Johan Edy Raharjo *
Sastra-indonesia.com
Lampu-lampu taman itu mulai menyala, satu, dua, tiga, empat, dan seterusnya menyala, menerangi seluruh kompleks dan jalur utama kota. Langit mulai menghitam, puncak gunung mulai menghilang, segerombolan kelelawar mulai terbang menyusuri lorong-lorong tak berpenghuni. aku masih terdiam di sudut taman kota, di bawah pohon trembesi, setelah kau katakan padaku “jagalah apa yang engkau rasa, sampai aku datang kepadamu suatu hari nanti,”.
Mengapa aku harus menjaganya? Apa yang kau rasa? Aku tak tau, tapi bukan harapan kosong, yang ku beri, engkau harus menjaganya jika menginginkan, akupun juga, tapi saat ini aku masih dengannya, aku tak ingin menyakitinya. Jadi apa yang kau mau? Aku ingin sebuah kepastian? Kepastian? Iya. Mengapa kau ingin seperti itu? Aku tak ingin seperti ini? Aku tak ingin masuk ke dunia mu dengan dirinya. Aku akan pergi, jika memang seperti ini. Benarkah kamu akan pergi? Iya, aku tak ingin masuk ke dunia mu dengan dirinya. Aku tak rela jika kamu ingin pergi, jagalah, tunggulah, hingga aku datang kepadamu. Namun, jika kamu akan pergi, dengan tetesan air mata aku tak bisa apa-apa, pergilah. Itulah saat kita terakhir bertemu, dan kamupun pergi meninggalkanku sendiri di bawah pohon termbesi yang kokoh berdiri menjulang. Aku tak mengerti apa yang kamu inginkan, aku termanggu, kini aku tak bisa mengapa, hanya diam yang ku bisa, hari berganti hari, setiap hari yang sama aku duduk di bawah trembesi tua itu, namun, kini aku tak bersamamu lagi, aku sendiri, memegang kata terakhirmu, aku pandang sekeliling taman, hanya semilir angin dan rintik gerimis yang datang. Merasuk tubuh melalui ujung jari- jemariku, memandikan diriku yang mengigil, walau aku sekitar sejam tadi telah mandi, kini aku dimandikan oleh angin dan rintik gerimis yang hadir bersamaan. aku tetap berdiam di bawah pohon trembesi, memegang kata darimu. Hari semakin larut, aku bergegas pulang.
***
Lima bulan sudah aku tak mengunjungi tempat itu, tempat dimana aku dan dirimu berkata menjelang pergantian siang dan malam. Aku tak memikirkan lagi kata yang kau ucapkan kepadaku. Walau aku selalu ingat. Dan selalu ku pegang. Hari-hariku ku isi dengan berbagai kesibukan, entah apa saja yang kulakukan, asal aku bisa berkarya, bisa mengabdi, pada negeri.
Kabarmu tiada datang, nomor yang kau berikan hilang sudah, tak aktif, engkau berganti nomor, hanya di akunmulah aku melihat aktifitasmu, hanya melihat foto profilmu aku ungkapkan kerinduanku, senyummu terlihat, saat aku kamu dan dirinya juga ada dalam sebuah perjalanan malam. Aku beranjak keluar, kawanku, saudaraku mengajak pergi, pergi kelapangan desa, bermain futsal, lima-lawan lima, dengan pemuda desa sebelah, aku ikuti langkah mereka, namun kau hadir dalam otakku, memenuhi otak kiri kananku, otak tengahku terasa tersumbat, hingga dalam permainan futsal aku kehilangan konsentrasi, penuh, sudah penuh, aku tak mampu berpikir, napasku tak karuan, dingin, semakin dingin, pandangan mataku semakin memudar, semakin gelap, berkunang-kunang, berat sekali, ya, berat sekali kepalaku, mataku perlahan menutup. Dingin. Gelap.
***
Panas terik matahari memanggangku di tengah padang pasir, luas, seluas mata memandang, tak ada pohon, kaktus kecil atau tumbuhan padang pasir saja tak ada apalagi pohon, tak ada air, tak ada jalan, tak ada petunjuk arah, tak ada. Tak ada payung, tak ada topi, tak ada penutup kepala, hanya rambut sepanjang 1 cm yang menutup kepalaku, keringat mengucur, baju putih yang ku kenakan basah, kering lagi oleh panasnya matahari. Hanya gelombang-gelombang pasir terlintas di hadapanku, semilir angin kering membawa terbang pasir debu. Ku berjalan perlahan, kering sudah tenggorokanku, aku tak kuat lagi berjalan. Langit berubah, langit yang biru tanpa selembar mendung berubah menghitam, lembaran awan hitam datang, menyatukan diri, hingga mentari yang menyengat tak kelihatan lagi, aneh, walau awan hitam putih memenuhi seantero langit, hujan tak turun, aku terdiam, tak bisa melangkahkan kaki kecilku, seakan pasir tempat ku berdiri menahan sampai aku tak mampu mengangkat kakiku. Angin semakin kencang, mengaburkan butiran-butiran debu, angin semakin kencang, mengangkat gelombang pasir, dari sebelah barat, timur, utara dan selatan, semua mengarah ke padaku. Aku tak bisa bergerak, napasku sesak, semakin dekat, semakin dekat, dan gelombang pasir itu semakin dekat, keras, berputar, menjadi batu, menghimpitku. Aku terjepit, tak mampu bernapas, gelap, gelap, aku tak bisa melihat,. Sekejap, silau cahaya putih menghampiriku, silau, aku tak bisa bicara, hanya bergerak, kulangkahkan kakiku,, semakin jauh, silau, semua silau.dingin, selembar kain dingin menempel di kepalaku, dingin, menetes di kedua mataku, ku buka mata perlahan, aku di sebuah ruangan sempit, di kelilingi tirai, aku berada dalam kamar perawatan, seutas selang dan jarum terhubung antara kantong berisi cairan dengan pembuluh tangan kiriku. Kupandangi sekelilingku. Teman-teman menungguiku. Kepalaku masih pusing, aku diminta untuk lebih banyak istirahat.
***
Setelah keluar dari perawatan, aku sudah kuat untuk beraktifitas lagi, seminggu sudah aku lalui dengan kegiatan rutin, ngabdi marang negeri lan gusti, aku teringat peristiwa terakhir, aku pingsan setelah engkau, kerinduanku, perasaanku, kata-katamu memenuhi seluruh kepalaku, dimanakah dirimu? Malam menjelang, ku rebahkan tubuh ini. Kubuka sebuah novel tetralogi perjalanan anak pekerja tambang. Novel ketiga, berkisah petualangan yang panjang dan menegangkan. Hp ku berbunyi, tak ada nama, ternyata nomor baru yang belum tersimpan dalam hp ku, sebuah pesan, kubuka penuh tanya, dari siapa gerangan pesan ini, ku tekan tombol ok.
“assalamu’alaikum.
Mas, bagaimana kabarnya?
Masih ingatkah kau padaku?”
Segera kubalas pesan itu, aku semakin penasaran.
“waalaikumsalam.
Maaf ini dengan siapa?
Semoga aku masih bisa mengenal dan mengingatmu”
“masih ingatkah kata kita dibawah pohon trembesi?
“ya, aku ingat, benarkah itu dirimu?
Benar, apakah engkau masih memegang kata itu?”
“iya, aku masih memegang kata itu”
“terimakasih, semoga engkau baik-baik saja, tunggu kehadiranku, sampai jumpa”
itulah percakapanku dengannya setelah lima bulan tak ada kabar. Kerinduanku padanya masih memenuhi dadaku, Ku buka jendela dindingnya di dunia maya, kulihat, ku baca profilnya, ia telah berada sekota denganku, ia bekerja di kantor yang berhadapan dengan tempat kerjaku. Sakit yang selama ini masih sering kambuh, entah sakit apa itu, analisi dokter berbeda dengan kenyataan yang ada dalam diriku lenyap dalam sekejap. Aku merasa hidup lagi, sakit yang tak ketemu obatnya, hilang begitu saja, entah apa namanya obat itu.
***
Seperti biasa, setiap pagi aku pergi bekerja, jam masukku satu jam lebih siang daripada jam masuk kantor di depanku, aku duduk di depan, semua karyawan kantor ia bekerja bergegas masuk, perlahan dari arah barat ia datang dengan mengendarai motor sendiri, ku pandangi ia, ia memandangku, tersenyum dari jauh dan masuk ke kantor lenyap di balik pintu pagar yang tinggi.
Ku terima e-mail darinya, segera kubaca, “terimakasih engkau telah menjaganya, mawar yang tumbuh diantara kita, yang kelak akan memunculkan kuncup dan mekar pada waktunya, kita akan memetik bersama” segera kubalas, “ ya, memang aku masih menjaga, dan akan ku jaga mawar itu, namun engkau telah bersamanya, dan aku tak ingin masuk ke dalam duniamu dengan dirinya, apakah kamu juga akan menjaganya?” “iya, aku akan tetap menjaganya, sudahlah, aku berharap engkau tetap menjaganya,” “baiklah” kujawab dan kututup jendelaku.
Jam kerja usai, aku bergegas keluar, bersama beberapa kawan perempuanku, yang juga kawan akrab dengannya, kebetulan, aku bertemu dengannya di depan, tapi anehnya, iya tak menyapaku, walau aku dan dirinya berhadapan, ia tak memandangku, tapi mengobrol dengan beberapa kawan perempuan di sampingku, dan pergi. Begitulah berulang setiap bertemu, aku tak ada dalam nyata dirinya, walau dalam pesan dan e-mail iya berkata, menjaga, berharap, dan menginginkan aku tak dekat dengan mawar lain. Aku tau tau harus bagaimana, pekerjaan menumpuk, tugas belum beres, aku terforsir, aku jatuh sakit lagi, aku tak mampu menahan sakit yang tak ku ketahui jenisnya, aku masuk ruang gawat darurat, napasku berhenti, badanku dingin, tak ada rasa, tak bisa bergerak, gelap.
***
Aku berada dalam ruang penuh cahaya, dikelilingi kawan setiaku, mengelilingiku, aku tak bisa bicara, saat engkau datang, engkau perlahan pergi, ya, pergi bersama seseorang, yang ku kenal, yang sering ku temui, dan sahabatku, aku tak bisa bergerak, tak bisa bicara, engkau lenyap dalam gelap. Aku berlari menuju cahaya putih, silau, muncul seseorang berbadan putih bersih, berpakaian serba putih, mendekatiku, engkau mau kemana? Ingin memetik mawar yang telah mekar itu yang selama ini kau jaga? Aku sontak kaget, mengapa engkau tau,? Apakah kamu ingin tetap memetiknya? Iya, apakah tidak boleh? Selama ini aku telah merawatnya, telah menjaganya? Iya benar engkau telah menjaga dan merawatnya, apakah kamu bersikeras ingin memetiknya? Apa yang kamu inginkan? Keindahan mawar itu atau kematian mawar itu? Aku tak mengerti maksudku wahai kakek. Begini nak, jika engkau ingin sebuah keindahan, biarkan mawar itu tetap disana, tetap berada dalam tangkai yang menopangnya, kamu akan bisa menikmati keindahannya setiap hari hingga satu persatu kelopak itu jatuh dan bunga itu habis sesuai masanya. Namun jika kamu bersikeras memetiknya sekarang, besok kamu tak akan melihat keindahannya karena hari ini juga ia akan layu. Aku terdiam, merenungi nasihat kakek itu, aku menunduk. Tapi kek, ku angkat kepalaku, sudah lah, mari kuantar engkau pulang, semua menunggumu, ayolah, tunggu apalagi, kupandangi wajah kakek itu, dan ku pandangi tubuhku yang masih tergolek di Unit Gawat Darurat, ku pandangi kakek itu, perlahan pergi ke arah cahaya putih dan silaunya membuat aku tak bisa melihat.
***
Ku buka mataku, aku berada dalam kamar penuh alat medis, aku dipindahkan ke kamar perawatan kelas IIIC, dalam satu ruang terdapat dua puluh pasien, yang beraneka ragam sakit yang di derita, namun, aneh, tak ada yang tau apa sakitku, aku tergolek lemah, di tunggui beberapa kawanku, bagaimana kondisimu kawan, tanya salah satu dari mereka, alhamdulillah baik, aku akan segera membaik, lebih baik daripada sebelumnya, tak lama kemudian, hp ku berbunyi, segera ku buka pesan yang kuterima, ternyata darinya, segera ku tekan tombol baca,
“mas, segera sembuh ya, agar aku mudah melepasmu”
Aku diam seribu bahasa, seperti seribu belati menusuk ulu hati, yang mulai bernapas perlahan.. perlahan.. semakin jarang, semakin jarang,, dan napas nadi itupun tak lagi berdenyut, sudah, gelap.. perlahan..tak ada rasa tak ada rupa.
Pacitan, 15/04/2012
*) Johan Edy Raharjo, lahir di Pacitan, 09 Nopember 1989. Mahasiswa STKIP PGRI PONOROGO, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Alamat, Rt 03/04 Krajan Desa Kemuning Kec, Tegalombo Kab, Pacitan.
Dijumput dari: http://sastra-indonesia.com/2012/11/penjaga/
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Kamis, 08 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar