Andreas Maryoto
http://www.kompas.com/
Keindahan sawah dan keriangan petani tinggal kenangan. Ungkapan-ungkapan sentimentil tentang keelokan kampung halaman dengan sawah yang membentang, gunung yang membiru, dan air yang jernih adalah cerita masa lalu. Pemandangan yang indah telah berganti dengan penderitaan petani.
Kini kehidupan petani yang susah yang sebenarnya ada. Setidaknya puisi menjadi cerminan itu. Ketika pejabat masih mengatakan petani sejahtera, puisi telah menyatakan keadaan yang sebenarnya. Ketika data-data produksi padi disodorkan meningkat, puisi telah menyodorkan kabar sesungguhnya tentang derita dan bencana petani. Puisi sesungguhnya berbicara lebih dari sekadar angka-angka.
Adalah angkatan Pujangga Baru (1930-1942) yang boleh dibilang meletakkan alam sebagai sumber inspirasi puisi dalam kesusastraan modern Indonesia. Ketika gaya pantun dan syair mulai ditinggalkan, puisi romantis yang dipelopori angkatan Pujangga Baru menjadi roh baru dalam dunia kesusastraan kala itu.
Angkatan ini dengan kegelisahan zamannya mengangkat tema-tema romantis, di antaranya tentang kampung halaman. Angkatan Pujangga Baru dipengaruhi oleh Angkatan 1980 di Belanda yang beraliran romantisme. Meski demikian, Prof Ahmad Samin Siregar dari Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara mengatakan, aliran romantisme masuk ke Indonesia sekitar 30 tahun setelah aliran itu berkembang di Belanda. Siregar mengatakan, puisi-puisi zaman Pujangga Baru memang diwarnai dengan kerinduan terhadap tanah kelahiran dan kampung halaman.
Sutan Takdir Alisjahbana dalam artikel bersambung berjudul Poeisi Indonesia Zaman Baroe di dalam Majalah Poedjangga Baroe, 7 Januari 1935, menyebutkan, ”Dalam seni segala masa amat pentinglah perhoeboengan antara manoesia dengan alam sekelilingnja. Sebabnja lain dari pada soember inspirasi, alam jang pelbagai ragam itoe bagi ahli seni adalah teladan jang tiada habis-habisnja”.
Sawah dan petani sudah pasti menjadi konteks yang tepat ketika berbicara mengenai alam dalam sastra Indonesia kala itu. Beberapa penulis puisi dengan karya-karyanya yang menyinggung panorama sawah dan kehidupan petani, antara lain penulis dengan inisial Mozasa (kemungkinan Zain Saidi, koresponden Poedjangga Baroe di Kisaran, Sumut) dengan judul Amanat. Pada bait ketiga berbunyi, ”hanja sekedjap akoe berpaling/menoleh tanah indah beraloer/dengan mata berair dan silau/serta kening berkeroet maroet/bingkah-bingkah tanah jang besar/tipis soembing dibongkar soengkal/berserak rata gemboer berkilat/gemerlapan mengoeat gairat”.
S Yudho (inisial dari S Yudhodipuro, koresponden Poedjangga Baroe di Yogyakarta) pada bait empat sampai enam puisi berjudul Fadjar menulis, ”di sawah padi mengaloen diajoen/ Sepoi, menggerosok rimboen di keboen/ di saat sepi// koetindjau emboen di daoen berkilau/ba’ nilam disinar seroja menjilau/di pagi hari//Mendengar akoe peladang berlagoe/ Menoedjoe ke sawah tjangkoel dibahoe/Bersenang hati”.
Sawah
Sanusi Pane menulis puisi dengan judul Sawah dan Menumbuk Padi. Ia menjadi sastrawan Pujangga Baru yang banyak mengungkap keindahan panorama sawah dengan kalimat-kalimat yang indah. Sanusi Pane melihat alam selalu gembira dan merupakan sumber inspirasi yang tak pernah habis.
Tema-tema sawah dan pertanian kembali berlanjut setelah perang kemerdekaan. Trisno Sumardjo pada 24 Desember 1951 menulis puisi dengan judul Pinggir Sawah. Salah satu baitnya berbunyi, ”dalam bayangan daun mendesau/hati mengaji hikmat yang sedap/alangkah sukur bekerja di sini di tengah rahmat kaum petani/dan di medan kehijauan terlaksana bahagia/manusia pertama di permulaan zaman”. Judul puisi ini menjadi judul antologi puisi dwi bahasa Indonesia-Jerman yang berisi kumpulan para sastrawan Indonesia. Buku ini diterbitkan tahun 1990.
Pada tahun 1958 sepulang dari Eropa, Ramadhan KH menerbitkan kumpulan puisi berjudul Priangan si Jelita. Meski tidak menyebut sawah, ia menggambarkan tanah kelahirannya begitu indah. Panorama hijau yang ada di Cianjur-Bandung memesonanya. Inilah konteks ketika Priangan si Jelita ditulis.
Ajib Rosidi dalam Hanya dalam Puisi menulis, ”kulempar pandang ke luar/sawah-sawah dan gunung-gunung/lalu sajak-sajak tumbuh/dari setiap butir peluh/para petani yang terbungkuk sejak pagi/melalui hari-hari keras nan Sunyi.
Subagio Sastrowardojo menulis puisi dengan judul Nawang Wulan (yang Melindungi Bumi dan Padi). Pada bait ketiga puisi itu berbunyi, ”tapi jaga anak yang menangis tengah malam minta susu/tapi jaga ladang yang baru sehari digaru/anak minta ditimang/ladang minta digenang/lalu panggil aku turun di teratakmu”.
Romantisme
Hingga pada masa setelah itu kita masih bisa merasakan romantisme kehidupan petani dan panorama sawah. Sudah pasti aliran romantisme tidak hanya di puisi, tetapi juga pada seni lainnya.
Akan tetapi, belakangan, puisi-puisi yang ada mulai menyadarkan kita pada keadaan petani sesungguhnya. Tema-tema romantika sawah dan petani makin jarang. Yang muncul adalah tema-tema realisme sosial.
Banyak penulis yang gelisah dengan kehidupan petani. Sawah tidak lagi menarik. Kalau toh ada yang mendayu-dayu memuji keelokan sawah, tetap saja puisi mereka menyelipkan hal yang getir. Puja-puji bentang alam nan hijau tidak ada lagi dalam puisi-puisi yang ada pada masa sekarang.
Nanang Suryadi menulis puisi berjudul Pamflet Banten Selatan yang dalam salah satu baitnya tertulis, ”hanya berkilometer dari Jakarta/kemiskinan nampak pada wajah saudara yang tak pernah menemukan pendidikan/apa yang kau bayangkan pada ladang dan sawah yang tak bisa mensejahterakan.
Di salah satu situs internet, ada nama Sanak Lembang Alam menulis puisi dengan judul Ketika. Bait ketiga berbunyi, ”Air, dimana-mana air melimpah meruah membanjiri lembah/Dan sawah berpuluh, beratus, beribu hektar sawah, kang Cecep/Semua tenggelam ditelan air bah yang sangat dahsyat/Padi yang baru setinggi betis mulai akan berisi umbut/Handam karam tak berdaya, kang Cecep/Tambak udang dan ikan bandeng hilang lenyap tak berbekas”.
Sebuah antologi puisi berjudul Bebegig (1998) penuh dengan keresahan di sawah. Puisi Asep GP berjudul Tembang berbunyi, ”aku dengar sayup-sayup/kodok-kodok menembang/minta hujan/suaranya tersangkut di tenggorokan//sungai/aswah/di belakang rumah/Kering//Ikan-ikan menggelepar lemas/Kodok-kodok menembang minta hujan.
Ada juga puisi Tias Tatanka yang berjudul Orang-orangan Sawah yang berbunyi, ”Orang-orang sawah tak ada lagi/belantara sawah petak-petak padi/mengusir burung-burung/mengusir kantuk petani/mengusik angina-angin//tak ada cerita kencil di badanmu/tak ada topi petani menakuti burung/tak ada rentang tangan kaku/tak ada gubuk/tak ada orang-orangan di sawahku”.
Puisi Tias lainnya berjudul Petani Tertawa Karena Buncit Perutnya makin menyiratkan kegetiran yang mendalam. Ia menulis, ”petani tertawa buncit perutnya bergoyang/isinya angin dan air mata/desaku kekeringan air mata mata air tak bisa keluar/sawahku hanyut diterpa angin/burung-burung pindah tak punya sarang/gembala melego seruling kerja jadi buruh di kota/petani tertawa anaknya tak sekolah/ikut kerja adalah nomor satu/yang penting ada duitnya/untuk beli beras yang ditanam sendiri/beli gula yang tak bisa dinikmati rasa manisnya/tak ada daging karena sapi tak punya/ayam-ayam hilang ditelan serigala/serigala ada di seluruh penjuru desa/anak-anak tak kenal orang-orangan sawah/petani tertawa melihat orang kota/pakai dasi mengelilingi desa/tertawa tanahnya diincar/”lha, itu artinya tanah saya diharagi mahal!”//(meski tak tahu nanti pindah ke mana).
Kemerosotan petani memang benar-benar sudah terjadi seperti dalam puisi-puisi belakangan ini. Proses itu akan terus terjadi hingga banyak petani mati bila keadaan ini dibiarkan begitu saja.
Puisi telah menjadi cermin kegelisahan itu. Kemerosotan alias involusi petani memang nyata di sekitar kita.
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar