Kamis, 08 November 2012

Penjaga

Johan Edy Raharjo *
Sastra-indonesia.com

Lampu-lampu taman itu mulai menyala, satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya menyala, menerangi seluruh kompleks dan jalur utama kota. Langit mulai menghitam, puncak gunung mulai menghilang, segerombolan kelelawar mulai terbang menyusuri lorong-lorong tak berpenghuni. aku masih terdiam di sudut taman kota, di bawah pohon trembesi, setelah kau katakan padaku “jagalah apa yang engkau rasa, sampai aku datang kepadamu suatu hari nanti,”.
Mengapa aku harus menjaganya? Apa yang kau rasa? Aku tak tau, tapi bukan harapan kosong, yang ku beri, engkau harus menjaganya jika menginginkan, akupun juga, tapi saat ini aku masih dengannya, aku tak ingin menyakitinya. Jadi apa yang kau mau? Aku ingin sebuah kepastian? Kepastian? Iya. Mengapa kau ingin seperti itu? Aku tak ingin seperti ini? Aku tak ingin masuk ke dunia mu dengan dirinya. Aku akan pergi, jika memang seperti ini. Benarkah kamu akan pergi? Iya, aku tak ingin masuk ke dunia mu dengan dirinya. Aku tak rela jika kamu ingin pergi, jagalah, tunggulah, hingga aku datang kepadamu. Namun, jika kamu akan pergi, dengan tetesan air mata aku tak bisa apa-apa, pergilah. Itulah saat kita terakhir bertemu, dan kamupun pergi meninggalkanku sendiri di bawah pohon termbesi yang kokoh berdiri menjulang. Aku tak mengerti apa yang kamu inginkan, aku termanggu, kini aku tak bisa mengapa, hanya diam yang ku bisa, hari berganti hari, setiap hari yang sama aku duduk di bawah trembesi tua itu, namun, kini aku tak bersamamu lagi, aku sendiri, memegang kata terakhirmu, aku pandang sekeliling taman, hanya semilir angin dan rintik gerimis yang datang. Merasuk tubuh melalui ujung jari- jemariku, memandikan diriku yang mengigil, walau aku sekitar sejam tadi telah mandi, kini aku dimandikan oleh angin dan rintik gerimis yang hadir bersamaan. aku tetap berdiam di bawah pohon trembesi, memegang kata darimu. Hari semakin larut, aku bergegas pulang.
***

Lima bulan sudah aku tak mengunjungi tempat itu, tempat dimana aku dan dirimu berkata menjelang pergantian siang dan malam. Aku tak memikirkan lagi kata yang kau ucapkan kepadaku. Walau aku selalu ingat. Dan selalu ku pegang. Hari-hariku ku isi dengan berbagai kesibukan, entah apa saja yang kulakukan, asal aku bisa berkarya, bisa mengabdi, pada negeri.

Kabarmu tiada datang, nomor yang kau berikan hilang sudah, tak aktif, engkau berganti nomor, hanya di akunmulah aku melihat aktifitasmu, hanya melihat foto profilmu aku ungkapkan kerinduanku, senyummu terlihat, saat aku kamu dan dirinya juga ada dalam sebuah perjalanan malam. Aku beranjak keluar, kawanku, saudaraku mengajak pergi, pergi kelapangan desa, bermain futsal, lima-lawan lima, dengan pemuda desa sebelah, aku ikuti langkah mereka, namun kau hadir dalam otakku, memenuhi otak kiri kananku, otak tengahku terasa tersumbat, hingga dalam permainan futsal aku kehilangan konsentrasi, penuh, sudah penuh, aku tak mampu berpikir, napasku tak karuan, dingin, semakin dingin, pandangan mataku semakin memudar, semakin gelap, berkunang-kunang, berat sekali, ya, berat sekali kepalaku, mataku perlahan menutup. Dingin. Gelap.
***

Panas terik matahari memanggangku di tengah padang pasir, luas, seluas mata memandang, tak ada pohon, kaktus kecil atau tumbuhan padang pasir saja tak ada apalagi pohon, tak ada air, tak ada jalan, tak ada petunjuk arah, tak ada. Tak ada payung, tak ada topi, tak ada penutup kepala, hanya rambut sepanjang 1 cm yang menutup kepalaku, keringat mengucur, baju putih yang ku kenakan basah, kering lagi oleh panasnya matahari. Hanya gelombang-gelombang pasir terlintas di hadapanku, semilir angin kering membawa terbang pasir debu. Ku berjalan perlahan, kering sudah tenggorokanku, aku tak kuat lagi berjalan. Langit berubah, langit yang biru tanpa selembar mendung berubah menghitam, lembaran awan hitam datang, menyatukan diri, hingga mentari yang menyengat tak kelihatan lagi, aneh, walau awan hitam putih memenuhi seantero langit, hujan tak turun, aku terdiam, tak bisa melangkahkan kaki kecilku, seakan pasir tempat ku berdiri menahan sampai aku tak mampu mengangkat kakiku. Angin semakin kencang, mengaburkan butiran-butiran debu, angin semakin kencang, mengangkat gelombang pasir, dari sebelah barat, timur, utara dan selatan, semua mengarah ke padaku. Aku tak bisa bergerak, napasku sesak, semakin dekat, semakin dekat, dan gelombang pasir itu semakin dekat, keras, berputar, menjadi batu, menghimpitku. Aku terjepit, tak mampu bernapas, gelap, gelap, aku tak bisa melihat,. Sekejap, silau cahaya putih menghampiriku, silau, aku tak bisa bicara, hanya bergerak, kulangkahkan kakiku,, semakin jauh, silau, semua silau.dingin, selembar kain dingin menempel di kepalaku, dingin, menetes di kedua mataku, ku buka mata perlahan, aku di sebuah ruangan sempit, di kelilingi tirai, aku berada dalam kamar perawatan, seutas selang dan jarum terhubung antara kantong berisi cairan dengan pembuluh tangan kiriku. Kupandangi sekelilingku. Teman-teman menungguiku. Kepalaku masih pusing, aku diminta untuk lebih banyak istirahat.
***

Setelah keluar dari perawatan, aku sudah kuat untuk beraktifitas lagi, seminggu sudah aku lalui dengan kegiatan rutin, ngabdi marang negeri lan gusti, aku teringat peristiwa terakhir, aku pingsan setelah engkau, kerinduanku, perasaanku, kata-katamu memenuhi seluruh kepalaku, dimanakah dirimu? Malam menjelang, ku rebahkan tubuh ini. Kubuka sebuah novel tetralogi perjalanan anak pekerja tambang. Novel ketiga, berkisah petualangan yang panjang dan menegangkan. Hp ku berbunyi, tak ada nama, ternyata nomor baru yang belum tersimpan dalam hp ku, sebuah pesan, kubuka penuh tanya, dari siapa gerangan pesan ini, ku tekan tombol ok.

“assalamu’alaikum.
Mas, bagaimana kabarnya?
Masih ingatkah kau padaku?”
Segera kubalas pesan itu, aku semakin penasaran.
“waalaikumsalam.
Maaf ini dengan siapa?
Semoga aku masih bisa mengenal dan mengingatmu”
“masih ingatkah kata kita dibawah pohon trembesi?
“ya, aku ingat, benarkah itu dirimu?
Benar, apakah engkau masih memegang kata itu?”
“iya, aku masih memegang kata itu”
“terimakasih, semoga engkau baik-baik saja, tunggu kehadiranku, sampai jumpa”
itulah percakapanku dengannya setelah lima bulan tak ada kabar. Kerinduanku padanya masih memenuhi dadaku, Ku buka jendela dindingnya di dunia maya, kulihat, ku baca profilnya, ia telah berada sekota denganku, ia bekerja di kantor yang berhadapan dengan tempat kerjaku. Sakit yang selama ini masih sering kambuh, entah sakit apa itu, analisi dokter berbeda dengan kenyataan yang ada dalam diriku lenyap dalam sekejap. Aku merasa hidup lagi, sakit yang tak ketemu obatnya, hilang begitu saja, entah apa namanya obat itu.
***

Seperti biasa, setiap pagi aku pergi bekerja, jam masukku satu jam lebih siang daripada jam masuk kantor di depanku, aku duduk di depan, semua karyawan kantor ia bekerja bergegas masuk, perlahan dari arah barat ia datang dengan mengendarai motor sendiri, ku pandangi ia, ia memandangku, tersenyum dari jauh dan masuk ke kantor lenyap di balik pintu pagar yang tinggi.

Ku terima e-mail darinya, segera kubaca, “terimakasih engkau telah menjaganya, mawar yang tumbuh diantara kita, yang kelak akan memunculkan kuncup dan mekar pada waktunya, kita akan memetik bersama” segera kubalas, “ ya, memang aku masih menjaga, dan akan ku jaga mawar itu, namun engkau telah bersamanya, dan aku tak ingin masuk ke dalam duniamu dengan dirinya, apakah kamu juga akan menjaganya?” “iya, aku akan tetap menjaganya, sudahlah, aku berharap engkau tetap menjaganya,” “baiklah” kujawab dan kututup jendelaku.

Jam kerja usai, aku bergegas keluar, bersama beberapa kawan perempuanku, yang juga kawan akrab dengannya, kebetulan, aku bertemu dengannya di depan, tapi anehnya, iya tak menyapaku, walau aku dan dirinya berhadapan, ia tak memandangku, tapi mengobrol dengan beberapa kawan perempuan di sampingku, dan pergi. Begitulah berulang setiap bertemu, aku tak ada dalam nyata dirinya, walau dalam pesan dan e-mail iya berkata, menjaga, berharap, dan menginginkan aku tak dekat dengan mawar lain. Aku tau tau harus bagaimana, pekerjaan menumpuk, tugas belum beres, aku terforsir, aku jatuh sakit lagi, aku tak mampu menahan sakit yang tak ku ketahui jenisnya, aku masuk ruang gawat darurat, napasku berhenti, badanku dingin, tak ada rasa, tak bisa bergerak, gelap.
***

Aku berada dalam ruang penuh cahaya, dikelilingi kawan setiaku, mengelilingiku, aku tak bisa bicara, saat engkau datang, engkau perlahan pergi, ya, pergi bersama seseorang, yang ku kenal, yang sering ku temui, dan sahabatku, aku tak bisa bergerak, tak bisa bicara, engkau lenyap dalam gelap. Aku berlari menuju cahaya putih, silau, muncul seseorang berbadan putih bersih, berpakaian serba putih, mendekatiku, engkau mau kemana? Ingin memetik mawar yang telah mekar itu yang selama ini kau jaga? Aku sontak kaget, mengapa engkau tau,? Apakah kamu ingin tetap memetiknya? Iya, apakah tidak boleh? Selama ini aku telah merawatnya, telah menjaganya? Iya benar engkau telah menjaga dan merawatnya, apakah kamu bersikeras ingin memetiknya? Apa yang kamu inginkan? Keindahan mawar itu atau kematian mawar itu? Aku tak mengerti maksudku wahai kakek. Begini nak, jika engkau ingin sebuah keindahan, biarkan mawar itu tetap disana, tetap berada dalam tangkai yang menopangnya, kamu akan bisa menikmati keindahannya setiap hari hingga satu persatu kelopak itu jatuh dan bunga itu habis sesuai masanya. Namun jika kamu bersikeras memetiknya sekarang, besok kamu tak akan melihat keindahannya karena hari ini juga ia akan layu. Aku terdiam, merenungi nasihat kakek itu, aku menunduk. Tapi kek, ku angkat kepalaku, sudah lah, mari kuantar engkau pulang, semua menunggumu, ayolah, tunggu apalagi, kupandangi wajah kakek itu, dan ku pandangi tubuhku yang masih tergolek di Unit Gawat Darurat, ku pandangi kakek itu, perlahan pergi ke arah cahaya putih dan silaunya membuat aku tak bisa melihat.
***

Ku buka mataku, aku berada dalam kamar penuh alat medis, aku dipindahkan ke kamar perawatan kelas IIIC, dalam satu ruang terdapat dua puluh pasien, yang beraneka ragam sakit yang di derita, namun, aneh, tak ada yang tau apa sakitku, aku tergolek lemah, di tunggui beberapa kawanku, bagaimana kondisimu kawan, tanya salah satu dari mereka, alhamdulillah baik, aku akan segera membaik, lebih baik daripada sebelumnya, tak lama kemudian, hp ku berbunyi, segera ku buka pesan yang kuterima, ternyata darinya, segera ku tekan tombol baca,
“mas, segera sembuh ya, agar aku mudah melepasmu”
Aku diam seribu bahasa, seperti seribu belati menusuk ulu hati, yang mulai bernapas perlahan.. perlahan.. semakin jarang, semakin jarang,, dan napas nadi itupun tak lagi berdenyut, sudah, gelap.. perlahan..tak ada rasa tak ada rupa.

Pacitan, 15/04/2012
*) Johan Edy Raharjo, lahir di Pacitan, 09 Nopember 1989. Mahasiswa STKIP PGRI PONOROGO, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Alamat, Rt 03/04 Krajan Desa Kemuning Kec, Tegalombo Kab, Pacitan.
Dijumput dari:  http://sastra-indonesia.com/2012/11/penjaga/

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae