Rabu, 12 November 2008

Jejak Involusi Petani dalam Puisi

Andreas Maryoto
http://www.kompas.com/

Keindahan sawah dan keriangan petani tinggal kenangan. Ungkapan-ungkapan sentimentil tentang keelokan kampung halaman dengan sawah yang membentang, gunung yang membiru, dan air yang jernih adalah cerita masa lalu. Pemandangan yang indah telah berganti dengan penderitaan petani.

Kini kehidupan petani yang susah yang sebenarnya ada. Setidaknya puisi menjadi cerminan itu. Ketika pejabat masih mengatakan petani sejahtera, puisi telah menyatakan keadaan yang sebenarnya. Ketika data-data produksi padi disodorkan meningkat, puisi telah menyodorkan kabar sesungguhnya tentang derita dan bencana petani. Puisi sesungguhnya berbicara lebih dari sekadar angka-angka.

Adalah angkatan Pujangga Baru (1930-1942) yang boleh dibilang meletakkan alam sebagai sumber inspirasi puisi dalam kesusastraan modern Indonesia. Ketika gaya pantun dan syair mulai ditinggalkan, puisi romantis yang dipelopori angkatan Pujangga Baru menjadi roh baru dalam dunia kesusastraan kala itu.

Angkatan ini dengan kegelisahan zamannya mengangkat tema-tema romantis, di antaranya tentang kampung halaman. Angkatan Pujangga Baru dipengaruhi oleh Angkatan 1980 di Belanda yang beraliran romantisme. Meski demikian, Prof Ahmad Samin Siregar dari Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara mengatakan, aliran romantisme masuk ke Indonesia sekitar 30 tahun setelah aliran itu berkembang di Belanda. Siregar mengatakan, puisi-puisi zaman Pujangga Baru memang diwarnai dengan kerinduan terhadap tanah kelahiran dan kampung halaman.

Sutan Takdir Alisjahbana dalam artikel bersambung berjudul Poeisi Indonesia Zaman Baroe di dalam Majalah Poedjangga Baroe, 7 Januari 1935, menyebutkan, ”Dalam seni segala masa amat pentinglah perhoeboengan antara manoesia dengan alam sekelilingnja. Sebabnja lain dari pada soember inspirasi, alam jang pelbagai ragam itoe bagi ahli seni adalah teladan jang tiada habis-habisnja”.

Sawah dan petani sudah pasti menjadi konteks yang tepat ketika berbicara mengenai alam dalam sastra Indonesia kala itu. Beberapa penulis puisi dengan karya-karyanya yang menyinggung panorama sawah dan kehidupan petani, antara lain penulis dengan inisial Mozasa (kemungkinan Zain Saidi, koresponden Poedjangga Baroe di Kisaran, Sumut) dengan judul Amanat. Pada bait ketiga berbunyi, ”hanja sekedjap akoe berpaling/menoleh tanah indah beraloer/dengan mata berair dan silau/serta kening berkeroet maroet/bingkah-bingkah tanah jang besar/tipis soembing dibongkar soengkal/berserak rata gemboer berkilat/gemerlapan mengoeat gairat”.

S Yudho (inisial dari S Yudhodipuro, koresponden Poedjangga Baroe di Yogyakarta) pada bait empat sampai enam puisi berjudul Fadjar menulis, ”di sawah padi mengaloen diajoen/ Sepoi, menggerosok rimboen di keboen/ di saat sepi// koetindjau emboen di daoen berkilau/ba’ nilam disinar seroja menjilau/di pagi hari//Mendengar akoe peladang berlagoe/ Menoedjoe ke sawah tjangkoel dibahoe/Bersenang hati”.

Sawah
Sanusi Pane menulis puisi dengan judul Sawah dan Menumbuk Padi. Ia menjadi sastrawan Pujangga Baru yang banyak mengungkap keindahan panorama sawah dengan kalimat-kalimat yang indah. Sanusi Pane melihat alam selalu gembira dan merupakan sumber inspirasi yang tak pernah habis.

Tema-tema sawah dan pertanian kembali berlanjut setelah perang kemerdekaan. Trisno Sumardjo pada 24 Desember 1951 menulis puisi dengan judul Pinggir Sawah. Salah satu baitnya berbunyi, ”dalam bayangan daun mendesau/hati mengaji hikmat yang sedap/alangkah sukur bekerja di sini di tengah rahmat kaum petani/dan di medan kehijauan terlaksana bahagia/manusia pertama di permulaan zaman”. Judul puisi ini menjadi judul antologi puisi dwi bahasa Indonesia-Jerman yang berisi kumpulan para sastrawan Indonesia. Buku ini diterbitkan tahun 1990.

Pada tahun 1958 sepulang dari Eropa, Ramadhan KH menerbitkan kumpulan puisi berjudul Priangan si Jelita. Meski tidak menyebut sawah, ia menggambarkan tanah kelahirannya begitu indah. Panorama hijau yang ada di Cianjur-Bandung memesonanya. Inilah konteks ketika Priangan si Jelita ditulis.

Ajib Rosidi dalam Hanya dalam Puisi menulis, ”kulempar pandang ke luar/sawah-sawah dan gunung-gunung/lalu sajak-sajak tumbuh/dari setiap butir peluh/para petani yang terbungkuk sejak pagi/melalui hari-hari keras nan Sunyi.

Subagio Sastrowardojo menulis puisi dengan judul Nawang Wulan (yang Melindungi Bumi dan Padi). Pada bait ketiga puisi itu berbunyi, ”tapi jaga anak yang menangis tengah malam minta susu/tapi jaga ladang yang baru sehari digaru/anak minta ditimang/ladang minta digenang/lalu panggil aku turun di teratakmu”.

Romantisme
Hingga pada masa setelah itu kita masih bisa merasakan romantisme kehidupan petani dan panorama sawah. Sudah pasti aliran romantisme tidak hanya di puisi, tetapi juga pada seni lainnya.

Akan tetapi, belakangan, puisi-puisi yang ada mulai menyadarkan kita pada keadaan petani sesungguhnya. Tema-tema romantika sawah dan petani makin jarang. Yang muncul adalah tema-tema realisme sosial.

Banyak penulis yang gelisah dengan kehidupan petani. Sawah tidak lagi menarik. Kalau toh ada yang mendayu-dayu memuji keelokan sawah, tetap saja puisi mereka menyelipkan hal yang getir. Puja-puji bentang alam nan hijau tidak ada lagi dalam puisi-puisi yang ada pada masa sekarang.

Nanang Suryadi menulis puisi berjudul Pamflet Banten Selatan yang dalam salah satu baitnya tertulis, ”hanya berkilometer dari Jakarta/kemiskinan nampak pada wajah saudara yang tak pernah menemukan pendidikan/apa yang kau bayangkan pada ladang dan sawah yang tak bisa mensejahterakan.

Di salah satu situs internet, ada nama Sanak Lembang Alam menulis puisi dengan judul Ketika. Bait ketiga berbunyi, ”Air, dimana-mana air melimpah meruah membanjiri lembah/Dan sawah berpuluh, beratus, beribu hektar sawah, kang Cecep/Semua tenggelam ditelan air bah yang sangat dahsyat/Padi yang baru setinggi betis mulai akan berisi umbut/Handam karam tak berdaya, kang Cecep/Tambak udang dan ikan bandeng hilang lenyap tak berbekas”.

Sebuah antologi puisi berjudul Bebegig (1998) penuh dengan keresahan di sawah. Puisi Asep GP berjudul Tembang berbunyi, ”aku dengar sayup-sayup/kodok-kodok menembang/minta hujan/suaranya tersangkut di tenggorokan//sungai/aswah/di belakang rumah/Kering//Ikan-ikan menggelepar lemas/Kodok-kodok menembang minta hujan.

Ada juga puisi Tias Tatanka yang berjudul Orang-orangan Sawah yang berbunyi, ”Orang-orang sawah tak ada lagi/belantara sawah petak-petak padi/mengusir burung-burung/mengusir kantuk petani/mengusik angina-angin//tak ada cerita kencil di badanmu/tak ada topi petani menakuti burung/tak ada rentang tangan kaku/tak ada gubuk/tak ada orang-orangan di sawahku”.

Puisi Tias lainnya berjudul Petani Tertawa Karena Buncit Perutnya makin menyiratkan kegetiran yang mendalam. Ia menulis, ”petani tertawa buncit perutnya bergoyang/isinya angin dan air mata/desaku kekeringan air mata mata air tak bisa keluar/sawahku hanyut diterpa angin/burung-burung pindah tak punya sarang/gembala melego seruling kerja jadi buruh di kota/petani tertawa anaknya tak sekolah/ikut kerja adalah nomor satu/yang penting ada duitnya/untuk beli beras yang ditanam sendiri/beli gula yang tak bisa dinikmati rasa manisnya/tak ada daging karena sapi tak punya/ayam-ayam hilang ditelan serigala/serigala ada di seluruh penjuru desa/anak-anak tak kenal orang-orangan sawah/petani tertawa melihat orang kota/pakai dasi mengelilingi desa/tertawa tanahnya diincar/”lha, itu artinya tanah saya diharagi mahal!”//(meski tak tahu nanti pindah ke mana).

Kemerosotan petani memang benar-benar sudah terjadi seperti dalam puisi-puisi belakangan ini. Proses itu akan terus terjadi hingga banyak petani mati bila keadaan ini dibiarkan begitu saja.

Puisi telah menjadi cermin kegelisahan itu. Kemerosotan alias involusi petani memang nyata di sekitar kita.

Tidak ada komentar:

Label

`Atiqurrahman A Muttaqin A Rodhi Murtadho A. Iwan Kapit A. Purwantara A. Qorib Hidayatullah A. Zakky Zulhazmi A.H.J Khuzaini A.S. Laksana Aang Fatihul Islam Abdul Azis Sukarno Abdul Aziz Rasjid Abdul Hadi WM Abdul Kadir Ibrahim Abdul Lathief Abdul Malik Abdul Wachid B.S. Abdurrahman El Husaini Abidah El Khalieqy Abu Salman Acep Zamzam Noor Achdiat K. Mihardja Adek Alwi Adi Suhara Adnyana Ole Adreas Anggit W. Afrion Afrizal Malna Aguk Irawan MN Agung Dwi Ertato Agus B. Harianto Agus Buchori Agus Himawan Agus R. Sarjono Agus R. Subagyo Agus Sulton Agusri Junaidi Agustinus Wahyono Ahda Imran Ahmad Badrus Sholihin Ahmad Fanani Mosah Ahmad Fatoni Ahmad Ikhwan Susilo Ahmad Kekal Hamdani Ahmad Muchlish Amrin Ahmad Musabbih Ahmad Rofiq Ahmad Sahidah Ahmad Tohari Ahmad Yulden Erwin Ahmad Zaini Ahmadun Yosi Herfanda Ajip Rosidi Akhiriyati Sundari Akhmad Muhaimin Azzet Akhmad Sekhu Alex R. Nainggolan Alex Suban Alunk Estohank Ami Herman Amien Kamil Amien Wangsitalaja Aminudin R Wangsitalaja Anastasya Andriarti Andreas Maryoto Anes Prabu Sadjarwo Angela Angga Wijaya Angkie Yudistia Anindita S Thayf Anis Ceha Anjrah Lelono Broto Anton Kurnia Anton Kurniawan Anton Wahyudi Anugrah Gio Pratama Anwar Nuris Aprinus Salam Arie MP Tamba Arif B. Prasetyo Arif Bagus Prasetyo Arif Hidayat Arman A.Z. Arti Bumi Intaran Arys Hilman AS Sumbawi Asarpin Asef Umar Fakhruddin Asep Sambodja Asrama Mahasiswa Aceh SABENA Astrikusuma Asvi Warman Adam Atep Kurnia Awalludin GD Mualif Aziz Abdul Gofar Azizah Hefni Badrut Tamam Gaffas Bagja Hidayat Bagus Takwin Balada Bale Aksara Baltasar Koi Bambang Agung Bambang Kempling Bamby Cahyadi Bandung Mawardi Bayu Insani Beni Setia Benny Arnas Benny Benke Berita Berita Duka Berita Utama Bernando J. Sujibto Berthold Damshauser Binhad Nurrohmat Blambangan Brunel University London BSW Adjikoesoemo Budaya Budhi Setyawan Budi Darma Budi Saputra Budi Suwarna Bung Tomo Cak Kandar Catatan Cerpen Chairil Anwar Chavchay Syaifullah Cucuk Espe Cunong N. Suraja D. Zawawi Imron Dadang Ari Murtono Daisuke Miyoshi Damanhuri Damhuri Muhammad Damiri Mahmud Danarto Daniel Dhakidae Dante Alighieri Deddy Arsya Dedy Tri Riyadi Denny Mizhar Deny Tri Aryanti Detti Febrina Dharmadi Diah Hadaning Dian Hartati Dian Sukarno Diana A.V. Sasa Dicky Fadiar Djuhud Didi Arsandi Dimas Dina Oktaviani Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan Djadjat Sudradjat Djoko Saryono Doddi Ahmad Fauji Doddy Hidayatullah Donny Anggoro Dony P. Herwanto Dorothea Rosa Herliany Dr. Muhammad Zafar Iqbal Dr. Simuh Dwi Arjanto Dwi Fitria Dwi Pranoto Dwicipta Dwijo Maksum Edy A. Effendi Edy Firmansyah Efri Ritonga Egidius Patnistik Eka Budianta Eka Kurniawan Eko Hendri Saiful Elik Elsya Crownia Emha Ainun Nadjib Endah Sulawesi Endah Wahyuningsih Endang Suryadinata Endhiq Anang P Endri Y Eriyandi Budiman Ernest Hemingway Esai Esha Tegar Putra Eva Dwi Kurniawan Evi Dana Setia Ningrum Evi Idawati Evieta Fadjar F Rahardi Fabiola D. Kurnia Fadelan Fahrudin Nasrulloh Faidil Akbar Faisal Kamandobat Faisal Syahreza Faizal Syahreza Fajar Alayubi Fandy Hutari Fany Chotimah Fatah Yasin Noor Fathor Lt Fathurrahman Karyadi Fatih Kudus Jaelani Fatma Dwi Rachmawati Fauzi Absal Festival Sastra Gresik Fikri. MS Fina Sato Fitri Susila Galih Pandu Adi Gde Agung Lontar Geger Riyanto Gerakan Literasi Gerakan Surah Buku (GSB) Gerson Poyk Ginanjar Rahadian Gita Pratama Goenawan Mohamad Grathia Pitaloka Gunawan Budi Susanto Gunoto Saparie Gus Martin Gus tf Sakai Gusti Eka Hadi Napster Haji Misbach Halim HD Halimi Zuhdy Hamberan Syahbana Hamdy Salad Han Gagas Handoko F. Zainsam Hari Santoso Haris del Hakim Hartono Harimurti Hary B. Kori’un Hasan Gauk Hasan Junus Hasif Amini Hasnan Bachtiar Hasta Indriyana Helwatin Najwa Hepi Andi Bastoni Heri C Santoso Heri KLM Heri Latief Heri Listianto Hermien Y. Kleden Hernadi Tanzil Heru Emka Heru Kurniawan Heru Prasetya Hesti Sartika Hudan Hidayat Humaidiy AS I Made Asdhiana I Made Prabaswara I Nyoman Suaka IBM. Dharma Palguna Ibnu Rusydi Ibnu Wahyudi Ida Ahdiah Idayati Ignas Kleden Ihsan Taufik Ilenk Rembulan Ilham Khoiri Ilham Yusardi Imam Cahyono Imam Jahrudin Priyanto Imam Muhtarom Imam Nawawi Imamuddin SA Iman Budhi Santosa Imron Rosyid Imron Tohari Indah Darmastuti Indiar Manggara Indra Tjahyadi Indra Tranggono Indrian Koto Irma Safitri Irman Syah Iskandar Noe Istiqomatul Hayati Ita Siregar Iwan Kurniawan Iwan Nurdaya-Djafar Iyut FItra Jadid Al Farisy Jafar M. Sidik Jakob Sumardjo Jamal D Rahman Janual Aidi Javed Paul Syatha Jayaning S.A Jefri al Malay Jihan Fauziah JJ. Kusni Jo Pakagula Johan Edy Raharjo Joko Pinurbo Jokowi Undercover Joni Ariadinata Joss Wibisono Jual Buku Paket Hemat Judyane Koz Juli Sastrawan Junaidi Abdul Munif Jusuf AN Juwairiyah Mawardy Kadir Ruslan Kasnadi Katrin Bandel Kedung Darma Romansha Khairul Mufid Jr Khamami Zada Khrisna Pabichara Kikin Kuswandi Koh Young Hun Komunitas Deo Gratias Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII) Korrie Layun Rampan Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan) Kristianto Batuadji Kritik Sastra Kunni Masrohanti Kunthi Hastorini Kuntowijoyo Kurie Suditomo Kurnia EF Kurniawan Kuswaidi Syafi'ie Kuswinarto Lan Fang Landung Rusyanto Simatupang Latief S. Nugraha Leila S. Chudori Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M) Liestyo Ambarwati Khohar Linda Sarmili Liston P. Siregar Liza Wahyuninto LN Idayanie Lucia Idayani Lukman Asya Lusiana Indriasari Lynglieastrid Isabellita M Hari Atmoko M. Aan Mansyur M. Arman A.Z M. Bagus Pribadi M. Fadjroel Rachman M. Harya Ramdhoni Julizarsyah M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S M. Luthfi Aziz M. Nahdiansyah Abdi M. Raudah Jambak M. Shoim Anwar M. Yoesoef M.D. Atmaja Maghfur Saan Mahmud Jauhari Ali Mahwi Air Tawar Majalah Sastra Horison Maklumat Sastra Profetik Malkan Junaidi Maman S. Mahayana Mardi Luhung Marhalim Zaini Maria Serenade Sinurat Mario F. Lawi Marluwi Marsel Robot Martin Aleida Martin Suryajaya Mashuri Matdon Mega Vristian Melani Budianta Melayu Riau Memoar MG. Sungatno Mh Zaelani Tammaka Miftah Fadhli Miftahul Abrori Misbahus Surur Miziansyah J Mochtar Lubis Mohamad Ali Hisyam Mohammad Eri Irawan MT Arifin Mugy Riskiana Halalia Muhajir Arrosyid Muhamad Rifai Muhammad Al-Fayyadl Muhammad Al-Mubassyir Muhammad Qodari Muhammad Rain Muhammad Yasir Muhammad Zuriat Fadil Muhammadun A.S Muhidin M. Dahlan Muhlis Al-Firmany Mujtahid Mulyadi SA Munawir Aziz Murniati Tanjung Murnierida Pram Musa Ismail Musfi Efrizal Mustaan Mustafa Ismail N. Mursidi Nafsul Latifah Naskah Teater Nasrullah Nara Nelson Alwi Nenden Lilis A Nh. Anfalah Ni Made Purnama Sari Nina Mussolini-Hansson Nirwan Ahmad Arsuka Nirwan Dewanto Noura Nova Christina Noval Jubbek Novela Nian Nugroho Notosusanto Nugroho Pandhu Sukmono Nur Faizah Nurdin F. Joes Nurdin Kalim Nurel Javissyarqi Nurul Komariyah Nuryana Asmaudi SA Nyoman Tusthi Eddy Nyoman Wirata Oka Rusmini Oktamandjaya Wiguna Oky Sanjaya Olanama Olivia Kristina Sinaga Otto Sukatno CR Pagelaran Musim Tandur Pamusuk Eneste Patricia Pawestri PDS H.B. Jassin PDS. H.B. Jassin Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa Persda Network Pipiet Senja Pramoedya Ananta Toer Pramono Pranita Dewi Pringadi AS Prita Daneswari Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri Prosa Pudyo Saptono Puisi Puisi Kesunyian Puisi Sufi Puji Santosa PUstaka puJAngga Putu Fajar Arcana Putu Wijaya Qaris Tajudin R. Sugiarti Rachmad Djoko Pradopo Radhar Panca Dahana Ragdi F. Daye Rakai Lukman Rakhmat Giryadi Ramadhan Batubara Ramadhan KH Ratih Kumala Ratna Indraswari Ibrahim Ratna Sarumpaet Raudal Tanjung Banua Remy Sylado Reni Susanti Renny Meita Widjajanti Resensi Restu Kurniawan Retno Sulistyowati RF. Dhonna Rian Sindu Ribut Wijoto Ridwan Munawwar Riki Utomi Riris K. Toha-Sarumpaet Risang Anom Pujayanto Riza Multazam Luthfy Robin Al Kautsar Rodli TL Rofiqi Hasan Rohman Abdullah Rosidi Rosihan Anwar Rukardi S Yoga S. Jai S. Sinansari Ecip S.I. Poeradisastra S.W. Teofani Sabam Siagian Sabrank Suparno Saiful Anam Assyaibani Sainul Hermawan Sajak Salamet Wahedi Salman Rusydie Anwar Samsudin Adlawi Sanggar Rumah Ilalang Sanggar Teater Jerit Sapardi Djoko Damono Sartika Dian Sartika Dian Nuraini Sastra Tanah Air Sastra Using Satmoko Budi Santoso Saut Situmorang Sayyid Fahmi Alathas Sazano Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo Seli Desmiarti Selo Soemardjan Senggrutu Singomenggolo Seno Joko Suyono SH Mintardja Sigit Susanto Sihar Ramses Simatupang Sipri Senda Sitok Srengenge Siwi Dwi Saputro Sjifa Amori Sobih Adnan Sofian Dwi Sofie Dewayani Sofyan RH. Zaid Soni Farid Maulana Sri Ruwanti Sri Wintala Achmad St Sularto Stefanus P. Elu Sukron Abdilah Sulaiman Djaya Suminto A. Sayuti Sunaryono Basuki Ks Sungatno Sungging Raga Sunlie Thomas Alexander Sunu Wasono Suryansyah Suryanto Sastroatmodjo Susanto Sutardji Calzoum Bachri Sutejo Suyadi Suyadi San Syaifuddin Gani Syaiful Amin Syamsiar Hidayah Syarbaini Syifa Amori Syifa Aulia Tajuddin Noor Ganie Taufik Abdullah Taufik Ikram Jamil Taufiq Ismail Taufiq Wr. Hidayat TE. Priyono Teguh Afandi Teguh Ranusastra Asmara Teguh Winarsho AS Tengsoe Tjahjono Theresia Purbandini Tita Tjindarbumi Titik Alva-Alvi Choiriyah Tjahjono Widarmanto Tjahjono Widijanto Tjoet Nyak Dhien Tosa Poetra Tri Lestari Sustiyana Triyanto Triwikromo TS Pinang Tu-ngang Iskandar Tulus S Tulus Wijanarko Udo Z. Karzi Ugoran Prasad Umar Fauzi Ballah Umar Kayam Umbu Landu Paranggi Universitas Indonesia Universitas Jember Utada Kamaru UU Hamidy Vera Ernawati Veronika Ninik W.S. Rendra Wahjudi Djaja Wahyu Hidayat Wawan Eko Yulianto Wawancara Wayan Budiartha Widya Karima Wijaya Herlambang Wiji Thukul Willem B Berybe Wilson Nadeak Winarni R. Wiratmo Soekito Wita Lestari Wiwik Widayaningtias Y. Thendra BP Y. Wibowo Yasser Arafat Yeni Ratnaningsih Yohanes Sehandi Yonatan Raharjo Yonathan Rahardjo Yopi Setia Umbara Yos Rizal S Yos Rizal Suriaji Yudhi Herwibowo Yuka Fainka Putra Yurnaldi Yushifull Ilmy Yusri Fajar Yusuf Suharto Zainal Abidin Zainal Arifin Thoha Zawawi Se Zen Hae