Zainal Abidin
http://www.lampungpost.com/
Ketika musim kemarau, di kampungku yang letaknya di tepi Sungai Komering, anak-anak sebayaku sangat bersuka cita. Kehidupan masyarakat kampungku sangat akrab dengan sungai. Sungai inilah tempat mandi, mencuci, sumber air minum, bahkan tempat buang hajat. Saat musim kemarau, air sungai akan surut. Di musim ini airnya sangat bening. Di tengah sungai akan terhampar pasir bak sebuah pantai. Kadang kami harus berenang atau berjalan untuk mencapai hamparan pasir itu. Kami bermain sepak bola, meskipun bolanya akan menjadi berat karena sering kena air. Ada juga yang bermain kejar-kejaran hingga jatuh bangun. Ada yang bermain layang-layang dan ada pula yang bermain pasir, membentuk miniatur gunung.
Setelah pulang sekolah, siang sampai menjelang sore hari, biasanya anak-anak sebayaku bermain layang-layang di hamparan pasir itu. Meskipun sinar matahari begitu menyengat, tak kami hiraukan. Kulit tubuh kami menjadi hitam dan rambut kami pun menjadi kemerah-merahan terbakar matahari. Inilah salah satu ciri khas kami sebagai anak-anak kampung.
Model layang-layang di kampungku berwarna-warni, berbeda dengan layang-layang yang pernah kulihat di kota. Layang-layang kami bahannya dari kertas minyak yang sebenarnya untuk kertas hias atau pembungkus kue. Kami mengadu layang-layang dengan anak-anak kampung seberang. Jika angin bertiup ke arah kampungku, kami pihak yang beruntung karena layang-layang yang putus akan jatuh di kampung kami atau di sungai wilayah kami. Namun, tak jarang pula menyangkut di dedaunan kelapa yang tumbuh di sepanjang tepi sungai. Layang-layang yang jatuh di sungai tentu tidak utuh lagi, terkadang yang tersisa kerangkanya saja. Tetapi kami tetap bangga, sebab inilah lambang kemenangan sebuah adu layang-layang. Sang pemenang akan mendapat pujian dari teman-temannya.
Banyak sekali anak-anak menonton adu layang-layang, ada yang dari tepi sungai dan ada pula yang duduk di hamparan pasir atau sambil bermain kejar-kejaran. Jika kami yang menang, bergemalah sorak-sorai kami. Inilah sebuah kegembiraan anak kampung sepertiku.
Sebaliknya, ketika angin bertiup ke arah kampung seberang, kami pihak yang rugi. Sebab, biarpun kami menang, layang-layang yang putus akan jatuh di kampung seberang. Hal ini tidak mungkin kami mengambilnya. Sebab anak-anak kampung kami tidak akan berani ke kampung seberang.
Anak-anak kampung kami bermusuhan dengan anak-anak kampung seberang. Ketika air sungai surut, sering terjadi perang batu antara anak-anak kedua kampung. Namun, jika mereka sudah menginjak remaja, permusuhan ini hilang dengan sendirinya. Dan permusuhan itu pun akan dilanjutkan oleh generasi anak-anak berikutnya.
Aku termasuk salah seorang anak yang gila bermain layang-layang. Jika libur tiba, aku akan berhari-hari bermain layang-layang, pulang ke rumah hanya untuk makan. Aku salah seorang anak yang disegani dalam adu layang-layang. Pernah suatu kali, aku mengulur layang-layang ke kampung seberang. Tak kurang dari sepuluh kali aku dapat memutuskan layang-layang lawan. Sehingga sorak-sorai pun bergema dari kampungku.
Aku sangat bangga waktu itu, meski tak satu pun layang-layang yang kuperoleh. Inilah hiburan kami dan kebanggaan di masa kanak-kanakku.
Aku masih ingat, saat itu aku masih duduk di sekolah dasar, bila liburan sekolah tiba, kadangkala aku diajak ayahku pergi ke kota.
Ayahku seorang pedagang, dari kampungku membawa beras berton-ton untuk dijual di kota. Dan pulangnya membeli pakaian untuk di ual kembali di kampungku. Anak kampung seperti aku tentu sangat terkagum-kagum dengan keramaian kota. Gedung-gedungnya mewah dan bertingkat. Mobil dan sepeda motor berseliweran hilir mudik. Asap knalpot kendaraan menjadi santapan paru-paru orang-orang kota. Aku membatin, betapa enaknya setelah lulus sekolah dasar nanti, aku dapat bersekolah di kota. Aku akan dapat menjadi siapa saja yang kuinginkan; dokter, sarjana hukum, insinyur, doktorandus atau berbagai gelar sarjana yang dapat menaikkan nilai "kebangsawanan"-ku. Aku sudah hafal sejak kecil gelar-gelar kesarjanaan itu. Karena aku selalu mendengar cerita dari kakak-kakakku yang juga kuliah di kota. Lalu aku menjadi orang kota. Amboi! Sebuah impian anak kampung.
Setiap bulan Ramadan, sekolah-sekolah libur panjang. Kebiasaan keluargaku setiap bulan Ramadan, ayahku tidak pergi ke mana-mana sebab kakakku yang sekolah di kota akan mudik. Ketika kakakku mudik, akan bercerita dengan teman-temannya tentang kota. Aku sering nguping mereka bercerita. Aku sangat ingin tahu keadaan kota. Berjam-jam aku tetap betah mendengar cerita mereka yang mudik dari berbagai kota di Sumatera atau Jawa.
Menjelang Hari Raya Idulfitri, banyak keluarga yang sudah menetap di kota, mudik ke kampungku. Sehingga kampungku yang biasanya sepi menjadi ramai. Keluarga yang sudah berhasil hidup di kota, mudik dengan mobil dinas atau pribadi. Inilah salah satu pertanda keberhasilan mereka hidup di kota.
Beberapa hari menjelang Lebaran, kampungku semakin ramai. Masjid penuh sesak, hingga tidak mampu menampung lagi jemaah salat Jumat. Selesai salat, mereka duduk-duduk di beranda masjid dengan berbagai obrolan sambil menunggu waktu asar atau berbuka puasa. Ada juga yang duduk-duduk di warung hanya untuk mengobrol.
"Siapa yang bermobil sedan tadi itu?" tanya seseorang ketika sebuah sedan biru melintas di depan warung.
"Anaknya Sangun Radin," entah dari mana datangnya jawaban itu.
"Sangun Radin yang mana? Hulu atau hilir?" desak yang bertanya tadi.
"Dekat jembatan kayu, sebelah rumah Mat Panilih."
"Ooh, si Dul..."
"Hebat ya, punya mobil bagus. Kerja di mana dia?" tanya seseorang lagi, terkagum-kagum sambil merapikan pecinya yang miring.
"Di Jakarta. Katanya di Departemen Pertanian."
"Insinyur?"
"Doktorandus!" bantah seseorang sekenanya sembari menguap panjang.
"Dokter..." yang lain lagi ikut bicara, tampak ia diserang kantuk berat.
"Ah, Kau ini! Mana ada doktorandus atau dokter pertanian!" sanggah lainnya yang berkumis hitam lebat. Ngotot.
"Insinyur pertanian. Dulu dia kuliah di Bogor," seseorang menjelaskan. "Dari bapaknya itu, masih terhitung keluarga sama aku ini," ujarnya pula dengan rasa bangga.
Aku dan teman-temanku masih terus nguping percakapan di warung itu. Aku hanya berdecak kagum dalam hati: Insinyur punya mobil sedan, kerja di Jakarta, Departemen Pertanian...
"Kan tiga tahun lalu dia ngawini anaknya Haji Singa Gumuntur. Ingat nggak, Kau?"
"Anaknya yang paling tua itu," sambung yang lain lagi.
"Si Maryam...," ujar seseorang sambil ngeloyor pergi.
"Ooh, yang dulu hajatannya besar-besaran itu."
"Yang pestanya pakai orkes dangdut dari kota!"
"Ya, itu! Tapi empat tahun yang lalu, bukan tiga...!"
"Oh, Insinyur itu tadi yang nyumbang masjid. Tadi kan, diumumkan..."
"Berapa sumbangannya?" desak seseorang ingin tahu.
"Seratus ribu..."
Aku terkagum-kagum, tidak sedikit uang seratus ribu pada waktu itu. Aku masih ingat betul, harga segulung benang layang-layang dua puluh lima rupiah.
Menjelang azan magrib berkumandang, warung pun berangsur-angsur sepi. Orang-orang telah pulang ke rumahnya untuk berbuka puasa. Aku pun ikut pulang. Namun masih tetap membekas di benakku, sang insinyur yang sukses hidup di kota, punya mobil sedan, dan tentu saja banyak uang.
***
Hari ini, kebetulan aku tidak ada kuliah. Di bulan Agustus seperti sekarang ini, udara pagi Kota Gudeg dingin menggigit sampai ke sumsum tulang. Aku belum juga mandi. Aku duduk di ruang tamu rumah indekosku.
"Nggak kuliah, Kau?" sapa teman indekosku.
"Nggak...!" jawabku, "Kau mau ke mana, Jeck?" tanyaku pada Zakaria, anak Aceh, yang lebih suka dengan panggilan itu, karena agak berbau kebarat-baratan.
"Ini, lagi mau berangkat. Ada kuliah tapi agak siangan."
"Bagaimana rencana demon besok, Jeck?" tanyaku pula.
"Mungkin gagal?" jawab si Jeck.
"Kenapa, rupanya?" desakku.
"Nantilah, Kau ke kampus aja. Panjang ceritanya," jawab si Jeck tanpa menoleh sambil ngeloyor.
"Gagal bagaimana, Jeck...?" tanyaku penasaran sambil mengejar si Jeck.
"Itu, anak ekonomi. Mereka belum sepakat."
Aku kejar si Jeck sampai ke halaman. "Apanya yang belum sepakat? Kan, sudah disetujui dalam rapat?"
"Kalau temanya tentang korupsi, mereka nggak setuju. Udahlah, Kau ke kampus aja nanti. Kutunggu di kantor senat!"
Aku masuk kamarku. Aku makin penasaran. Tema korupsi? Demonstrasi gagal? Kunyalakan tape, lagu Deep Purple, Speed King's, bergema di kamarku yang sempit. Lagu-lagu rok menggugah semangatku. Suara vakolisnya, Tommy Page, melengking tinggi, terasa menyengat. Gairah mudaku bergejolak.
Pukul sembilan lewat tiga belas menit tiga belas detik waktu Kota Gudeg, aku menuju kamar mandi. Air di bak mandi masih berasa dingin juga. Selesai mandi, aku pergi ke kampus. Aku mau menemui si Jeck, batinku. Namun, langkahku berbelok ke kantor Senat Mahasiswa Fakultas Sastra. Aku akan cari informasi dulu, pikirku. Kebetulan si Doni, ketua senat mahasiswanya sedang menempelkan selebaran di depan kantor senat. Aku langsung ngobrol dengannya.
"Bagaimana, Don, rencana demon besok?" ujarku membuka obrolan.
"Entahlah, nanti sore mau diadakan rapat lagi."
"Jadi benar, kata si Jeck tadi?"
"Bilang apa si Jeck?"
"Katanya, anak ekonomi belum sepakat dengan rencana itu."
"Memang, itu yang akan dibahas dalam rapat nanti sore."
"Rapatnya di mana? Dasar plin-plan, dalam rapat yang lalu mereka udah setuju...!"
"Sudahlah, kita masuk dulu!" Doni mengajakku masuk ke kantornya.
"Anak pertanian, bagaimana?" tanyaku lagi padanya.
"Kaulah yang harus melobi mereka!" desak Doni. "Kau kan punya pengaruh di fakultasmu."
Aku terdiam. Di meja kulihat ada koran Ibu Kota terbitan kemarin. Aku bolak-balik halaman demi halaman dan membaca judul demi judul. Mataku terbelalak ketika membaca judul berita, Gelapkan Dana Reboisasi 2M, AG Divonis 10 Tahun. Aku baca berulang-ulang berita itu sambil memperhatikan fotonya. Benar! Inilah sang insinyur yang sangat aku kagumi, hingga menjadi salah satu motivasiku masuk Fakultas Pertanian. Aku lunglai. Ingatanku menerawang ke masjid di kampungku dan layang-layang jatuh di sungai.
***
Wahyaning wahyu tumelung, tulus tan kena tinegor (wirid hidayat jati, R.Ng. Ronggowarsito)
Senin, 24 November 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Label
`Atiqurrahman
A Muttaqin
A Rodhi Murtadho
A. Iwan Kapit
A. Purwantara
A. Qorib Hidayatullah
A. Zakky Zulhazmi
A.H.J Khuzaini
A.S. Laksana
Aang Fatihul Islam
Abdul Azis Sukarno
Abdul Aziz Rasjid
Abdul Hadi WM
Abdul Kadir Ibrahim
Abdul Lathief
Abdul Malik
Abdul Wachid B.S.
Abdurrahman El Husaini
Abidah El Khalieqy
Abu Salman
Acep Zamzam Noor
Achdiat K. Mihardja
Adek Alwi
Adi Suhara
Adnyana Ole
Adreas Anggit W.
Afrion
Afrizal Malna
Aguk Irawan MN
Agung Dwi Ertato
Agus B. Harianto
Agus Buchori
Agus Himawan
Agus R. Sarjono
Agus R. Subagyo
Agus Sulton
Agusri Junaidi
Agustinus Wahyono
Ahda Imran
Ahmad Badrus Sholihin
Ahmad Fanani Mosah
Ahmad Fatoni
Ahmad Ikhwan Susilo
Ahmad Kekal Hamdani
Ahmad Muchlish Amrin
Ahmad Musabbih
Ahmad Rofiq
Ahmad Sahidah
Ahmad Tohari
Ahmad Yulden Erwin
Ahmad Zaini
Ahmadun Yosi Herfanda
Ajip Rosidi
Akhiriyati Sundari
Akhmad Muhaimin Azzet
Akhmad Sekhu
Alex R. Nainggolan
Alex Suban
Alunk Estohank
Ami Herman
Amien Kamil
Amien Wangsitalaja
Aminudin R Wangsitalaja
Anastasya Andriarti
Andreas Maryoto
Anes Prabu Sadjarwo
Angela
Angga Wijaya
Angkie Yudistia
Anindita S Thayf
Anis Ceha
Anjrah Lelono Broto
Anton Kurnia
Anton Kurniawan
Anton Wahyudi
Anugrah Gio Pratama
Anwar Nuris
Aprinus Salam
Arie MP Tamba
Arif B. Prasetyo
Arif Bagus Prasetyo
Arif Hidayat
Arman A.Z.
Arti Bumi Intaran
Arys Hilman
AS Sumbawi
Asarpin
Asef Umar Fakhruddin
Asep Sambodja
Asrama Mahasiswa Aceh SABENA
Astrikusuma
Asvi Warman Adam
Atep Kurnia
Awalludin GD Mualif
Aziz Abdul Gofar
Azizah Hefni
Badrut Tamam Gaffas
Bagja Hidayat
Bagus Takwin
Balada
Bale Aksara
Baltasar Koi
Bambang Agung
Bambang Kempling
Bamby Cahyadi
Bandung Mawardi
Bayu Insani
Beni Setia
Benny Arnas
Benny Benke
Berita
Berita Duka
Berita Utama
Bernando J. Sujibto
Berthold Damshauser
Binhad Nurrohmat
Blambangan
Brunel University London
BSW Adjikoesoemo
Budaya
Budhi Setyawan
Budi Darma
Budi Saputra
Budi Suwarna
Bung Tomo
Cak Kandar
Catatan
Cerpen
Chairil Anwar
Chavchay Syaifullah
Cucuk Espe
Cunong N. Suraja
D. Zawawi Imron
Dadang Ari Murtono
Daisuke Miyoshi
Damanhuri
Damhuri Muhammad
Damiri Mahmud
Danarto
Daniel Dhakidae
Dante Alighieri
Deddy Arsya
Dedy Tri Riyadi
Denny Mizhar
Deny Tri Aryanti
Detti Febrina
Dharmadi
Diah Hadaning
Dian Hartati
Dian Sukarno
Diana A.V. Sasa
Dicky Fadiar Djuhud
Didi Arsandi
Dimas
Dina Oktaviani
Dinas Perpustakaan Daerah Lamongan
Djadjat Sudradjat
Djoko Saryono
Doddi Ahmad Fauji
Doddy Hidayatullah
Donny Anggoro
Dony P. Herwanto
Dorothea Rosa Herliany
Dr. Muhammad Zafar Iqbal
Dr. Simuh
Dwi Arjanto
Dwi Fitria
Dwi Pranoto
Dwicipta
Dwijo Maksum
Edy A. Effendi
Edy Firmansyah
Efri Ritonga
Egidius Patnistik
Eka Budianta
Eka Kurniawan
Eko Hendri Saiful
Elik
Elsya Crownia
Emha Ainun Nadjib
Endah Sulawesi
Endah Wahyuningsih
Endang Suryadinata
Endhiq Anang P
Endri Y
Eriyandi Budiman
Ernest Hemingway
Esai
Esha Tegar Putra
Eva Dwi Kurniawan
Evi Dana Setia Ningrum
Evi Idawati
Evieta Fadjar
F Rahardi
Fabiola D. Kurnia
Fadelan
Fahrudin Nasrulloh
Faidil Akbar
Faisal Kamandobat
Faisal Syahreza
Faizal Syahreza
Fajar Alayubi
Fandy Hutari
Fany Chotimah
Fatah Yasin Noor
Fathor Lt
Fathurrahman Karyadi
Fatih Kudus Jaelani
Fatma Dwi Rachmawati
Fauzi Absal
Festival Sastra Gresik
Fikri. MS
Fina Sato
Fitri Susila
Galih Pandu Adi
Gde Agung Lontar
Geger Riyanto
Gerakan Literasi
Gerakan Surah Buku (GSB)
Gerson Poyk
Ginanjar Rahadian
Gita Pratama
Goenawan Mohamad
Grathia Pitaloka
Gunawan Budi Susanto
Gunoto Saparie
Gus Martin
Gus tf Sakai
Gusti Eka
Hadi Napster
Haji Misbach
Halim HD
Halimi Zuhdy
Hamberan Syahbana
Hamdy Salad
Han Gagas
Handoko F. Zainsam
Hari Santoso
Haris del Hakim
Hartono Harimurti
Hary B. Kori’un
Hasan Gauk
Hasan Junus
Hasif Amini
Hasnan Bachtiar
Hasta Indriyana
Helwatin Najwa
Hepi Andi Bastoni
Heri C Santoso
Heri KLM
Heri Latief
Heri Listianto
Hermien Y. Kleden
Hernadi Tanzil
Heru Emka
Heru Kurniawan
Heru Prasetya
Hesti Sartika
Hudan Hidayat
Humaidiy AS
I Made Asdhiana
I Made Prabaswara
I Nyoman Suaka
IBM. Dharma Palguna
Ibnu Rusydi
Ibnu Wahyudi
Ida Ahdiah
Idayati
Ignas Kleden
Ihsan Taufik
Ilenk Rembulan
Ilham Khoiri
Ilham Yusardi
Imam Cahyono
Imam Jahrudin Priyanto
Imam Muhtarom
Imam Nawawi
Imamuddin SA
Iman Budhi Santosa
Imron Rosyid
Imron Tohari
Indah Darmastuti
Indiar Manggara
Indra Tjahyadi
Indra Tranggono
Indrian Koto
Irma Safitri
Irman Syah
Iskandar Noe
Istiqomatul Hayati
Ita Siregar
Iwan Kurniawan
Iwan Nurdaya-Djafar
Iyut FItra
Jadid Al Farisy
Jafar M. Sidik
Jakob Sumardjo
Jamal D Rahman
Janual Aidi
Javed Paul Syatha
Jayaning S.A
Jefri al Malay
Jihan Fauziah
JJ. Kusni
Jo Pakagula
Johan Edy Raharjo
Joko Pinurbo
Jokowi Undercover
Joni Ariadinata
Joss Wibisono
Jual Buku Paket Hemat
Judyane Koz
Juli Sastrawan
Junaidi Abdul Munif
Jusuf AN
Juwairiyah Mawardy
Kadir Ruslan
Kasnadi
Katrin Bandel
Kedung Darma Romansha
Khairul Mufid Jr
Khamami Zada
Khrisna Pabichara
Kikin Kuswandi
Koh Young Hun
Komunitas Deo Gratias
Komunitas Penulis Katolik Deo Gratias
Komunitas Sastra Ilalang Indonesia (KSII)
Korrie Layun Rampan
Kostela (Komunitas Sastra Teater Lamongan)
Kristianto Batuadji
Kritik Sastra
Kunni Masrohanti
Kunthi Hastorini
Kuntowijoyo
Kurie Suditomo
Kurnia EF
Kurniawan
Kuswaidi Syafi'ie
Kuswinarto
Lan Fang
Landung Rusyanto Simatupang
Latief S. Nugraha
Leila S. Chudori
Lembaga Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LP3M)
Liestyo Ambarwati Khohar
Linda Sarmili
Liston P. Siregar
Liza Wahyuninto
LN Idayanie
Lucia Idayani
Lukman Asya
Lusiana Indriasari
Lynglieastrid Isabellita
M Hari Atmoko
M. Aan Mansyur
M. Arman A.Z
M. Bagus Pribadi
M. Fadjroel Rachman
M. Harya Ramdhoni Julizarsyah
M. Lubabun Ni’am Asshibbamal S
M. Luthfi Aziz
M. Nahdiansyah Abdi
M. Raudah Jambak
M. Shoim Anwar
M. Yoesoef
M.D. Atmaja
Maghfur Saan
Mahmud Jauhari Ali
Mahwi Air Tawar
Majalah Sastra Horison
Maklumat Sastra Profetik
Malkan Junaidi
Maman S. Mahayana
Mardi Luhung
Marhalim Zaini
Maria Serenade Sinurat
Mario F. Lawi
Marluwi
Marsel Robot
Martin Aleida
Martin Suryajaya
Mashuri
Matdon
Mega Vristian
Melani Budianta
Melayu Riau
Memoar
MG. Sungatno
Mh Zaelani Tammaka
Miftah Fadhli
Miftahul Abrori
Misbahus Surur
Miziansyah J
Mochtar Lubis
Mohamad Ali Hisyam
Mohammad Eri Irawan
MT Arifin
Mugy Riskiana Halalia
Muhajir Arrosyid
Muhamad Rifai
Muhammad Al-Fayyadl
Muhammad Al-Mubassyir
Muhammad Qodari
Muhammad Rain
Muhammad Yasir
Muhammad Zuriat Fadil
Muhammadun A.S
Muhidin M. Dahlan
Muhlis Al-Firmany
Mujtahid
Mulyadi SA
Munawir Aziz
Murniati Tanjung
Murnierida Pram
Musa Ismail
Musfi Efrizal
Mustaan
Mustafa Ismail
N. Mursidi
Nafsul Latifah
Naskah Teater
Nasrullah Nara
Nelson Alwi
Nenden Lilis A
Nh. Anfalah
Ni Made Purnama Sari
Nina Mussolini-Hansson
Nirwan Ahmad Arsuka
Nirwan Dewanto
Noura
Nova Christina
Noval Jubbek
Novela Nian
Nugroho Notosusanto
Nugroho Pandhu Sukmono
Nur Faizah
Nurdin F. Joes
Nurdin Kalim
Nurel Javissyarqi
Nurul Komariyah
Nuryana Asmaudi SA
Nyoman Tusthi Eddy
Nyoman Wirata
Oka Rusmini
Oktamandjaya Wiguna
Oky Sanjaya
Olanama
Olivia Kristina Sinaga
Otto Sukatno CR
Pagelaran Musim Tandur
Pamusuk Eneste
Patricia Pawestri
PDS H.B. Jassin
PDS. H.B. Jassin
Penghargaan Hadiah Sastra Pusat Bahasa
Persda Network
Pipiet Senja
Pramoedya Ananta Toer
Pramono
Pranita Dewi
Pringadi AS
Prita Daneswari
Prof. Tamim Pardede sebut Bambang Tri
Prosa
Pudyo Saptono
Puisi
Puisi Kesunyian
Puisi Sufi
Puji Santosa
PUstaka puJAngga
Putu Fajar Arcana
Putu Wijaya
Qaris Tajudin
R. Sugiarti
Rachmad Djoko Pradopo
Radhar Panca Dahana
Ragdi F. Daye
Rakai Lukman
Rakhmat Giryadi
Ramadhan Batubara
Ramadhan KH
Ratih Kumala
Ratna Indraswari Ibrahim
Ratna Sarumpaet
Raudal Tanjung Banua
Remy Sylado
Reni Susanti
Renny Meita Widjajanti
Resensi
Restu Kurniawan
Retno Sulistyowati
RF. Dhonna
Rian Sindu
Ribut Wijoto
Ridwan Munawwar
Riki Utomi
Riris K. Toha-Sarumpaet
Risang Anom Pujayanto
Riza Multazam Luthfy
Robin Al Kautsar
Rodli TL
Rofiqi Hasan
Rohman Abdullah
Rosidi
Rosihan Anwar
Rukardi
S Yoga
S. Jai
S. Sinansari Ecip
S.I. Poeradisastra
S.W. Teofani
Sabam Siagian
Sabrank Suparno
Saiful Anam Assyaibani
Sainul Hermawan
Sajak
Salamet Wahedi
Salman Rusydie Anwar
Samsudin Adlawi
Sanggar Rumah Ilalang
Sanggar Teater Jerit
Sapardi Djoko Damono
Sartika Dian
Sartika Dian Nuraini
Sastra Tanah Air
Sastra Using
Satmoko Budi Santoso
Saut Situmorang
Sayyid Fahmi Alathas
Sazano
Sekolah Literasi Gratis (SLG) STKIP Ponorogo
Seli Desmiarti
Selo Soemardjan
Senggrutu Singomenggolo
Seno Joko Suyono
SH Mintardja
Sigit Susanto
Sihar Ramses Simatupang
Sipri Senda
Sitok Srengenge
Siwi Dwi Saputro
Sjifa Amori
Sobih Adnan
Sofian Dwi
Sofie Dewayani
Sofyan RH. Zaid
Soni Farid Maulana
Sri Ruwanti
Sri Wintala Achmad
St Sularto
Stefanus P. Elu
Sukron Abdilah
Sulaiman Djaya
Suminto A. Sayuti
Sunaryono Basuki Ks
Sungatno
Sungging Raga
Sunlie Thomas Alexander
Sunu Wasono
Suryansyah
Suryanto Sastroatmodjo
Susanto
Sutardji Calzoum Bachri
Sutejo
Suyadi
Suyadi San
Syaifuddin Gani
Syaiful Amin
Syamsiar Hidayah
Syarbaini
Syifa Amori
Syifa Aulia
Tajuddin Noor Ganie
Taufik Abdullah
Taufik Ikram Jamil
Taufiq Ismail
Taufiq Wr. Hidayat
TE. Priyono
Teguh Afandi
Teguh Ranusastra Asmara
Teguh Winarsho AS
Tengsoe Tjahjono
Theresia Purbandini
Tita Tjindarbumi
Titik Alva-Alvi Choiriyah
Tjahjono Widarmanto
Tjahjono Widijanto
Tjoet Nyak Dhien
Tosa Poetra
Tri Lestari Sustiyana
Triyanto Triwikromo
TS Pinang
Tu-ngang Iskandar
Tulus S
Tulus Wijanarko
Udo Z. Karzi
Ugoran Prasad
Umar Fauzi Ballah
Umar Kayam
Umbu Landu Paranggi
Universitas Indonesia
Universitas Jember
Utada Kamaru
UU Hamidy
Vera Ernawati
Veronika Ninik
W.S. Rendra
Wahjudi Djaja
Wahyu Hidayat
Wawan Eko Yulianto
Wawancara
Wayan Budiartha
Widya Karima
Wijaya Herlambang
Wiji Thukul
Willem B Berybe
Wilson Nadeak
Winarni R.
Wiratmo Soekito
Wita Lestari
Wiwik Widayaningtias
Y. Thendra BP
Y. Wibowo
Yasser Arafat
Yeni Ratnaningsih
Yohanes Sehandi
Yonatan Raharjo
Yonathan Rahardjo
Yopi Setia Umbara
Yos Rizal S
Yos Rizal Suriaji
Yudhi Herwibowo
Yuka Fainka Putra
Yurnaldi
Yushifull Ilmy
Yusri Fajar
Yusuf Suharto
Zainal Abidin
Zainal Arifin Thoha
Zawawi Se
Zen Hae
Tidak ada komentar:
Posting Komentar