi’ yang dapat bekerjasama sekaligus bisa saling menjatuhkan. Seorang rekan anggota Dewan pernah berterus-terang, di sela-sela persidangan yang nampak serius atau diserius-seriuskan, para wakil rakyat ternyata suka bercanda. Salah satu kelakarnya, “Seorang intelektual boleh salah, tetapi harus jujur. Sedangkan seorang politikus (termasuk mereka sendiri, anggota Dewan yang terhormat) tidak boleh salah, namun boleh tidak jujur.” Agak susah menebak sejauh mana tingkat akurasi kesesuaian kelakar ini dengan kenyataan yang terjadi di lapangan.
Layaknya perjalanan seorang anak manusia, Pram pun mengalami pasang-surut. Pada masa-masa sulit itulah pengarang yang memiliki memori kuat ini dirangkul oleh Lekra (Lembaga Kebudayaan Rakyat), yang memberikan tawaran cukup menggiurkan, antara lain berupa bantuan finansial dan order penerjemahan. Jadi, untuk urusan ‘dapur’ bagi Pram dianggap telah aman-aman saja. Secara sengaja atau tidak, Pram sering berperan sebagai corong kelompoknya, walau banyak rekan-rekannya yang sangsi, sebab secara ideologi belum tentu pengarang yang ‘keras hati’ sekelas Pram ini dengan mudah dapat dikendalikan.
Namun kenyataannya, tulisan Pram jadi kian garang. Ia memimpin rubrik Lentera yang muncul seminggu sekali di harian Bintang Timur. Di sana ia leluasa untuk menyerang seniman dan sastrawan yang bersebrangan dan berbenturan paham dengannya.Tudingan plagiator sempat hinggap pada Hamka. Dalam hal ini HB Jassin sebagai kritikus sastra berkomentar (dengan disertai argumentasi yang begitu kuat), bahwa Hamka memang sangat terpengaruh Al-Manfaluthi, tetapi jelas-jelas Tenggelamnya Kapal Van der Wicjk bukanlah karya plagiat. Artinya, dalam usaha ‘pembunuhan karakter’ ini memang terdapat unsur non sastranya. Kita tahu, Hamka selain sastrawan juga seorang ulama karismatik.
Tak cukup di sini. Tuduhan kepada Hamka kian ganas hingga ia mesti meringkuk dua setengah tahun dalam tahanan – tanpa proses peradilan – karena diduga makar dan berkomplot untuk membunuh Presiden. Apa mau dikata, pada era tersebut menentang penguasa akan dicap sebagai kontra revolusioner, komunisto phobi atau anti Nasakom. Stempel seperti tidak bisa dianggap main-main.
Budayawan dan sastrawan yang tak setuju dengan pemikiran Pram dan kawan-kawannya pun akhirnya menandatangani Manifesto Kebudayaan yang akhirnya dilarang oleh Pemerintah. Musik ‘ngak-ngik-ngok’ ala Koes Plus yang membius dan lagu cengeng Rachmat Kartolo yang mendayu pun jadi korban pelarangan karena dikhawatirkan mengendorkan semangat revolusi.
Toh, kita tetap tidak bisa menyalahkan Pram seorang. Ada sistem yang lebih besar, dengan otak-otak cemerlang yang merancang konsep dengan rapi serta menerapkannya dalam berbagai strategi guna memuluskan pencapaian keinginan mereka. Barangkali saja mereka memang piawai dalam memanfaatkan nama besar Pram. Kesalahan atau mungkin sesuatu yang mungkin dianggap salah itu, kini telah dibayar tunai oleh Pram. Penulis besar ini harus merasakan hidup terbuang selama sepuluh tahun di pulau Buru.
Tahun 70-an Jendral Sumitro sempat mengunjungi Pram di sana. Kunjungan ini berlanjut dengan penyerahan sebuah mesin ketik manual kepada Pram. Tapi tak seorang pun pernah mengira dari mesin ketik hadiah Jendral Sumitro ini akhirnya lahir novel-novel monumental semacam Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Rumah Kaca, Jejak Langkah serta beberapa judul naskah lainnya. Rupanya ada kesamaan yang menarik antara Pram dan Hamka. Dalam tahanan yang dilengkapi dengan beberapa model penyiksaan itu – termasuk disundut rokok – Hamka justru bisa menyelesaikan Tafsir Al-Azharnya, pekerjaan yang pasti mustahil ia kerjakan jika berada di luar tahanan. Hamka saat itu memang luar biasa sibuknya berceramah. Pram pun demikian, di tengah tekanan fisik maupun psikis, karya-karyanya yang hebat justru dapat tercipta.
Terlepas dari pernik politik serta segala sebab dan akibatnya, Pram memang seorang penulis besar. Sejak muda hidupnya diabdikan untuk mengembangkan dunia sastra. Tentu ada saatnya pendewasaan itu sedang berproses. Namun bahwa karya-karyanya secara kualitas sangat hebat dan mengagumkan, itu sudah diakui masyarakat sastra. Produktivitasnya pun sulit ditandingi. Tak kurang dari 53 judul buku telah diterbitkan, bahkan sebagian di antaranya sudah diterjemahkan ke dalam 41 bahasa dunia.
Saya jadi ingat sebuah film Nasional yang berjudul ‘Andai Ia Tahu’. Tokoh wanita dalam film tersebut – seorang penulis lepas – suatu ketika terjebak dalam lift macet. Ia hanya berdua saja dengan seorang cowok. Setelah berkenalan dan berbasa-basi sejenak, sang pria tiba-tiba bertanya, “Apakah obsesi utamamu ?” Tokoh wanita tadi menjawab cepat, “Ingin duduk bareng dan ngobrol sama Om Pram!”
Pram tetap seorang manusia, ada kurang dan lebihnya. Kata Agus Miftach (dari BAKIN) yang diberi tugas untuk mengawasi gerak Pram, penulis kelahiran Blora ini memang terlihat tak pernah sholat. Tetapi jika anaknya terlambat sholat, maka ia akan langsung mengingatkannya. Ketika anaknya mau menikah, ia malah menyuruh sang anak dan calon menantunya untuk belajar agama dulu kepada Hamka, ‘sahabat’ yang pernah dijegalnya sekian tahun sebelumnya.
Apa kata Pram tentang kematian? Penulis yang pernah mendapat surat dari Presiden Soeharto serta sempat membalasnya ini menyatakan, “Kelahiran selalu ditunggu orang padahal belum pasti datang. Sedangkan kematian pasti datang, tapi tidak ditunggu.”
Terakhir, kebesaran dan kehebatan Pramoedya Ananta Toer bukanlah sesuatu yang dilebih-lebihkan atau dipaksakan. Ia bahkan lebih besar dari yang kita duga. Kiprahnya dalam dunia sastra sangat mencengangkan, dalam makna yang positif. Karya-karyanya luar biasa, banyak tokoh-tokoh masyhur yang mengidolakannya, termasuk mereka yang bersebrangan dengannya. Tentu saja pengakuan ini bukan lantas membenarkan ‘semua’ yang pernah ditempuh dan dilakukannya. Itu persoalan lain yang sebaiknya tidak menjebak kita untuk selalu menoleh ke belakang dan mengaduk-aduk sejarah tanpa mengandung faedah bagi langkah kita ke depan.
Karanganyar, pertengahan Maret 2008
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar